TEA AND COFFEE

1K 125 6
                                        

dia yang merupakan tuan rumah di mansionnya, tentu akan di perlakukan layaknya raja, semua keperluan akan di siapkan oleh para buttlernya mulai subuh mula sampai petang.

Jungkook memulai malamnya dengan berendam didalam bathtub, membiarkan seluruh tubuhnya terlahap genangan air hangat yang tempraturnya sudah di atur. begitu tersentuh air, seluruh otot di tubuhnya yang menegang terasa melemaskan diri masing – masing.

berlama – lama untuk mandi bukanlahh kebiasaan yang disukainya, 20 menit dirasa cukup untuk membersihkan tubuhnya, jika tak ditambah berendam mungkin hanya memakan waktu 10 menitan saja.

surai gelapnya yang basah dibiarkan meneteskan butiran air yang jatuh kelantai tanpa minat untuk mengeringkannya.

“ bawakan aku teh “, titahnya pada intercom yang tersambung langsung ke area dapurnya.

itu dia, perintah pertama bagi Jimin dalam satu minggu terakhirnya yang hanya bergelut dengan racikan minuman. Jimin menatap kepala Han yang rupanya menemani Jimin di dapur sekembalinya dari perbincangan ringan dengan Jungkook.

“ tak perlu gugup, teh yang kau buat sangat enak nak, tuan pasti akan menyukainya “. seolah mengerti kabut kegugupan Jimin yang menguar.

“ mengapa anda sangat mempercayaiku, bukankah masih banyak buttler lainnya yang lebih handal “. Jimin masih ragu untuk membuat tehnya, padahal sebelumnya tidak ada masalah.

“ tapi tidak semua orang memiliki potensi “, ujar kepala Han, “ sebaiknya cepat, tuan tidaklah akrab dengan kesabaran “.

ucapan mantra – mantra semangat dirapalkan dalam benaknya yang risau, dengan penuh perhitungan yang tepat, Jimin membuat teh untuk si tuan Jeon, bukan dari serbuk teh biasa yang dipakainya untuk berlatih.

dia tahu benar bahwa racikan teh yang berada dalam tabung kristal itu tidaklah murah, pasti sedikit kesalahan dalam meraciknya akan mempengaruhi rasa dari tehnya juga.

“ sekarang antarkan itu kepadanya “, ujar kepala Han ketika melihat tehnya sudah siap.

“ aku ?”, Jimin menunjuk dirirnya sendiri dan dibalas satu anggukan dari lawan bicaranya, “ kenapa harus aku, muak rasanya melihat wajah angkuh itu “. sinisnya.

cibiran Jimin yang tak terdengar ragu ditelinganya membuat kepala Han menghela nafas, “ bukankah sudah kukatakan bahwa kau yang akan melayani semua keperluan tuan Jeon  “.

Jimin memasang raut bertanya, “ dan mengapa harus aku ?”.

seraya berjalan meninggalakan Jimin, kepala Han berujar, “ lakukan saja, kau akan mengetahuinya nanti “.

dengan setengah hati juga rasa enggan, mau tak mau ia tetap harus bertatap muka dengan orang yang paling dibencinya. Jimin membawa nampan berisi segelas teh menuju satu ruangan tuan Jeon.

letak kamar Jungkook cukup jauh dari pintu utama, ia harus melewati sebuah koridor dengan pencahayaan yang remang berasal dari lampu kecil yang di temple pada dinding. seolah tengah berjalan didunia yang asing, bulu kuduk di pundaknya meremang samar.

berbeda dengan ruangan – ruangan yang berada di wilayah utama, kamar Jungkook seperti terletak di ujung dan terpencil, sejauh mata memandang hanya ada redup dan sepi. seperti yang disampaikan kepala Han, bahwa Jungkook tidak menyukai keramaian yang tak berarti.

perumpamaan itu tergambar jelas di mata Jimin, memang hanya dia seorang saja, bahkan suara derap dari hentakan pelan kakinya menggema diseluruh koridor. hanya mengantarkan segelas teh saja harus dengan keberanian untuk menghadap iblis-merepotkan.

langkahnya terhenti total tepat di depan pintu hitam berdaun dua yang menjulang tinggi, manik abu birunya mencari – cari kali saja ada titik yang menojol untuk memberitahu kedatangannya.

BLACK SWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang