Dua hari berlalu.
Seorang pria tampan duduk di atas kursi kebesarannya dengan mata yang terus tertuju pada laptop di hadapannya. Kedua sudut bibirnya melengkung melihat foto istrinya yang sedang tersenyum manis menatap kamera. Foto itu diambil sebelum istrinya hilang ingatan.
Jericho sebenarnya begitu rindu dan ingin bertemu dengan Eva. Namu rasa kecewa dan marah masih bersemayam dalam dadanya. Katakanlah Jericho pengecut yang tidak berani menemui istrinya saat masalah menghampiri mereka. Bukan karena tidak mau. Hanya saja Jericho tidak ingin melukai Eva dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah dan malah berakibat membuat Eva sakit hati.
Ia tidak mau wanitanya sedih karenanya.
Biarlah mereka seperti ini sementara. Jericho hanya ingin Eva introspeksi diri untuk sementara agar menyadari kesalahan fatal yang ia buat. Meski ia tahu Eva sungguh menyesali keputusannya, namun Jericho tidak bisa langsung luluh begitu saja. Kali ini mungkin dirinya harus lebih tegas. Kalau ia memaafkan Eva dengan mudah, takutnya nanti justru Eva akan melakukan hal yang sama.
Selama dua hari belakangan ini, Jericho sama sekali tidak memberi kabar dan menonaktifkan handphonenya agar tidak ada yang menghubungi. Karena tak jarang, meski ia memblokir semua kontaknya, tetap saja akan tersambung melalui Ayana yang ahli dalam hal IT.
Dan selama itu dia hanya tinggal di apartemen atau kantornya yang memang ada kamar pribadi di dalam ruangannya. Kamar itu sengaja dibuat saat ia lembur kerja karena pekerjaan yang menumpuk. Namun, saat menikah ia jarang menggunakan kamar itu. Hanya saja kali ini keadaannya berbeda.
Hanya minum-minuman keras yang menemaninya semalaman. Karena kalau tidak minum maka ia akan sulit untuk tidur. Kalau saja Eva tahu, mungkin ia akan marah dan berbalik kecewa padanya. Karena sedari dulu Eva sangat tidak suka dirinya minum, entah kalau sekarang mengingat keadaannya yang hilang ingatan.
Jericho melupakan janjinya yang pernah ia katakan pada Eva sewaktu masih pacaran.
"Kamu bilang apa tadi? Dari club? Ngapain?"
"Main."
Eva mengernyit, lalu menatap tajam Jericho. "Kamu pasti liatin wanita- wanita kurang bahan itu, ya?" tanyanya penuh selidik membuat Jericho tertawa mendengarnya.
"Gak mungkin, sayang! Kamu lebih cantik daripada jalang-jalang itu."
"Terus ngapain?"
"Aku hanya minum-minum, gak lebih."
Eva terdiam sebentar, jujur saja ia tidak suka minum. Selain itu, munum minuman keras juga dapat merusak kesehatan. "Kamu suka minum?" tenyanya hati-hati.
"Hm, kenapa?" tanyanya heran.
Eva bingung bagaimana menjelaskannya, "Kalau seandainya aku larang kamu minum lagi, kamu bakalan nurutin gak?" Eva seolah bertanya, padahal sebenarnya ia tak suka Jericho minum. Bukan apa-apa, ia takut akan kesehatan pria yang sudah menghuni hatinya ini.
Jericho tersenyum, ia tahu makna tersirat dalam pertanyaan itu, "Kamu gak suka aku minum?" tepat sekali.
Eva bungkam.
"Jujur aja, sayang! It's ok."
"Iya, aku gak suka kamu minum. Minum minuman keras itu gak baik buat kesehatan. Aku gak mau kamu kenapa-napa." jelas Eva sambil mengelus rahang tegas itu.
Jericho tersenyum melihat kekhawatiran di mata kekasihnya itu. Ia memegang tangan Eva yang mengelus rahanya lalu mengecupnya. "Ok."
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Love [Completed]
ActionSakit hati adalah konsekuensi yang harus diterima saat jatuh cinta. Seorang gadis bernama Evana Adelia itu menjadi salah satu korbannya. Kekasih yang teramat dicintainya itu mengkhianatinya membuat Eva memutuskan kembali ke negara asalnya dan mencob...