68. After Seven Months

816 26 1
                                    

Tujuh bulan kemudian...

Kematian Zevanya memang meninggalkan duka dan luka bagi orang-orang yang terdekatnya. Tetapi itu bukanlah alasan untuk terus terpuruk dalam kesedihan yang tiada akhir. Karena percuma, semua itu tidak mungkin biasa diubah sekuat apapun diusahakan.

Berbahagia setelah meninggalnya Zevanya bukan karena mereka tidak sedih apalagi tidak bahagia. Justru mereka tahu, dengan terus bersedih hanya akan menyiksa Zevanya karena mereka yakin Zevanya menginginkan kehidupan orang-orang terdekatnya bahagia tanpa bayang-bayang dirinya.

Vania mulai menerima keadaan bahwa putri sulungnya sudah tiada meninggalkan dunia ini, ia tidak lagi terlalu bersedih karena Cella, yang merupakan anak Zevanya lah yang menjadi obat rindu untuk putri sulungnya. Alex tidak lagi menyalahkan diri sendiri, ia akhirnya bisa menerima keadaan.

Daniel kini tinggal bersama putrinya di sebuah rumah yang sengaja dibelinya di sini, dan kemungkinan besar ia juga akan tinggal di sini. Karena Cella katanya tidak mau pindah kemana pun. Gadis itu ingin di sini karena banyak teman dan juga keluarga yang begitu menyayangi dirinya.

Tidak jarang, Cella selalu menginap di rumah kedua Kakek Neneknya karena baginya di sana sangat menyenangkan. Terlebih kalau di rumah Adit dan Sarah, gadis itu semakin betah karena selalu ada pamannya, Ezra yang terkadang mengajaknya berjalan-jalan serta bermain di taman. Meski tidak jarang pemuda itu juga menjahili gadis kecil itu hingga menangis.

Selain di rumah Kakek Neneknya, Cella juga sering menginap di rumah Eva dan Jericho karena merasa dekat dengan mereka dan juga katanya ingin melihat adik bayinya meski belum lahir.

Kandungan Eva saat ini sudah mulai membesar karena sudah sembilan bulan. Mungkin bisa diprediksikan sebentar lagi akan lahir sang penerus keluarga Alderick selanjutnya. Entah laki-laki atau perempuan, yang jelas Jericho dan Eva tidak mau mengetahui hal itu dulu. Biarlah nanti menjadi kejutan.

Tendangan demi tendangan terkadang selalu Eva rasakan di waktu-waktu tertentu seolah berontak tidak sabar ingin segera keluar melihat dunia yang luas. Reaksi suaminya tentu sangat terkejut sekaligus senang merasakan pergerakan kecil anak mereka yang mulai aktif.

Jericho sama sekali tidak pernah meninggalkan istrinya di rumah sendirian bersama pembantu. Meski banyak yang berjaga, tetapi pria itu sama sekali merasa tidak percaya jika menitipkan istrinya pada orang kepercayaannya. Mungkin ia begitu sangat trauma mengingat masa lalu.

Kalau ada pekerjaan ia lebih memilih membawanya ke rumah dari pada menyelesaikannya di kantor. Kalau ada masalah di Belanda atau dikantor cabang, ia lebih mempercayakan semua itu pada Daniel dan Dean yang sudah sangat ia percaya bisa menyelesaikan semuanya.

Prioritas utama bagi Jericho adalah istrinya, apalagi saat sedang hamil besar seperti. Takut-takut kalau nanti Jericho pergi dan Eva akan melahirkan siapa yang akan menemani dirinya? Meski ada keluarga yang selalu menemani, tetap saja Jericho tidak mau itu terjadi.

Terkadang Eva juga merasa bersalah karena menjadi penyebab suaminya itu merasa lelah karenanya yang selalu melayaninya meski wanita itu sudah melarang dan bisa melakukannya sendiri, tetapi tetap saja Jericho keras kepala. Ditambah lagi dengan pekerjaan yang padat bahkan sampai lembur hampir setiap malam dibuatnya. Semakin menambah rasa bersalah Eva.

Walau tidak menampik Eva juga merasa senang dan bahagia merasa dilayani dan diprioritaskan dengan pekerjaan suaminya yang banyaknya setinggi gunung Himalaya. Lagi pula entah mengapa Eva juga belakangan ini merasa selalu ingin dekat dengan Jericho. Mungkin pengaruh bayi.

Lagi pula Eva juga sebenarnya ingin disaat-saat akan melahirkan ingin bersama suaminya dan selalu berada dekat dengannya. Seperti saat ini, ia sedang menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya dengan posisi terbaring di atas kasur dan sang suami memeluknya dari belakang sambil sesekali mengecup kepalanya.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang