3. Aiden Jericho Alderick

2.8K 75 1
                                    

Dor! Dor!

Suara tembakan begitu menggema di sebuah gudang tua yang terbengkalai di sebelah utara kota Amsterdam. Seorang pria bule menatap dingin pada dua orang pria tak berdaya memegangi perutnya yang baru saja ia tembak.

Mendengar suara tembakan, membuat orang-orang yang ada di sana keluar mencari tahu apa yang terjadi. Sang pemimpin terkejut menatap dua anak buahnya yang mengerang kesakitan, "Hei, who is-" ucapannya seakan tertelan saat matanya bertubrukan dengan mata abu kehijauan setajam elang yang siap menghunusnya.

"Kau fikir dengan kau di sini membuatku takut? Tentu saja tidak!" kata sang pemimpin mencoba menantang pria itu.

Pria itu menyeringai hingga tanpa sadar mereka menelan salivanya sendiri. Tatapan matanya memancarkan tatapan remeh untuk orang-orang yang berani menantangnya. Karena bagi dirinya, mereka hanyalah tikus-tikus yang tidak sayang nyawa. Mengalahkan mereka bukanlah hak yang sulit untuk dilakukan olehnya.

"Kau menantangku?" dia menjeda ucapannya beberapa saat. "Ok!"

Tepat setelah mengatakan 'Ok' mereka menyerang pria itu.

Dor! Dor!

Dua peluru berhasil bersarang di lengan pria itu. Beberapa pukulan mendarat di wajahnya membuat wajah tampannya sedikit memiliki memar namun tidak mengurangi kadar ketampanannya. Pria itu jatuh tersungkur seolah kalah dengan orang-orang yang berani mengkhianatinya.

"Hahah lihatlah dia kalah!" Kata pemimpin gerombolan itu merasa senang karena mengalahkan dia. Bukannya khawatir, pria itu justru menyeringai, karena sebentar lagi permainan akan dimulai. Ini baru permulaan.

Detik berikutnya ia bangkit dan berhasil melumpuhkan beberapa dari mereka dalam hitungan detik. Peluru demi peluru ia layangkan tepat mengenai lengan dan kaki mereka. Tak sampai melubangi kepala, ia tak ingin mengotori lagi tangannya dengan kembali menjadi seorang pembunuh.

Ia menangkap sebuah sangkur yang sengaja dilempar ka arahnya dengan mudah. Melawan mereka tanpa rasa takut sedikitpun. Baginya, mereka hanyalah segerombolan tikus bodoh yang berani mengganggu seekor singa.

Sang pemimpin gerombolan itu merasa ketakutan sekarang saat pria itu melangkahkan kakinya ke arahnya dengan tatapan tajam dan dinginnya. Karena, hanya dia yang tersisa, semua rekannya sudah terkulai tak berdaya bahkan diantaranya ada yang kehilangan tangannya.

"To-tolong ampuni a-ak-"

"Berapa banyak uang perusahaan yang kau dan teman-temanmu itu gelapkan?!" sarkas Pria itu.

"A-aku tidak ta-hu--" ucapannya tertelan saat merasakan ujung pistol pria itu menyentuh keningnya. Ia tahu itu kode supaya berkata jujur.

"Se-seratus juta do-llar." tubuh sang pemimpin itu gemetar ketakutan saat senjata itu semakin menekan keningnya membuat dia semakin menunduk ketakutan tak kuasa membalas mata abu jehijauan yang menatapnya tajam.

"Selain itu apalagi yang kau curi?"

"Sa-tu truk mo-bil berisi emas batangan murni da-ri gudang bran-kas penyimpanan e-mas." ucapnya dengan terbata-bata.

Pria itu menyeringai, "Cukup besar juga nyalimu mencuri hartaku."

"Dengarkan aku baik-baik." pria itu menjambak rambut preman itu membuatnya mendongak ke atas.

"Jangan kau pikir karena aku mantan seorang mafia itu artinya juga aku sudah tidak lagi bersikap kejam seperti dulu. Tidak! Kau salah! Aku tetaplah Aiden! Tidak ada yang bisa mengubahku." tekannya.

'kecuali satu orang.' lanjutnya dalam hati.

"Ba-baik Tuan Jericho. Saya akan mengembalikan uang juga emas yang kami curi pada anda." lebih baik mengembalikan daripada nyawanya yang melayang.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang