65. Pelukan

580 22 1
                                    

Sampai waktu malam, Zevanya meminta mereka pulang karena hari sudah larut. Awalnya keluarganya tidak mau, namun Zevanya memaksa dengan alasan agar Cella dibawa karena ini rumah sakit. Zevanya tidak mau anaknya juga sakit. Biarlah yang menjaganya ada Daniel.

Tetapi sebelum Jericho dan Eva juga ikut pergi. Zevanya meminta untuk berbicara empat mata dengan pria suami adiknya itu karena ada hal yang ingin ia bicarakan dengannya karena beberapa waktu lalu belum sempat untuk mengungkapkan rasa bersalahnya.

Tentu Jericho menolak permintaan Zevanya itu. Tetapi Eva terus memaksa dirinya agar mau menerima melihat Zevanya yang terlihat sangat ingin. Pada akhirnya dengan sangat terpaksa Jericho menuruti karena istrinya. Kini ia dan wanita itu berdua di dalam ruangan khusus Zevanya.

"Mau bicara apa?" Nada dingin terdengar begitu menusuk. Jericho benar-benar risih berdua dalam ruangan seperti ini apalagi dengan wanita yang sangat tidak ia sukai. Ia ingin segera keluar menyusul istrinya yang menunggu di mobil.

"Aku--" Zevanya tampak ragu.

"Cepatlah!" Tukas Jericho jengah.

"Aku hanya ingin meminta maaf soal yang kemarin. Kau pasti tahu bukan apa yang aku lakukan hampir menghancurkan rumah tanggamu dengan adikku. Aku tahu aku salah, oleh karena itu aku ingin meminta maaf sedalam hati," Menunduk menyesal.

"Apa kau memaafkanku?" Zevanya mendongak saat tidak ada sahutan.

"Hm."

"Hanya itu?" Dengan santai Jericho bertanya. Kalau hanya untuk ini kenapa harus susah-susah bicara berdua? Menyebalkan saja. Sebenarnya masih ada amarah dalam hatinya, namun demi istrinya ia dengan berat hati memaafkan kesalahan yang dilakukan kakak iparnya itu.

"Tidak. Sebenarnya masih ada,"

"Apa?"

Zevanya terdiam menggigit bibir bawahnya ragu untuk berkata apa yang diinginkan hatinya. "B-bolehkan aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya? Aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi setelah itu,"

"Apa kau gila?" Sentak Jericho marah. Bisa-bisanya wanita itu... Bahkan disaat sakit seperti ini ia masih berani dan lancang padanya setelah apa yang ia lakukan sungguh kesalahan fatal.

Wanita itu menunduk. "Aku tahu aku lancang. Tapi kumohon, izinkan aku melakukannya. Aku ingin merasakan pelukan orang yang aku cinta sebelum ajal menjemput diriku."

Rasa amarah kembali merasuki jiwa Jericho saat mendengar kalimat Zevanya yang begitu sangat tidak tahu malunya. "Kau benar-benar wanita murahan!" Umpatnya. "Kau sudah memiliki Daniel! Bahkan kalian sudah terikat oleh anak. Dia sangat mencintai kau, tetapi apa balasanmu?! Benar-benar tidak tahu diuntung!" Radang Jericho marah.

"Ya. Aku memang tidak tahu diuntung. Aku menyia-nyiakan Daniel, pria yang selalu ada untuk diriku. Aku jahat karena secara tidak langsung menjadikan ia pelarianku. Tetapi apa kau pikir aku mau itu?" Zevanya ikut meradang. "Aku tidak mau itu terjadi. Aku sudah mencoba membuka hatiku untuk dia, tetapi apa hasilnya? Semuanya sia-sia." Wanita itu menangis.

"Aku memang merasa nyaman bersama Daniel dan mengira bahwa aku mulai jatuh cinta padanya apalagi mengetahui kalau dia ayah dari anakku. Tetapi ternyata? Hatiku tidak bisa dibohongi. Hatiku masih sakit melihat kau bahagia dengan adikku." Zevanya menangis sejadi-jadinya.

"Aku sudah tidak lagi mengharapkan balasan cinta atau apapun darimu. Aku bahagia melihat dirimu bahagia dengan Eva. Aku tidak peduli dengan sakit hatiku lagi," tegas Zevanya.

"Aku hanya ingin mendapatkan pelukan darimu." Ucapnya pelan. "Aku egois. Ya, aku memang egois. Aku hanya ingin mendapatkan pelukan terakhir darimu sebelum mati apa sungguh tidak boleh?" lirih Zevanya.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang