VESELY

885 115 8
                                    

* chapter ini mundur kebelakang sebelum Jungkook pulang dari kantor *.




pukul 18.45, Jimin yang memang senggang memutuskan untuk ikut turut membantu beberapa pelayan beta wanita yang tengah sibuk menyiapkan makan malam untuk semua penghuni Mansion. dia memang seorang pria, namun seorang Omega tetaplah Omega, memiliki sifat feminim, menyukai hal yang sama seperti kebanyakan wanita, merupakan sifat alami mereka.

selain suka berkebun, musik, dan bunga, Jimin juga memiliki ketertarikan dalam hal memasak.

semasa kecil dulu, dirinya sangat senang membantu sang ibu memasak, manik keabuannya memerhatikan sangat seksama serinci mungkin, bagaimana lihainya tangan sang ibu memegang pisau lalu memotong motong sayur dan daging, mengaduk makanan dan sebagaianya.

ia pun sempat mendapat les privat cara memasak dari sang ibu secara langsung, itu berlangsung lama dan berturut – turut, tak ayal ia masih sangat akrab bercengkrama dengan rempah – rempah dan sebgaianya.

kedatangan Jimin kedalam Mansion memberikan warna baru, tak sedikit beberapa pelayan wanita disitu seperti menyambut juga merawatnya. Jimin yang memiliki sifat charming, suaranya yang lembut, tingkah yang menggemaskan, juga ramah, membuat para pelayan menjadi nyaman berada didekat dia.

sempat terbesit dalam pikirannya mengapa mereka tidak merasa heran atau mengapa mereka ingin bekerja Mansion yang dipenuhi mafia, dan Jimin yang memiliki rasa keingintahuan yang besar juga karena sifat polosnya itu, ia pernah menanyakan pemikirannya pada beberapa pelayan disana, dan tentu saja berakhir tak mendapat jawaban apapun.

oh Jimin sayang, mereka bukannya mengabaikanmu, mereka hanya tidak ingin kehilangan hidupnya hanya karena satu kalimat yang tidak hati – hati, karena apa dan siapapun yang dibawa si tuan besar kedalam Mansion bukanlah urusan mereka, mereka hanya harus fokus kepada satu kewajiban saja, tidak dan jangan sampai melewati batasan.

untuk mengapa mereka ingin ?, tentu saja karena bayaran yang diterima sangat lebih dari cukup dari yang mereka butuhkan, toh lagi pula Jungkook tidak akan membunuh siapapun bagikan menepuk nyamuk. selagi mereka tetap pada pekerjaannya dan tidak membuat ulah maka mereka akan baik – baik saja.

kepala Han yang melihat Jimin bercengkrama dengan beberapa pelayan pun lantas menghampirinya segera setelah melihat jam dinding yang terpatri.

“ Jimin sudah waktunya untuk menyajikan teh “. ujarnya lembut tanpa ada nada yang memerintah.

raut wajah yang tadi sempat ceria itu mengantah senyum menggemaskan berubaha cemeberut, seolah enggan melakukannya. Jimin masih tidak sudi untuk bertatap muka dengan Jungkook, mengingat kejadian diantara mereka pagi tadi.

“ lakukan saja, seiring berjalannya waktu kau akan terbiasa “. tentu kepala Han sangat paham, perjumpaan antara Jimin dengan majikannya bukanlah hal yang wajar, jadi pastilah aka nada sedikit sengatan.

“ baiklah, teh apa yang harus kubuat “, masih dengan rasa enggan dan kesal.

entah mengapa sejak peristiwa malam dimana untuk pertama kali anak didiknya itu mengantarkan teh, Han Chilsung merasa semua tidak berjalan lanca, dan hal itu pasti mempengaruhi tuan besarnya, ia sangat mengetahui sepertti apa sifat Jungkook.

Da Hong Pao, buat dengan takaran yang sudah ku contohkan “. ujar Han Chilsung .

‘oh sial’ benak Jimin memaki, bukan kepada kepala Han, melainkan ditujukan kepada teh yang akan dibuatnya.

Jimin pernah sekali memperhatikan kepala Han menyeduh Da Hong Pao, sedetik begitu air panas menyentuh tumpukan teh kering didalam gelas, yang asapnya mengepul merasuki indra penciumannya, Jimin hampir menetaskan air liur jika saja kepala Han tidak segera menempelkan sapu tangan pada bibir plumnya.

BLACK SWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang