22. Orang Ketiga

1K 27 0
                                    

Rindu, sebuah kata yang tercipta memiliki makna keinginan seseorang untuk bertemu orang terkasih. Kata Dilan, rindu berat. Ternyata benar adanya. Rindu memang berat, apalagi untuk seorang ibu yang terpisah lama dengan putri kandungnya.

Seperti saat ini, Eva menangis dalam pelukan Vania menyalurkan selaksa rindu yang terpendam lama dalam sanubari mereka. Saling berpelukan, saling menyalurkan semua rasa yang ada, antara sedih dibumbui senang dan rasa bahagia yang tercampur aduk.

"Eva kangen Mama, hiks.." adunya.

"Mama juga kangen banget sama kamu, sayang." Tangannya tak berhenti mengusap surai panjang milik Eva dan juga mengecup seluruh wajah sang putri, menandakan begitu dalamnya cinta seorang ibu untuk anaknya. Meski terpisah jauh, meski rintangan menghadang, kasih sayangnya tak pernah luntur sedikitpun.

"Gak kangen kakak juga, Va?"

Eva menoleh, dan mendapati kakaknya sedang merentangkan tangannya. Tentu saja Eva langsung berhambur memeluk sang kakak satu-satunya itu. "Kakak kangen banget tahu sama kamu." Kata Zevanya.

"Eva juga kangen."

Vania dan Zevanya memang memberi Eva kejutan dengan datang langsung ke kediaman Adit tanpa sepengetahuan atau kabar apapun. Tentu saja itu membuat Eva dan yang lainnya shock, terlebih Eva yang memang sangat merindukan ibu dan kakaknya itu.

"Sudah, sudah. Lebih baik kalian masuk. Kalian pasti capek." Seru Adit membuat ketiganya masuk bersamaan.

Hubungan Adit dan Vania memang baik, meski dulu pernah ada konflik diantara mereka, namun itu tak menjadikan mereka untuk saling membenci dan menghina. Mereka sudah punya kehidupan masing-masing. Tak ada lagi yang harus dipermasalahkan.

***

"Kamu bakalan tinggal lama di Indonesia, Van?"

Vania yang kala itu sedang makan langsung menghentikan acara mengunyahnya lalu menatap Adit. "Bukan lama lagi, Dit. Aku, Zee, dan Alex memang akan kembali pindah ke Indonesia. Alex kan mengurus perusahaan keluarganya yang ada di sini. Karena gak ada yang nerusin." Jelas Vania.

"Ah, Alex. Dimana dia sekarang?"

"Dia masih di Prancis. Mungkin besok baru nyusul."

Alexander Nickson, adalah suami Vania. Takdir memang seakan menjodohkan mereka, pertemuan mereka sama-sama saat sedang sakit hati, membuat mereka merasa punya kesamaan satu sama lain. Saling mengobati luka yang ditorehkan sang mantan membuat mereka jatuh cinta.

Alex adalah pria baik, ia begitu menyayangi dan mencintai Vania dengan tulus. Juga menyayangi Zevanya dan Eva. Ia begitu menyayangi Zevanya, bahkan selalu memanjakannya dan selalu menuruti semua permintaannya. Ia menganggap mereka anak sendiri, karena memang Alex dinyatakan mandul, tak bisa memiliki anak.

"Ini kamu yang masak, Sarah?" Tanya Vania pada Sarah yang sedari tadi diam, canggung.

"Ah, i-iya Mbak." Sarah tersenyum kikuk. Merasa tak enak sebenarnya pada mantan istri suaminya itu, mengingat secara tak langsung ialah yang membuat keluarga kecil mereka hancur.

"Em... Enak banget." Puji Vania.

"Cih, biasa aja." Cibir Zevanya sambil menatap penuh musuh pada Sarah. Ia memang tak suka pada wanita yang sudah menghancurkan keluarga kecilnya, meski sekarang sudah tergantikan dengan keluarga baru yang tak kalah harmonis.

"Zee!" Tegur Adit.

"Apa? Papa mau belain istri tersayang Papa itu, dibanding anak kandung papa sendiri? Silakan! Gak papa, kok. Belain aja terus!" Sinisnya seraya bangkit dari meja makan menuju kamar yang dulunya kamar ia.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang