Dia

426 43 118
                                    

Note: Biar penasaran jadi langsung aja

.
..
...

Selamat membaca
______________________________________

Sinar matahari pagi mulai menerobos masuk lewat celah-celah kecil diantara gorden, bunyi alarm dibiarkan berbunyi terus menerus, hingga tangan kecil meraih dan mematikannya.

Mellyara Juniar mulai membuka mata dan menatap atap tempatnya terlelap semalaman ini, terasa asing. Saat matanya menelisik sekitar, ia tiba-tiba dikejutkan dengan adanya seorang laki-laki yang sedang terlelap tenang disamping tubuhnya. Ini kali pertama, seorang Lyara terbangun disamping orang lain, dan laki-laki pula.

Lyara memegang kepalanya yang mulai terasa pening, "Aku dimana sih?" ia menyingkap selimut yang masih membungkus tubuhnya.

Lalu mengembuskan napas lega saat pakaian yang digunakan semalam masih sama dan lengkap keseluruhannya, sebenarnya Lyara bukan menuduh, hanya ingin memastikan saja bahwa laki-laki disampingnya ini tidak melakukan hal senonoh pada dirinya, yang hanya seorang gadis dengan nasib malang hingga menemukan pelarian ke sebuah club dengan meminum banyak alkohol.

Lyara bangkit dari tidur dengan sangat hati-hati karena takut membangunkan laki-laki yang tidur satu ranjang dengannya tanpa tahu siapa namanya. Benar-benar pengalaman aneh baginya, karena ia terbilang memiliki pengalaman yang masih sangat minim.

"Aku pinjam kamar mandinya ya." kata Lyara sangat pelan, takut membangunkan.

Meski laki-laki itu tidur tapi Lyara tetap pada prinsipnya yaitu harus izin terlebih dahulu sebelum memakai milik orang lain, apapun itu. Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan kegiatan membersihkan diri dengan cepat karena sadar ini adalah kamar mandi milik orang lain, lebih tepatnya milik seorang lelaki yang kelengkapannya saja jauh dengan kamar mandi Lyara yang isinya banyak bahkan ada yang berbentuk karet bebek juga.

"Kok bisa ya tidurnya nyenyak gitu?" bingung Lyara saat selesai mandi.

Padahal suara gemercik air ketika mandi lumayan berisik, dan tetap tidak membuat lelaki itu terbangun.

Lyara duduk di tepi kasur, "Jadi iri deh, emang bisa ya tidur nyenyak kayak gitu?"

Lyara bahkan lupa kapan terakhir dirinya bisa tidur nyenyak, karena keseringan belajar, eh pengecualian tadi malam. Diam-diam pipi Lyara memanas ketika menerka kejadian tadi malam yang mungkin saja lelaki ini yang membawanya kesini. Dan bodohnya ia jadi kesiangan bangun saat matahari sudah mulai naik, padahal alarm nya itu sudah membangunkannya dari jam ibadah shubuh, dan saking nyenyaknya jadi terlewat begini.

Sesaat ia teringat bahwa handphonenya pasti sudah banyak sekali panggilan masuk atau pesan, dan benar saja ketika di cek sudah banyak panggilan tak terjawab sebanyak 60 kali dalam waktu tidak sampai 24 jam.

Lyara menggigit bibir bawahnya, memanggil ulang telepon paling terakhir.

'Haloo, hallo, Non Lyly, Non Lyly kok semalam ga pulang? Non baik-baik aja kan?'

'Aku baik-baik aja Bii, tadi malam tidur di apartemen—' Lyara melirik lelaki yang masih tidur nyenyak, ragu ingin jujur ​​atau tidak.

'Non Lyly lagi di apartemen siapa?' tanya lagi pembantunya disebrang telepon, Bibinya memang sekhawatir itu pada Lyara yang sudah diurus saat usianya masih kecil.

Lyara kembali menggigit bibirnya, 'Apartemen teman Bii, teman sekolah. Jangan khawatir ya, nanti kalau Lyly udah mau pulang aku sms alamatnya suruh Pak Sapto jemput.'

'Oh iya atuh Non, syukur alhamdulillah. Jangan lupa sarapan ya Non Lyly!'

'Iya, iya ini mau sarapan, aku tutup ya Bii. Bye.'

LYOCA (One Shoot Stories) [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang