24. Malam Pertama

1.3K 29 0
                                    

Hati-hati, yah! Ada adegan anget-anget jahe di sini.😂

Happy reading!
.
.
.
.
.
------------------------------------------------------------

Eva duduk di atas kasur king size berwarna putih dengan dipenuhi taburan kepingan bunga mawar yang sengaja ditabur di atas kasurnya serta lilin-lilin yang menyala di atas piring kecil di sekitarnya membuat suasana kian semakin terasa romantis.

Gemercik air yang berasal dari kamar mandi tanda seseorang sedang menyegarkan diri membuat ia semakin duduk gelisah tak tahu harus berbuat apa. Jantungnya berdegup kencang, takut sekali kalau seseorang dari kamar mandi tersebut keluar. Padahal, Eva sudah tak lagi sungkan padanya. Hanya saja kali ini berbeda, mereka sudah sah menjadi suami istri.

Ia takut akan seperti apa malam menegangkan ini. Haruskah ia melayani pria yang sekarang menjadi suaminya di malam pertama mereka ini? Ingin sekali berkata tidak, karena ia belum siap. Namun juga menolak suami itu dosa kan? Jadi ia harus bagaimana saat ini?

Ceklek!

Seorang pria tampan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya menutupi bagian bawah tubuhnya dan memperlihatkan bagian tubuh atas atletisnya yang menampakkan perut kotak-kotak serta bahu dan lengan kekarnya, tak lupa juga rambutnya yang basah membuat beberapa tetes airnya menetes ke lantai.

Menelan ludah kasar, Eva memalingkan wajahnya yang sudah panas bahkan terasa hingga telinganya gegara melihat menampakkan yang pertama kali ia lihat dan itu begitu menggiurkan baginya. Ck, sial. Bisa-bisanya Eva terpesona disaat-saat seperti ini. Walau tak menampik ia katakan kalau suaminya itu, ya... He is so sexy.

Menyadari Eva yang sedang malu dan salah tingkah karenanya, Jericho dengan sengaja mendekatinya istrinya itu dengan senyum lebar diwajahnya. "Sayang!" Panggilnya menggoda.

"K-kenapa kau kesini? P-pakai baju dulu s-sana!" Kata Eva gelagapan dengan mata terpejam erat saat merasakan punggungnya basah akibat sisa air ditubuh Jericho yang memeluknya dari belakang sambil mencium leher jenjangnya.

"Kenapa harus pakai baju? Ini kan malam pertama kita." Bisiknya tepat di telinga Eva membuat gadis itu meremang di sekujur tubuhnya. Ia membalikkan badan Eva dan mulai membaringkannya di atas tempat tidur.

"I-iya tapi--"

"Shhttt!" Ia menempelkan jari telunjuknya di bibir Eva. "Kau tidak boleh nolak. Kau tahu kan itu dosa? Asal kamu tahu, Va. Aku udah nahan diri buat gak nerkam kamu sedari tadi. Saat tadi kecantikan kamu makin tambah tahu, sayang. Aku benar-benar terpesona." Jericho mengelus wajah cantik itu yang sekarang berada di bawah kukungannya.

Glek!

Eva menelan ludah susah payah, jantungnya bertalu-talu seakan mau keluar dari tempatnya. Apalagi saat merasakan tangan pria itu kini menyusuri lehernya dengan gerakan slow motion membuat ia merasakan sensasi yang baru kali ini ia rasakan. Sedikit takut, saat melihat tatapan suaminya ini dipenuhi kabut gairah.

Kedua benda tak bertulang itu bertemu, Jericho mencium Eva lembut. Meski ini bukan yang pertama kali ia mencium Eva, namun kali ini berbeda. Perlahan ciumannya turun ke leher jenjangnya, menciptakan tanda merah keunguan sebagai stempel kepemilikan atas dirinya, ia menahan tubuhnya dengan menekuk sikunya. Sedangkan tangannya mulai turun membuka kancing piyama Eva.

"Egh... Jer! Stop!" Eva melenguh dengan tangan mencoba menghentikan tangan Jericho yang hendak membuka kancing bajunya. Namun tenaganya kalah jauh dengan sang suami. Kedua tangannya justru malah digenggam erat oleh tangan pria ini membuat ia tak berdaya.

Semua kancing baju Eva sudah terlepas, menampakkan dua benda kenyal yang menantang yang masih tertutup bra hitam. Kabut gairah semakin melanda Jericho, ia tak sabar ingin bermain langsung ke inti. Dengan pelan, ia mulai meremas salah satu benda itu yang terasa pas di tangannya. Terasa sangat kencang, menandakan bahwa ia yang pertama untuk gadisnya ini.

Wajah Eva tak usah ditanya lagi, sudah pasti merah bak tomat. Ini sungguh memalukan baginya, ia tahu Jericho adalah suaminya sekarang, namun tetap saja ini yang pertama baginya. Ingin menghentikan, namun bagaimana caranya? Setiap kali ingin suaminya ini malah semakin memancingnya.

"Be-berhenti, egh!" Eva kembali melenguh saat pria di atasnya ini malah kembali membuat tanda di bagian dada terbukanya.

"Ku m-mohon, stop, dulu-- emmphtt!" Lagi-lagi bibirnya dibungkam oleh suami tampannya ini yang menciumnya begitu menuntut hingga Eva pun terkesiap, karena ini pertama kali ia merasa Jericho begitu liar. Ia semakin merinding saat membayangkan hal yang tak sepatutnya ia bayangkan.

"Jericho-"

"Diem, sayang. Aku suamimu."

"T-tapi-"

"Shhttt!"

"A-aku--"

"Calm babe."

"JERICHO AKU DATANG BULAN!!" Pekik Eva kesal, karena lagi-lagi ucapannya selalu dipotong oleh pria ini. Ya, memang itulah yang sedari tadi ingin ia katakan, namun begitu sulit gegara pria ini. Dengan segera ia mengancingkan bajunya kembali saat merasakan tangannya sudah dilepas Jericho.

Sedangkan pria itu tampak tercengang mendengar pekikan Eva yang seketika merusak dunianya. Gairah yang sebelumnya melanda tiba-tiba hilang entah kemana berganti rasa kesal yang terasa sampai ubun-ubun.

"What?!"

"Kalo kau lagi dapet, kenapa tak bilang dari tadi, Va!" Geram Jericho merasa dipermainkan oleh istri cantiknya ini.

Tak kalah kesal, tatapan penuh tuntunan Eva layangkan untuk Jericho. "Dari tadi juga aku mau bilang. Kaunya saja yang nyela terus." Bibirnya mengerucut kesal, namun tak urung juga merasa bersalah pada suaminya itu yang terlihat kesal, ralat, tersiksa.

"Maaf." Cicit Eva, walau bagaimanapun ia merasa ini juga salahnya membuat pria itu kecewa di malam pertama pernikahan mereka. Walau tak sepenuhnya salah Eva karena ini memang tanggalnya datang bulan, tetap saja ia merasa bersalah.

Pria itu tak mengindahkan permintaan maaf sang istri. Ingin memaki dan mengumpat, namun apalah daya Karena itu memang kodratnya sebagai seorang perempuan. Ia tak bisa menyalahkan itu apalagi mengumpat.

"Sampel kapan?" Tanya Jericho setelah beberapa saat hening.

"Mungkin seperti biasanya. Seminggu." Jawab Eva pelan.

Lemas sekali tubuh Jericho rasakan. Haruskah ia berpuasa selama itu, dan tersiksa setiap malam? Padahal waktu zaman pacaran saja ia bisa menahan gairahnya hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Namun entah mengapa kali ini sepertinya rasanya berat, walau hanya satu Minggu. Status Eva saat ini adalah istrinya, wanita yang sudah menjadi haknya sepenuhnya, termasuk tubuhnya.

Dengan langkah gontai ia bangkit dari tempat tidur, dengan masih memakai handuknya. Wajah yang sebelumnya terlihat begitu semangat kini sangat lemas dan lesu. Nirwana yang sebelumnya ia bayangkan akan dicapainya kini harus sirna gara-gara si tamu tak diundang yang sangat tak diharapkan kehadirannya.

"Mau kemana? Ngapain?" Tanya Eva.

"Mandi." Ucapnya singkat.

"Kau kan sudah mandi."

"Ck, nenangin dia." Melirik sesuatu yang menegang dibalik handuknya. "Memangnya kau bisa nenangin dia? Tidak kan." Ketus Jericho seraya masuk ke dalam kamar mandi.

------------------------------------------------------------

To be continued.

Hahahh😂

Kasian amat, yah, si bang Jer.

Di ghosting pas lagi panas-panasnya itu menyakitkan ya, Dad?🤣

Sabar, bang.

Poor Jericho. Eh salah, adiknya maksudnya 🤣😂

Next, gak, nih?

Ok, Next😂

(Gila😂)

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang