malam panjang yang mengesankan telah usai berlalu, pagi pun sudah menggantungkan sang mentari di kaki langit. kaki mungil yang ramping itu bergerak sedikit, berniat memperluas area tidurnya, namun terhalang sesuatu yang cukup berat.
dua kelopaknya terbuka terusik dengan sesuatu yang menghalangi gerakannya, mata sabit berbulu mata lentik itu telah berganti iris keabuan kembali. masih mencoba untuk membiasakan diri dengan sinar mentari yang menyorot pupilnya dari celah jendela.
‘ in who’s room, it’s so quiet and peaceful ‘, gumam benaknya mendapati suasana pagi yang berbeda.
dua tangannya hendak bergerak merenggangkan tubuh, tepat didetik itu Jimin tersadar kala melihat satu tangan besar yang berotot tengah melingkar di sekitar lehernya, seolah mengurung dia dalam tidurnya.
menoleh kearah samping dan binggo, wajah seorang pria tampan tengah terlelap mendengkur halus satu jengkal dari wajahnya.
“ w-what happened ?”.
sekejap tubuh ramping itu tersentak duduk dalam satu tarikan, Jimin menelusuri mata kantuknya yang sudah sadar sempurna keseluruh ruangan dan menemukan bahwa paginya benar – benar berbeda.
ruangan yang klasik, ranjang lembut yang besar, terlebih dirinya tidur dalam satu ranjang dengan orang yang paling di bencinya.
-bagaimana bisa berakhir seperti ini.
malam tadi, dia yang dikuasai amarah memang berniat untuk benar – benar membunuh Jungkook, tapi bagaimana bisa berakhir dengan dia dan pria itu tertidur di ranjang yang sama, terlebih tak memakai sehelai kain pun di tubuhnya.Jimin masih mencerna semua ketidak masuk akalan ini.
“ apa yang terjadi, bagaimana bisa ini terjadi “. meremas surai blondenya cukup kuat berusaha mengingat – ngingat.
memutar mundur semua rekaman dalam benaknya seperti kaset usang yang dipaksa beroprasi. masih menyusun puzzle ingatannya semalam.kendati berterika, Jimin membekap mulut dengan kedua tangannya.
“ bukan emosi yang menguasaiku, tapi,,,,heat “. Jimin mendapati alasan juga penyebab dari pagi yang berbedanya.
menolehkan pandangannya pada si pria tampan bertubuh besar berotot dan bertelanjang, yang masih damai dengan dengkuran halusnya. kini ingatan mengenai ‘pergulatan’ mereka semakin terbayang jelas di benaknya.
sentuhan, desahan, permohonan, semua terpampang jelas di ingatan. yang lebih gilanya adalah dia, racauan meminta pada Jungkook untuk lebih dan lebih memuaskannya.
“ ini tidak mungkin “. Jimin tidak tahu harus bereaksi seperti apa, menyesal tentu saja namun siapa yang harus dia salahkan, Jungkook ?, dia tidak seegois itu, bagaimana pun semua berawal dari heatnya yang muncul tiba – tiba.
jadi apa ?, menyalahkan diri sendiri ?, tentu tidak juga, dia tidak berniat untuk bercinta, tidak sudi sama sekali. tapi mau bagaimana semua telah terjadi.
“eugh “.
lenguhan dari Jungkook kembali menyadarkannya, lantas Jimin bergerak menuruni ranjang.“ akh pinggulku “. meringis perih kala pinggulnya terasa ngilu juga sakit begitu digerakan tiba – tiba.
sambil memegangi pinggang Jimin berjalan perlahan mengarah pada pakaiannya yang berserakan, namun tidak tersisa satupun yang dapat di gunakan, setelan hingga pakaian dalamnya telah compang – camping tergeletak tak berdaya.
sekarang harus bagaimana ?, bertelanjang begitu saja ?, oh demi tuhan ayolah, kondisinya yang saat ini tidak memungkinkan dia untuk berlari, untuk berjalan saja Jimin membutuhkan sesuatu untuk menopangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK SWAN
Mystery / ThrillerCintai aku, jadilah orang pertama yang mencintai dan mengajariku apa itu cinta.