Masih berdiri tegap diruangan yang sama, mengunci lurus tatapan sayu sabitnya yang kehilangan sinar dalam semalam, pada sesosok pria yang entah dia harus menyebutnya apa.
seakan dua tumitnya terpaku, sesak memeluknya erat disela keheningan.
selama ini ia selalu berhasil lolos dari ujian kehidupan, menekankan dalam hatinya untuk tetap kuat tak mudah goyah, tidak boleh.
lalu mengapa kini ia gagal ?, apa pasak yang ditanamnya mulai rapuh hingga mempengaruhi keseimbangan keteguhannya ?.
Jimin mengepalkan jari jemarinya sedikit kuat, mengunci rahang, agar tetap diam dalam angan.
sekujur tubuh mungil si malang itu gemetar, bukan karena hembusan angin di bulan desember, melainkan seperti hal rumah yang kehilangan atapnya.
" aku hanya si bodoh yang terlalu cepat mengenal cinta tanpa memahami makna yang tersirat ", ucapnya dipenuhi kelirihan yang begitu menyayat.
sebulir air mata jatuh bergantian.
" terlalu cepat jatuh cinta,,, terlalu cepat mengatakan aku mencintainya,,,pada akhirnya terlalu cepat menyesalinya ".
cukup, sudahi untuk terus menatapnya, Jimin berbalik melangkah keluar ruangan, sekilas menyeka jejak anak sungai, menyembunyikannya dari penglihatan orang.
layaknya takdir yang terikat panjangnya benang merah, tepat setelah perginya Jimin, jemari tegas yang terkulai bergerak samar, tengah menggapai kesadarannya kembali.
saraf – saraf yang saling terhubung mulai tersambung satu sama lain saling merespon, perlahan kelopak mata pun terbuka, walau tak sekaligus.
kehadiran Jimin sepertinya telah membantu Jungkook meraih kesadarannya kembali.
setelah sudut pandangnya mulai menjelas, hal yang pertama ia lakukan meraba area sisi ranjang, seolah sedang mencari sesuatu yang ia nantikan , namun....
nihil...
tak ada benda berbentuk yang menyapa indra perabanya.
" Jimin ". ujarnya nanar begitu teringat akan apa yang telah terjadi.
seperti sudah menjadi kebiasaan pagi harinya, dimana ketika terbangun, hal yang pertama dilakukan adalah menarik tubuh mungil disisinya yang masih terlelap, lalu memeluknya erat saling membagi kehangatan pagi.
akan tetapi, sisi itu telah kosong, tak ada Jimin yang selalu mengomelinya ketika tidurnya terusik.
tidak ada lagi wajah lembut dengan kelopak mata yang tertutup, bibir tebalnya yang mendengkur ketika dia membuka mata dari lelapnya.
kenyataan memukulnya amat sangat keras, walau tidak lebam namun terasa sakit.
Jungkook menutupi mata menggunakan punggung tangan, deru nafasnya memberat seolah tertindih sesuatu yang tak dapat diangkatnya.
~~~~BLACKSWAN~~~~
Bunga – bunga yang sempat menghilang, kini kembali menghias setiap sudut ranting, bermekaran indah menyambut semi kembali.
lima bulan telah berlalu cukup singkat tak terasa, desember kelabu itu sudah terlewat. tak ada yang berubah, begitupun dengan hubungan mereka.
tidak ada percakapan apapun yang terjadi, Jimin selalu menghindari tatapan, bahkan sebelum Jungkook memasuki Mansion, Omega itu sudah mengunci diri dalam kamar, menolak siapa saja yang mengunjunginya.
terkecuali paman Han dan Taehyung.
kehadiran si tuan besar Kim seperti obat yang mengisi kesepiannya, saat bertemu, keduanya akan larut dalam perbincangan, ringan ataupun berat.
![](https://img.wattpad.com/cover/271289649-288-k37067.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK SWAN
Mystery / ThrillerCintai aku, jadilah orang pertama yang mencintai dan mengajariku apa itu cinta.