D-DAY

957 111 10
                                    

Dia hanya tidak ingin membuat semua orang khawatir akan kebodohan dia yang membahayakan diri sendiri, itu konyol ,-teramat sangat.

Pada akhirnya dia hanya berjalan santai mengelilingi ruang mansion yang luas nan megah, walau sudah tinggal berbulan - bulan, tetap saja dirinya dibuat terpesona berkali - kali dengan ukiran desaign yang menakjubkan.

" Ah benar, aku akan bersantai disana ". gumamnya.

Disana yang dimaskud merupakan salah satu ruangan terfavoritnya, jaraknya tidak terlalu jauh dari uang utama, setelah melewati tiga kamar, maka sampailah Jimin di tempat yang selalu menjadi titik healing-nya.

Sebuah aula berlatar kaca jendela raksasa berbentuk bulat, dihiasi ukiran Persia kuno di bingkai yang melingkarinya. Akan tetapi terdapat sesuatu yang berbeda disana.

Manik keabuannya menangkap sebuah objek benda besar berwarna putih tulang, seolah berdiri tegap penuh aura klasik yang elegan terbalut sutra mewah, begitulah gambarannya jika harus diibaratkan.

Tungkai jenjang nan rampingnya melangkah perlahan mendekati benda bertuts, disebut piano.

" Aku tidak melihat ini sebelumnya ".
Jimin menyusuri barisan tuts piano menggunakan jemari kanannya, sorot takjub tak dapat dia hentikan.

" Aku pun tidak menyadari itu sampai pagi tadi beberapa orang menempatkannya disini ". paman Han bersuara yang datang tak disadari.

alisnya saling menekuk, " Pagi ini ?". tanyanya mamastikan kembali, " Tapi siapa ?".

" Hanya tertara nama Tuan di selembaran kertas penerima ".

" But why ?, is he like playing piano ?".

" Not me, but you ". suara bertone rendah juga tegas menyahut diantara keduanya.

Jimin sedikit terkejut juga heran, apa memang semua orang dimension itu berjalan tanpa suara, bagaiman indra pendengarannya itu tidak mendengar hentakan setipis pun.

" Then, excuse me ". paman Han membungkuk hormat menghadap tuannya lalu pamit pergi.

" So this is my Christmas gift ?".

Jungkook bejalan mendekati dimana Jimin berdiri, " a gift ?, what a gift you want ?".

" Aku menyukainya ".

" Aku membelinya untukmu, bukan sebagai hadiahmu ".

wajah Jimin berubah menjadi sedikit mengolok - olok kesombongan Jungkook, " Aku tahu kau memiliki uang yang menumpuk, itu membuatku takut ".

" Aku ?".

" You'r money ". timpal Jimin, " apa kau tidak takut jika seseorang menyerang dan mengambil uangmu itu ?, jangan terlalu mengumbarnya ".

Jungkook terkekeh renyah mendengar kalimat Jimin yang memintanya untuk waspada.

" Benar, kau memang seperti itu,bodohnya aku mengingatkanmu akan rasa takut ". Sadar bahwa peringatannya hanya sebatas celoteh yang ringan oleh si pria Jeon.

" No, sebelumnya memang seperti itu, namun kini ,,,". Jungkook menggantung kalimatnya, iris Hazel bersitatap saling mengunci pandangan dengan manik keabuan Jimin yang sedang menghadap padanya.

si Park mungil masih diam menunggu kalimat lanjut yang akan terlontar, namun semakin lama tatapan Hazel yang tajam itu semakin intim menyelami matanya.

bukan tidak nyaman namun sikap Jungkook yang seperti itu tidaklah bagus untuk kesehatan jantungnya, alhasil Jimin memilih untuk mengakhiri kontak mata.

" Tapi sekarang ,,,". Jungkook meraih sebelah pipi mochie putih Jimin mengarahkannya agar tetap saling beradu tatap, " Aku memiliki ketakutan itu ".

BLACK SWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang