20. Jujur

857 33 0
                                    

"Kemarin gimana aja? Kamu gak di apa-apain, kan, sama Papa aku? Dia gak kasih tantangan ekstrim kan?" Cerca seorang perempuan cantik nan anggun dengan jas khas dokternya yang dipakainya pada seorang lelaki di hadapannya yang menemuinya di rumah sakit tempatnya bekerja.

Terkekeh gemas, lelaki itu mendudukkan dirinya di sofa ruangan sang kekasih. "Tenang aja, sayang. Aku gak di apa-apain." Jawab Jericho santai.

Eva ikut duduk di samping Jericho. "Masa' sih? Biasanya Papa itu selalu ngelakuin hal ekstr-- Tangan kamu kenapa?!" Eva sungguh terkejut melihat lengan Jericho yang terbalut perban.

"Gak papa." Jawabnya singkat. Sedikit menurunkan lengan kemejanya agar tak terlalu terlihat. Jericho takut Eva akan sedih kalau tahu itu bekas luka cakaran harimau akibat tantangan yang diberikan ayahnya Eva. Karena Jericho tahu, Eva pasti akan merasa bersalah padanya.

"Ck, gak papa gimana, sih? Itu kenapa diperban?" Eva mencoba menarik lengan Jericho ingin memastikan luka bekas apa itu, namun Jericho malah menjauhkankan lengannya dari jangkauan Eva.

"Jer! Siniin. Aku mau liat bekas luka apa itu?"

"Seriusan, sayang. Gak papa. Cuma luka kecil."

Wajah Eva memelas, "Iya tapi aku mau liat dulu." Eva merajuk dengan tatapan memohon.

Kalau sudah begini siapa yang tak luluh? Jericho memang paling lemah kalau Eva sudah memohon. Ia paling tidak bisa menolak keinginan Eva, apalagi kalau sudah melihat wajah memelasnya membuat ia tak tega menolak keinginannya. Akhirnya Jericho membiarkan Eva melihat lukanya.

"Ini bekas luka apa? Jawab jujur." Kata Eva dengan nada dingin dan menatap datar Jericho.

Menarik nafas, "Cakaran harimau." Jawab Jericho pelan.

Mata Eva membulat sempurna. "Kok bisa?"

Jericho menggaruk tengkuknya, bingung harus menjawab apa, sungguh ia takut Eva sedih dan merasa bersalah padanya.

Menyadari tingkah Jericho, Eva mulai menerka-nerka dalam benaknya. "Ini karena Papa?" Kan! Tetap sekali. Tatapan Eva berubah sendu, ia tahu ini pasti karena ayahnya.

Jericho segera merengkuh tubuh Eva ke dalam pelukannya saat melihat wajah Eva yang sedih. Inilah yang Jericho tidak ingin terjadi. Ia tak mau Eva sedih karenanya. "Aku gak papa sayang. Serius."

"Tapi gegara Papa kamu luka." Lirih Eva merasa bersalah.

"Gak papa sayang." Sahutnya menenangkan seraya mengecup kening Eva.

***

Manik mata abu kehijauan milik Jericho sejak tadi tak berhenti terus melirik seorang gadis bergaun violet yang duduk manis di sofa ruang kerjanya. Gadis itu benar-benar membuatnya hilang fokus, hingga mengalihkan perhatiannya dari yang sebelumnya selalu profesional pada pekerjaannya kini malah sepenuh perhatiannya milik gadis itu.

"Kerjaannya masih banyak, ya?" Tanya Eva sambil menopang dagu menatap sang kekasih yang sedang duduk dengan di depannya sebuah laptop dan di sisinya terdapat setumpukan berkas. Mengingat tak ada lagi pasien yang ditangani Eva, akhirnya Eva memutuskan ikut bersama sang kekasih ke kantornya usai pria itu mengatakan akan ke kantor karena masih banyak pekerjaan yang harus ia tangani.

"Masih." Dengan langkah santai Jericho melangkah mendekati Eva lalu duduk di sampingnya sambil merangkul kan lengan kekarnya pada bahu Eva.

"Katanya masih, tapi kok ke sini, sih?" Cibir Eva menepuk pelan tangan yang melingkar di bahunya itu.

Terkekeh, Jericho melepas paksa jas dan dasi nya yang terasa mencekik. "Mau kerja juga, gak fokus. Perhatian aku udah kamu ambil sepenuhnya." Sahutnya santai sambil mengerlingkan matanya menatap goda Eva membuat semburat merah terlihat nyata di pipi sang kekasih.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang