RUN II

1.2K 151 2
                                    


Jimin melempar tasnya kesembarang arah bersiap menerjang kedua pria yang ukurannya 2 kali lipat lebih besar dari tubuhnya.
bukan keberanian tapi memang tidak ada jalan lain yang harus di lakukannya untuk menyelamatkan sang ibu.

melihat Jimin yang melangkah untuk melawan orang berbahaya demi menyelamatkannya membuat Park Yura naik pitam, “ PERGILAH KAU ANAK SIALAN !!!”.

sentakan Yura membuat anaknya berhenti melangkah untuk semakin dekat, juga membuat Jimin tersadar dari balutan emosi yang membutakan matanya. manik biru keabuan itu menyadari seberapa bahayanya jika dia mendekat.

“ pergi, kau harus hidup tidak perduli apapun yang terjadi, jadi larilah “. pinta Park Yura dengan penuh permohonan juga rasa akan kefrustasiannya.

“ sudah kubilang diam !“. pria tongkat bisbol menendang kepala Yura hingga terkapar tak sadarkan diri, “ dan kau tidak akan bisa lari kemanapun “. tangannya terulur untuk menggapai Jimin.

tentu saja Jimin menghindar, ia menyemprotkan cairan parfum tepat dimata pria itu hingga berteriak kesakitan, lalu berlari secepat dan sejauh mungkin.

“ tidak, tidak , tidak “. mulutnya terus bergumam mengiringi kakinya yang terus berlari tak tentu arah.

“ berhenti kau !!”. pria yang satunya mengejar.

Jimin terus berlari menyusuri gang kecil yang gelap, ketakutannya akan gelap ia hiraukan. ia melihat sebuah lorong sempit yang tak mungkin bisa dimasuki, peduli setan, Jimin tetap memasukinya, entah kelabang atau ular yang dijumpai ia tidak peduli.

beruntung karena ukuran tubuhnya yang ramping, sebelum itu, ia sempat mendorong tempat sampah setinggi dirinya sebagai penutup tirai, tidak sulit sama sekali baginya untuk masuk bersembunyi didalam lorong gelap.

derap langkah kaki yang berhenti tepat didepannya, mebuat Jimin membekap mulutnya sendiri agar tak mengeluarkan suara sekecil apapun. ia memundurkan sedikit tubuhnya bermaksud untuk menjauh lebih kedalam.

namun bodoh dan sial kakinya menyentuh sesuatu hingga menimbulkan gemersik suara plastik. suara itu berhasil membawa ketegangan dalam dirinya semakin menjadi.

dekapan tangannya semakin menekan kuat, rasa takut bercampur panik meningkat kala langkah kaki itu mengarah pada tempatnya.

‘ pergilah, pergilah, kumohon tuhan jangan biarkan dia semakin mendekat ‘, doanya ia teriakan dalam hati.

“ apa kau berhasil menemukannya ?”. suara pria lain menghampiri mereka.

“ kurasa aku kehilangannya “. ada nada kekesalan yang menyelimuti.

“ sial, lalu bagaimana kita mengatakannya pada tuan, kita tak mendapatkan uangnya bahkan jaminannya telah hilang “. kali ini nada ketakutan juga kepanikan yang terasa, “ bagaimana dengan jalang itu ?".

“ tendanganku tadi telah membunuhnya “. mengucapkannya begitu santai seolah ia telah sering melakukan, “ saat ku goyangkan, tubuhnya telah kaku layaknya mayat “.

kalimat terakhir bagai tombak yang menusuk jantungnya, Jimin menekan giginya satu sama lain sangat erat, hingga ia dapat meraskan ngilu.

“ mengenai bocah itu kau tidak perlu khawatir, aku sudah mendapatkan sesuatu yang lebih dari cukup, jadi kita berdua akan selamat “.

Jimin masih terus diam mendengarkan percakapan dua orang asing yang belum juga angkat kaki, karena tangisnya akan meledak dalam beberapa detik kedepan.

“ kau sangat pandai sialan, ayo pergi “.

Jimin terus menahan suaranya sampai suara derap langkah kedua pria itu menjauh dan hilang. detik kemudian ledakan tangis kepiluan yang mengiris hati ia keluarkan, Jimin menangis merintih dalam lorong bahkan malampun seperti memeluknya dalam diam.

BLACK SWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang