Epilogue

2.1K 38 2
                                    

Sepuluh tahun kemudian.

Seorang anak tampan dengan gagahnya berlari ke arah adiknya yang menangis di jalan sambil berlutut memegangi kakinya yang terluka karena tergores aspal jalan saat sedang berlari menuju sang kakak namun tersandung di jalan.

"Jangan lari-lari Princess! Lihatlah kakimu terluka!" Tegur anak kecil itu dengan sedikit tegas serta penuh perhatian membersihkan luka adiknya dengan air mineral miliknya. Meski umurnya masih sepuluh tahun, akan tetapi justru sikapnya begitu sangat dewasa dan begitu menyayangi adik satu-satunya yang begitu ia sayang.

"Tapi Ivi au ke Akak Leon..." Sahut gadis cantik itu pelan menunduk menyadari kakaknya marah karena kecerobohan yang ia lakukan.

Leon hanya bisa menghela nafas melihat adiknya yang takut padanya karena marah. Tanpa menunggu lagi ia memeluk adiknya erat mengungkapkan permintaan maafnya layaknya anak dewasa yang menenangkan sang kekasih. Kalau saja orang lain lihat pasti mereka akan terkagum-kagum dibuatnya karena kerukunan adik kakak itu.

Senyum wanita cantik terukir indah di bibirnya. Meski kini usianya sudah kepala tiga, akan tetapi justru itu sama sekali tidak menyurutkan wajah cantiknya. Begitupun sang suami yang masih tampak berwibawa bahkan semakin menarik perhatian banyak gadis meski sudah memiliki dua orang anak.

Eva menyandarkan kepalanya di bahu suaminya dengan pandangan terus menatap anak mereka. "Vivi kayak aku ya, By? Manja!" Eva terkekeh geli melihat tingkah laku putrinya yang begitu manja pada sang Kakak.

Vivian Aleena Alderick. Sang anak kedua dari Eva dan Jericho. Gadis kecil berusia empat tahun itu memang begitu manja pada semua orang. Baik orang tuanya, kakek neneknya, pamannya, apalagi pada Kakaknya.

Pada Leon, Vivian selalu tidak mau lepas dari anak itu. Sikap Leon yang perhatian dan selalu memberi Vivian kasih sayang yang berlimpah membuat Vivian manja pada Leon. Tidak hanya pada Leon, begitupun pada Cella yang merupakan kakak sepupunya.

Jericho menoleh menatap Eva dan tersenyum membenarkan ucapannya. "Iya. Vivi kayak kamu." Tangan Jericho usil menarik hidung Eva. "Bedanya kamu maunya dimanja sama aku, sedangkan Vivi maunya dimanja sama Kakaknya." Sahutnya.

Eva terkekeh geli melepaskan tangan sang suami dari hidungnya. Ia mendongak menatap Jericho dengan senyum tulus yang terpatri. "Aku bahagia, By."

Nada sendu bercampur tulus membuat Jericho juga ikut merasakan hal yang sama. Rumah tangga Jericho dan Eva akhirnya sampai pada titik dimana hanya ada kebahagiaan yang menyelimuti mereka setelah perjuangan panjang dimasa sebelumnya.

"Aku juga bahagia, Sayang. Makasih udah kasih dua orang malaikat yang menyinari kebahagiaan kita. Aku beruntung dapatin kamu!" Lirih Jericho mendekatkan wajahnya menyatukan kedua keningnya dengan kening Eva membuat masing-masing dapat merasakan hembusan nafas panas.

Perlahan tapi pasti, kedua benda tidak bertulang itu bertemu menciptakan rasa bahagia dibumbui rasa cinta yang mendalam. Masih belum ada pergerakan, keduanya masih meresapi sensasi masing-masing. Tepat setelah hendak Jericho memagut bibir istrinya, sebuah celetukan menghentikan kegiatan mereka.

"Ama cama Apa agi apain cih, Kak? Kenapa mata Ivi di tutup?"

Sontak saja Eva mendorong Jericho kuat membuat pria itu tersentak belakang kursi. Jericho menoleh pada kedua anaknya yang berjalan mundur ke arahnya dengan Leon yang menutup mata Vivi.

"Leon..." Geram Jericho pelan.

Perlahan Leon berbalik menatap kedua orang tuanya. Sebagai anak sepuluh tahun, tentu Leon sudah mengerti hal-hal yang tidak patut diperlihatkan untuk sang adik. Dengan sedikit tersenyum paksa dan tangan yang terangkat membentuk peace, Leon meminta maaf.

"Maaf, Pa! Ma! Gak liat, kok!" Detik berikutnya Leon berlari saat ayahnya mengejarnya.

Vivian hanya mengerjap bingung melihat sang kakak yang memang terkadang selalu bertengkar dengan sang ayah meski tentang hal-hal sepele. "Papa kenapa kejal Akak, Ma?" Tanya Vivian polos pada ibunya.

Eva sedikit tersenyum kaku dengan wajah merahnya, la mengangkat tubuh putri kecilnya itu. "Gak papa kok, Sayang. Vivi tahu kan? Papa sama Kakak memang terkadang suka kejar-kejaran kayak gitu?"

Vivian mengangguk polos menatap ibunya dengan senyum lucu nan manis pada ibunya. Dikecupnya oleh Vivian pipi wanita hebat yang melahirkannya itu.

"Ivi cuka liat pipi Ama yang melah!"
______________________________________

Huft, akhirnya cerita Jericho-Eva bisa tamat juga setelah perjuangan panjang. Azzeeiikk🤣

Terima kasih aku ucapkan untuk kalian semua yang senantiasa mengikuti ceritaku ini dari awal. Terima kasih untuk kalian yang senantiasa memberikan vote dan komennya.

Aku tahu, ceritaku yang ini masih banyak kesalahan. Entah itu dari alur maupun tata bahasanya. Tetapi vote dan komen dari kalian sungguh mendukung aku. Sangat!❤️

So, jangan lupa baca ceritaku juga yang lain, ya... Aku gak maksa kok, cuma berharap😂

Jangan lupa juga follow akunku yang masih sangat sedikit bahkan benar-benar sedikit biar aku makin semangat gitu🥺 tapi balik lagi ke kalian, semuanya terserah kalian😚

Sekali lagi aku ucapkan terima kasih!!!

Tertanda

Ana

Lope lope❤️❤️

See you di cerita Ayanaa🎉

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang