46. The Anger

577 20 6
                                    

Senyum tipis tak pernah lepas dari bibirnya membuat orang-orang yang melihatnya heran. Entahlah, Jericho tampaknya sedang berbahagia karena mendapatkan hadiah. Tidak, tidak! Hanya satu orang sebenarnya yang bisa membuat ia senyum-senyum tidak jelas. Siapa lagi kalau bukan istrinya.

Entahlah, Jericho merasa seharian ini Eva terasa berbeda dari biasanya. Contohnya sejak tadi, wanita itu tampak memanjakannya seperti menyiapkan pakaian, air untuk mandi, serta memasak makanan untuknya. Jericho sempat menanyakan, apa ada sesuatu? Atau sebenarnya Eva sudah kembali ingatannya?

Tentu saja semua tingkahnya membuat Jericho senang bukan kepalang. Ia merasa Eva seperti dulu saat sebelum hilang ingatan yang tidak canggung padanya. Jericho merasa Eva-nya sudah kembali lagi padanya. Akh, betapa senang ia rasakan saat ini. Bahkan lebih senang dibandingkan anak kecil yang mendapat permen gratis.

"Tuan! Anda sehat?"

Sontak saja tatapan tajam Jericho ia layangkan untuk bawahannya yang kini menjabat sebagai asistennya menggantikan posisi Dean yang telah kembali ke Belanda mengurus pusat perusahaan yang Jericho tugaskan bersama Sophia, istri Dean.

"Apa maksudmu berkata seperti itu?" Desis Jericho tajam dengan sorot mata kesal bukan kepalang.

Dasar Daniel. Pria itu memang sama sekali tidak ada tata krama kepada atasannya. Sungguh berani sekali Daniel itu. Memangnya siapa yang berani mengatakan bosnya sehat atau nggak yang secara tidak langsung mengatakannya gila kecuali Daniel seorang? Patut diberi piagam penghargaan.

"M-maaf Tuan, tapi bukankah orang yang senyum-senyum tidak jelas itu disebut... Hehehe," Daniel nyengir kuda saat Jericho sudah meremas pulpen di tangannya hingga patah, bahkan remuk dengan netra tajam yang masih mengarah padanya. Bahaya.

"Pergi dari sini sebelum kubuat tulangmu remuk seperti pulpen ini!" Pekik Jericho kesal.

"Ampun Tuan," tanpa menunggu lagi Daniel langsung ngacir keluar ruangan Jericho karena sebelumnya ia hanya ingin memberikan berkas, namun melihat atasannya yang senyum-senyum tidak jelas membuat Daniel ingin mengerjainya.

"Shit! Bawahan tidak tau diri!" Umpat Jericho kesal. Baik Dean maupun Daniel, keduanya sama menyebalkan untuknya. Hanya saja Daniel lebih menyebalkan dibandingkan Dean, pasalnya pria itu terkadang selalu berbicara asal jeplak.

Jericho kembali berkutat dengan laptopnya menyalin file-file dalam berkas yang diberikan Daniel sebelumnya. Ia mencoba fokus, meski rasanya ingin sekali mengejar pria itu keluar dan memukulinya membabi buta.

Ceklek!

Pintu kembali terbuka menampakkan Daniel yang kembali masuk dengan wajah takut.

"Kenapa kau kembali?" Ketus Jericho.

"Maaf Tuan tapi ini jadwalnya ada meeting dengan beberapa petinggi saham perusahaan, bahkan mereka sudah menunggu sejam lalu." Sahut Daniel pelan.

"Ck, kenapa kau baru memberi tahuku sekarang?!" Runtuk Jericho seraya berdiri.

"Maaf Tuan, saya lupa," Daniel nyengir kuda.

"Dasar pikun!" Umpat Jericho.

"Cih, anda juga pikun Tuan. Padahal tadi pagi saya sudah memberi tahu." Balas Daniel pelan.

"Apa kau bilang?!" Meski pelan, namun Jericho dapat mendengar jelas ucapan Daniel.

"Anda pikun." Dengan tampang polosnya Daniel berucap.

"Dan!!!"

***

Eva tampak melamun di sisi halaman rumah. Pikirannya melayang membayangkan akan seperti apa nanti kehidupannya tanpa Jericho setelah mereka berpisah. Setetes air mata kembali mengalir di wajah cantiknya. Entahlah, hatinya begitu tak rela akan rencana kakaknya. Namun ia tak bisa menolak itu.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang