SPRING I

4.6K 220 6
                                    

Hayyy~~ salam kenal sebelumnya 😘, makasih udah mau mampir, aku cuma mau kasih tau kalo fanfic ini di khususkan 18+ yahh, bagi yg masih bandel aku gak tanggung jawab kalo kalian malah jadi ketagihan 😅, pokoknya Selamat membaca ^~^

sepasang kelopak mata terbalut bulu mata lebat yang lentik, masih setia menyembunyikan maniknya enggan terbuka. pagi ini hari pertama dimusim semi, weathernya masihlah dingin-tentunya.

Jimin mendapati belaian lembut tiupan angin pagi pada kulit putih porselennya yang bersinar terpapar mentari, seakan memberitahunya untuk segera bangun.

akan tetapi, hal itu malah semakin membuatnya menenggelamkan diri pada kehangatan selimut tebal yang membalut seluruh tubuh mungilnya. mimpi dan kantuk masih ingin bermesraan dengannya, jadi biarkan dia menikmatinya beberapa menit lagi-hingga,,,

" cepat bangun anak sialan !!". teriakan dan pukulan keras dipintu menembus pendengarannya bagai tombak.

ah umpatan itu lagi, begitulah respon Jimin yang sudah terbiasa, " aku sudah bangun ibu ". balas Jimin serak.

sepasang manik biru cerah terbuka, menatap langit diluar jendela, begitu riang dan cerah-hari yang indah.

kaki rampingnya menapak di lantai dengan enggan untuk menopang tubuh atasnya, jiwanya masih terdampar di atas ranjang, tapi mau bagaimana lagi, kewajibannya yang harus bekerja memaksa Jimin untuk segera mengunjungi air di kamar mandi.

masih segar sekali di ingatannya, bagaimana dia mendapat siksaan dari ibu tercintanya,sedetik setelah dia mengatakan kehilangan pekerjaan tempo hari. tamparan, jambakan, tendangan juga cakaran tertuju pada dirinya begitu ia sampai rumah.

bukan tanpa sebab atau ketidakdisiplinan, Jimin memilih untuk mengundurkan diri dengan sangat amat senang hati pada saat itu, namun ketika sampai di rumah ' senang hati ' bukanlah yang dirasakan sang ibu, walau dirinya menceritakan mengapa dan apa yang membuatnya keluar.

Jimin tumbuh besar tanpa adanya figure seorang ayah yang membimbing, juga bukan dari keluarga yang harmonis. memang ketika ia balita sang ibu sangat amat lembut dan merawatnya dengan penuh ketelitian, Jimin tumbuh besar menjadi seorang pemuda yang mempesona.

dia sangat pandai dalam segala hal, disekolahnya dia selalu menjadi peringkat pertama dalam segala macam pelajaran baik akademik dan non akademik, hal itu membuat sang ibu bangga, selalu memujinya, dan memperlakukannya bak tuan muda.

sudah sebuah kewajiban dan sebagaimana mestinya, setiap anak yang menginjak usia 16 tahun akan mengikuti tes kepastian golongan, dimana terdapat tiga golongan dalam kehidupan manusia, golongan pertama yang menempati hirarki teratas di puncak kehidupan, yang mana di sebut sebagai Alpha, seorang yang terlahir dengan berkah dan keberuntungan yang tinggi, seorang Alpha akan diberkati dengan kecerdasan, kekuatan dan bentuk fisik yang tangguh, wajah yang tampan, sang Dominan, namun ketangguhan Alpha tidaklah sama rata.

Beta, seorang Beta sama halnya seperti Alpha, namun semua yang dimiliki Beta berada satu tingkat di bawah Alpha, kebanyakan dari mereka akan menjadi asisten dari sang Alpha. seorang Beta membanggakan otak cerdas mereka.

peringkat terakhir, yang terendah di piramida hirarki adalah Omega, orang yang terlahir dengan golongan ini, memiliki postur tubuh yang mungil dengan garis lekukkan layaknya wanita jika itu pria, seorang Omega dianggap rendah karena lemah dan tidak berguna selain hanya menghasilkan keturunan, satu hal yang dapat dibanggakan adalah fisik dan wajah mereka yang sangat menawan juga indah. jika seorang Omega terlahir dari keluarga yang terpandang mungkin kata ' pandangan rendahan ' tidak berlaku.

tes yang dijalankannya ketika dia berusia 16 tahun, membuat semua perlakuan ' tuan muda ' yang selama ini diterimanya lenyap dalam sekejap kedipan mata. sikap dan sifat sang ibu berubah teramat total sejak mengetahui bahwa Jimin seorang Omega.

BLACK SWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang