SPRING II

2K 175 3
                                    

Jimin memasukan beberapa keperluannya untuk mengajar, seperti buku – buku yang berisikan instrument not balok dari sebuah lagu klasik, sebagai bahan utamanya untuk mengajar.

penampilan sederhana menjadi style terfavoritnya, tak lupa untuk mengenakan mantel navi kesayangannya.

walau matahari sudah bersinar cerah, dan salju tak lagi turun, awal musim semi masihlah terasa dingin, walau hakikatnya dia menyukai salju, tetap saja tubuhnya yang mungil tidak kuat menahan dingin.

Jimin melangkah menuju pintu keluar, untuk memulai harinya yang biasa, di awal semi yang indah.
tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat ia mengajar, adalah sebuah rumah mewah bergaya yunani, yang letaknya hanya sejauh satu kali naik bus dari tempatnya tinggal.

ini merupakan satu minggu pertamanya mengajar, wajah cantik dan keramahannya berperan penting dalam diterimanya dia dengan baik oleh sipemilik rumah, juga seorang anak perempuan berusia 12 tahun yang merupakan muridnya.

memang pada awal kedatangannya bersama Taemin, si tuan rumah memandang tak akrab, seperti pandangan ‘ untuk apa tikus sepertinya datang kemari ‘ itu hal yang wajar bagi setiap kalangan atas yang bertemu kalangan bawah.

di titik itu, Jimin seperti enggan untuk melanjutkan tawaran Taemin, kendati demikian, Taemin meminta Jimin bermain piano pada saat itu juga. bersyukur ia terlahir dengan kecerdasan, walau sudah berhenti selama bertahun – tahun, Jimin masihlah pandai juga lincah menggerakan jemari – jemari mungilnya di atas balok piano.

Taemin pun mengatakan bahwa dia akan menjamin kalau mereka tidak akan kecewa mempekerjakan Jimin, karena dia memanglah sangat berbakat, dan itu berhasil.
walau sudah satu minggu berturut – turut, ia masihlah kagum dan terkejut dengan interior rumah muridnya- terlalu polos.

“ Jimin kau sudah datang rupanya !“. seruan gadis kecil yang berlari menghampiri.
ah, karena ini hari libur jadi jadwal mengajarnya di pagi hari, jika di hari biasa, ia akan mengajar di jam sore sampai malam.

durasinya sekitar 2 – 3 jam, tergantung bagaimana orang tua sang murid yang memintanya.
Jimin membalas dengan senyum manis di wajah begitu roxanne si gadis kecil meraih tangannya, menggengam erat dan menempel padanya. jujur saja Jimin merasa senang juga terkejut dengan sifat anak itu yang mudah sekali akrab.

di usianya yang menginjak dewasa kelak murid cantiknya itu akan menjadi seorang gadis yang mudah bersosial.

“ selamat pagi Jimin “. sebuah suara wanita menyapa paginya.

Jimin membungkuk hormat, “ selamat pagi nyonya “. lalu tegak kembali.

“ kalian bisa memulai latihannya, aku sedang membuat pie labu, nanti akan aku siapkan “. nyonya wracker melenggang pergi untuk memeriksa pie labunya.

“ jadi bisakah kita mulai sekarang ?”. Jimin bertanya lembut – tidak, memang suaranya lembut.

namun Roxane tak menjawab, alisnya bertaut menatap lantai seolah gelisah akan sesuatu, “ apa ada yang menganggumu ?”.

Roxane menoleh pada Jimin, “berjanji tidak akan memuntahkannya, itu yang sedari tadi aku tekankan di dalam diriku “.

sungguh, Jimin ingin sekali mengunyah kelucuan ekspresi muridnya itu. ia sangat paham akan apa yang dimaksud, terakhir kali keduanya memakan pie bluberry buatan sang Nyonya, untuk beberapa jam kedepan lidah mereka kebas akan rasa aneh yang ditimbulkan.

“ mungkin dengan mencobanya indra perasa kita akan semakin berkembang “, ujar Jimin dengan kekehan ringan.

“ bukan berkembang, lebih tepatnya hilang “. Roxane membawa Jimin menuju ruang latihan.

BLACK SWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang