59. Painfull Facts

581 26 1
                                    

Tidak terasa, dua bulan sudah. Jericho menatap keluar jendela pesawat dengan wajah yang semangat. Tidak lama lagi ia akan bertemu dengan istri tercintanya yang sedang menunggu kepulangan dirinya rumah. Senyum tipis meski nyaris tidak terlihat selalu tersinggung di bibir seksinya.

Dua bulan bukanlah waktu yang mudah ia lewati dengan keadaan baik-baik saja tanpa sang istri. Hampir setiap saat ia rindu Eva, bahkan dirinya juga hampir setiap jam videocall dengan istri cantiknya itu. Ini semua gara-gara pekerjaan pembuatan hotel yang begitu menguras waktu.

Selama dua bulan di sana, Jericho benar-benar sangat tersiksa dengan rindu dan juga keadaan tubuhnya yang entah kenapa selalu saja mual bahkan sampai muntah saat mencium bau kendaraan mobil, dan rasa mualnya akan hilang saat melihat wajah Eva. Terkadang ia sendiri heran, namun tidak mau diperiksa oleh dokter. Hanya Eva-nya yang boleh memeriksan

Oleh karena itu juga, sedari tadi ia tidak sabar ingin cepat-cepat sampai rumah dan bertemu istri yang teramat ia rindukan. Mendekap tubuh kecil itu erat tidak mau melepaskan dan melakukan... Sial! Lagi-lagi pikiran kotor itu selalu terlintas bahkan terkadang membuat dirinya menegang dan berakhir di kamar mandi.

Damn it!

"Daddy! Apa kita akan bertemu Mommy?" Suara lembut milik gadis kecil di sampingnya membuat Jericho mengalihkan atensinya dan memberhentikan pikiran kotornya.

"Ya, tentu saja. Oleh karena itu! Lebih baik kamu tidur dan jangan banyak bicara!" Daniel mengusap lembut kepala Cella yang berada di pangkuannya. Lalu tak lama kemudian gadis kecil itu tertidur pulas karena tangannya yang tidak berhenti mengelus lembut membuat gadis itu merasa sangat nyaman.

Jericho yang melihat interaksi ayah dan anak itu merasa sedikit iri. Bisa-bisanya bawahannya mendahului dalam hal menjadi seorang ayah. Terbesit rasa bersalah dalam benak Jericho saat mengingat peristiwa beberapa bulan lalu yang membuat Eva keguguran gara-gara Julian, namun segera ia sadar. Itu sudah takdir.

Namun sedetik kemudian Jericho juga merasa iba dan kasian pada gadis kecil yang kini secara tidak langsung menjadi keponakannya. Gadis malang korban keegoisan ibu kandungnya. Juga ayahnya yang sama sekali tidak tahu bahwa ia hidup dan selalu menantikan kehadiran sang ayah setiap hari.

Kini Jericho sadar, kenapa wanita itu bisa-bisanya mencoba menghancurkan rumah tangganya yang secara tidak langsung juga menghancurkan perasaan adiknya. Karena anaknya saja ia telantarkan tanpa rasa kasihan, apalagi adik kandungnya?

Cih.

Mengingat wanita itu seketika membuat Jericho kembali emosi, namun sekuat tenaga ia tahan. Jericho menghela nafas panjang demi menghalau emosi yang beberapa waktu lalu merasuki dirinya.

Netra Jericho kemudian menatap asistennya yang masih menimang sang anak dengan penuh kasih sayang dan rasa penyesalan yang terlihat begitu kentara di wajah pria itu. Ada rasa sedikit kasihan melihatnya, namun juga apalah daya, Jericho tidak bisa membantu.

"Terimakasih, Tuan!" Ucap Daniel tiba-tiba menatap Jericho.

Jericho mengangkat satu alisnya tanda tidak mengerti maksud pria di sampingnya itu. "Untuk?"

Daniel tersenyum namun terkesan gentir. "Kalau bukan karena anda, mungkin sekarang aku tidak akan tahu kalau Cella adalah putriku."

Tangan Jericho menepuk pelan bahu Daniel. "Tidak perlu seperti itu, Dan. Kau juga banyak membantuku."

Ya. Awalnya Jericho sangat heran dengan tingkah asistennya yang begitu sangat tampak menyayangi dan sangat memperhatikan gadis kecil bernama Cella itu padahal pria itu katanya tidak ada hubungan apa-apa.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang