Mereka pun saling memandang, saling tersenyum, namun entah magnet dari mana, wajah mereka semakin mendekat dan pandangan mereka bukan tertuju pada mata lagi tapi terfokus pada bibir, Shani yang melihat bibir tebal Gracia dan Gracia yang menatap bibir tipis Shani. Bibir keduanya sudah bersentuhan, menempel dan mulai melumat.
Tok tok tok tok tok tok
Shani mengerang kesal karena aktivitasnya terganggu. Gracia yg melihatnya pun mengerti dan gemas dengan kekesalan Shani.
"Kamu disini aja. Aku aja yg buka pintu." Ucap Gracia menenangkan Shani dan berlalu menuju pintu unit mereka.
Gracia membuka kunci dan pintu pun terbuka memperlihatkan koko Henry yang merupakan kakak Shani dengan pakaian olahraga yang penuh dengan keringat. Koko terkaget melihat yang membuka pintu bukanlah adiknya, melainkan sahabat adiknya yang sudah ia kenal akrab.
"Lho Shani mana?" Tanya koko.
"Baru bangun ko, kami abis latihan dadakan capek banget, lagu dah kaya latihan fisik". Jawab Gracia.
"Koko kenapa gak pencet bel aja? Tumben gedor-gedor kayak densus 86 mau nangkap teroris?" Tanya Shani.
"Eh koko tuh hampir setengah jam lho nungguin pintu di buka, udah di bel, gak di buka. Teleponmu juga nggak diangkat, ada kali 20 kali koko nelepon, gak diangkat satupun." Cerocos koko panjang lebar.
"Hah? Mana ada koko telpon? Hp ku nggak bunyi dari tadi. Ge kamu denger suara bel nggak? Nggak ada ya?" Tanya Shani.
"Iya kok kami nggak denger suara bel, hp ci Shani juga nggak bunyi padahal aktif kok." Tambah Gracia.
Lalu koko segera mengecek bel apartemen unit mereka, dan ternyata memang tidak bunyi. Rusak itu bel.
"Ah, rusak ini bel, harus dibenerin, entar deh koko cari yang suka benerin di sini." Ujar koko.
Sementara Shani mengecek hpnya yang berada di nakas, hp Shani terhubung dengan koneksi wifi unitnya, Shani coba matikan koneksi itu dan beralih ke data seluler. Barulah semua notifikasi datang termasuk 100 pesan dari koko dan 20 panggilan tak terjawab dari whatsApp kokonya.
"Koooooo wifi juga rusak, ini notif dari koko baru nyampe pas wifinya aku matiin." Teriak Shani dari dalam kamar.
"Aih, wifi rusak ya? Belum dibayar kayaknya. Ya udah nanti dibenerin deh, koko sekarang mau mandi dulu." Ucap koko.
Gracia mengangguk. Namun sebelum berlalu koko bertanya.
"Gre, habis makan apa sih? Tuh bibir merah sama lipstik acak-acakan." Tanya koko.
"Hah? Emm.... Habis... Makan seblak ko." Jawab Gracia dengan gugup.
Lalu koko tersenyum penuh arti.
"Wih, seblak, bagi lah." Ucap koko basa-basi.
"Udah habis ko hehehe." Kekeh Gracia.
"Pelit kali kalian nih." Gerutu koko.
"Hehehe maaf ko, kami belinya cuma buat berdua hehehe." Cengir Gracia.
"Kalian nih ya, berdua aja, makan berdua, jalan berdua, latihan berdua, malam mingguan berdua, tidur pun berdua, aku mah apa atuh cuma jomblo." Canda koko dan sedikit menyindir keduanya.
"Iri bilang booozzzzzzz." Teriak Shani dari dalam kamar.
"Woy adik durhaka." Kesal koko dan berlalu ke kamarnya.
Gracia hanya terkekeh, lalu Gracia masuk ke kamar Shani dan menemukan kesayangannya sedang tiduran. Ia menghampirinya lalu mulai mengobrol seputar latihan tadi dimana anak-anak team K3 muda kembali berulah ditambah Desy yang terus melawak, obrolan apapun juga akan membuat mereka larut, membuat waktu seperti berlalu dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE [GRESHAN] (END)
RomanceKehidupan tidak bisa di prediksi, begitu juga dengan kisah percintaan GreShan. Selalu ada hal-hal menarik setiap harinya tidak pernah menyangka sebelumnya. Penasaran dengan ceritanya? YA BACA MAKANYA!! FF pertama hasil kolaborasi dengan @dm_indra