Deretan penjelasan yang dibeberkan masih terngiang, seseuatu dalam diri seolah disentuh rasa yang tak pasti namun nyeri dihati mencubit kesadaran. sekeras apapun Jimin membayangkan masa muda Jungkook dia yakin gambaran dibenaknya tak cukup dekat dengan kejadian asli.
siapapun pasti mendapat trauma berat menyaksikan orang yang dicintai berakhir sadis didepan mata dalam keadaan yang tak wajar, terlebih pelaku utamanya adalah seseorang yang harusnya menjadi panutan.
sedangkan di lain tempat, Jungkook sebagai tamu tentu dipersilahkan masuk untuk beristirahat lalu Eliza pergi membuatkan minuman setelah sebelumnya meletakan Nael di sofa lembut yang dibuat khusus untuk bayi.
tangisan Nael tak kunjung berehenti seperti tengah menanti sang ibu untuk mendekapnya, Jungkook sedari kepergian Jimin dan Han manik Hazelnya tak terlepas sedetikpun dari Nael.
dia duduk tepat disamping bayi yang menangis, terus menatap lekat penuh arti, harap, dan bingung.
diantara tiga itu rasa bingung lebih mendominasi, akan siapa gerangan bayi disebelahnya. Han dan Eliza terlalu tua untuk memiliki bayi kecuali mereka mengadopsinya, apakah salah satu tetangga menitipkannya pada mereka ?.
" maafkan aku tidurmu terganggu ". tutur Jungkook lembut setengah berbisik.
Eliza yang berada di dapur tak jauh dari sana mengulum senyum diamnya, minuman yang dia buat segelas coffee telah selesai lantas beranjak untuk disajikan pada sang tamu.
tatapannya yang terlalu larut kepada sibayi membuat Jungkook tak menyadari kembalinya Eliza.
" bukankah dia mirip denganmu ?". Eliza berkata santai sembari meletakan gelas berisi coffee di meja.
wajah tegas itu terangkat menengadah seketika pada Eliza, walau mulutnya sedikit terbuka namun tak terdengar sepatah kata yang terucap hanya raut wajah yang tak mengerti.
dengan tersenyum lembut Eliza berkata, " Nael,,,dia anakmu Jungkook,,, buah hati kalian ". suaranya sangat lembut bak sosok ibu yang memberitahu putranya berita besar.
bola mata Jungkook membulat, degup jantungnya bagai dihantam palu besar berkali – kali namun tidak dirasa nyeri sedikit pun. kembali mengalihkan tatapannya pada sibayi.
" Jimin ,,,, apakah Jimin ". suara lelaki yang paling disegani itu gemetar tak sanggup melanjutkan.
dan Eliza mulai bercerita segalanya kepada Jungkook,
" saat itu ditengah malam, seorang pemuda cantik berwajah sendu mendatangi rumah ini, dia berkata bahwa Han mengirimnya ".
Jimin datang tanpa membawa sejumput barang, hanya tubuh yang berbalut mantel dan syal coklatnya tak ada ekspresi yang di tujukan diwajah mungilnya, Eliza tidak tahu apa yang dilalui Jimin dan menganggap tak ubahnya bagai boneka hidup hingga sang suami mulai memberitahu segalanya.
pun begitu dia sangat menyayangi Jimin seiring berjalannya waktu, meski seperti itu tak susah untuk keduanya menjadi lebih dekat, Jimin anak yang sangat penurut dan manis gambaran dari sosok putra yang diinginkannya beberapa tahun silam lamanya.
semua berjalan baik baik saja hingga tepat setelah tiga bulan berlalu Eliza menyadari keadaan Jimin semakin hari semakin mengkhawatirkan, pemuda mungil berwajah cantik itu terlihat pucat dan kelelahan, seringkali merasa mual dan muntah hanya dengan mencium wewangian masakan.
sedikit paksaan dengan alibi ' jika kau menghargaiku dan Han sebagai walimu maka turuti aku ' dia berhasil menyeret Jimin keklinik terdekat untuk mendapat pengobatan, tetapi ternyata berita besarlah yang mereka dapat.
dikatakan bahwa semua keluhan yang Jimin alami akhir – akhir ini merupakan karena masa kehamilan yang disebut morning sicknes, biasa dirasakan oleh ibu di masa awal kehamilan. dokter juga memberitahu kalau usia kandungan telah menginjak tiga bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK SWAN
Mystery / ThrillerCintai aku, jadilah orang pertama yang mencintai dan mengajariku apa itu cinta.