45. Hasutan

539 19 12
                                    

Super market. Menjadi sasaran tiga orang wanita menuntaskan hobi berbelanja kebutuhan masakan mereka. Macam-macam buah dan sayuran sudah mereka masukan ke dalam troly belanjaan yang tampak sudah penuh.

Vania memang mengajak kedua putrinya untuk memasak bersama di rumah untuk makan malam. Awalnya Vania hanya mengajak Eva, karena anak sulungnya itu sangat anti dalam hal memasak. Namun tadi, entah angin dari mana yang membuat ia ingin ikut, katanya.

Usai berbelanja, mereka mampir ke sebuah cafe karena rasa lapar dan haus yang melanda.

"Kamu mau pesen apa, Va?" Tanya Vania tersenyum lembut. Ia memang sangat merasa bahagia dengan keadaan Eva yang kini mulai membaik. Meski masih ada rasa sedih karena Eva hilang ingatan, namun tak apa. Ini jauh lebih baik.

"Eva pesen apa aja, deh. Terserah Mama."

"Ya udah kalo gitu, Mama pesenin nasi goreng aja. Dulu kamu suka banget nasi goreng," jawab Vania.

"Zee gak di tawarin juga nih, Ma?" Celetuk Zevanya merasa iri karena ibunya itu terlalu perhatian pada adiknya. Meski ia tahu, bagaimana perasaan ibunya yang sedih dengan keadaan Eva. Namun entahlah, obesesi dan ambisi terlalu menyelimuti dirinya sekarang membuat ia seakan menjadi seekor ular licik.

"Kamu 'kan tinggal ngomong mau apa." Jawab Vania santai tanpa menyadari perubahan wajah kesal anak sulungnya.

"Iss," Zevanya mendesis kesal.

Eva hanya diam memperhatikan perubahan wajah kesal kakaknya. Entah sikap apa yang harus ditunjukkan, yang jelas semenjak kejadian di kantor Jericho waktu itu, Eva rasanya enggan menemui kakaknya. Terasa sangat canggung, meski kakaknya itu tampak biasa saja seolah tak terjadi apa-apa.

Tak lama setelahnya, makanan yang mereka pesanpun datang. Tanpa menunggu, mereka langsung makan makanan yang disajikan di depan.

"Suami kamu bakalan ikut nginep gak, Va?" Tanya Vania disela makan.

"Kayaknya sih, nggak." Jawab Eva.

Eva memang akan menginap di rumah ibu dan ayahnya karena mereka mengajak ia makan malam bersama. Tak hanya Eva, bahkan sebenarnya Jericho juga diundang, hanya saja pria itu menolak datang karena pekerjaan yang menumpuk.

Sebenarnya Jericho bisa saja mengesampingkan pekerjaannya demi istrinya. Namun mendengar kalau ternyata Zevanya juga ada di sana membuat ia urung. Bahkan sebelumnya sempat tak mengizinkan Eva, namun Eva terus merayunya hingga akhirnya Jericho mengizinkan. Namun Jericho menolak ikut.

"Lah, kok nggak?"

"Dia banyak kerjaan, Ma. Makanya gak bisa dateng. Tadi aja nganterin aku ke rumah Mama dianya langsung kembali ke kantor, dan bilang kemungkinan bakalan lembur kerja." Lugas Eva. Vania mengangguk mengerti.

Zevanya diam-diam menggeram kesal. Karena Zevanya pikir Eva dan Jericho akan bertengkar karena kejadian beberapa waktu lalu yang membuat dirinya dipecat. Ya, Zevanya dipecat dari perusahaan Jericho. Ia sedikit marah dengan semua itu. Namun ia juga merasa senang karena merasa Eva dan Jericho akan bertengkar karenanya. Namun sekarang?

Sepertinya Zevanya harus memikirkan rencana lebih matang.

***

Kegelap menyelimuti kota Jakarta karena hari sudah malam. Eva tampak menikmati angin segar udara malam di rumah ibunya usai makan malam. Seulas senyum menghiasi wajah cantiknya saat sang suami sebelumnya sempat menelpon dan merindukannya. Padahal hari ini belum genap satu hari, tetapi bisa-bisanya Jericho sudah rindu. Dasar.

Bahagia sekali rasanya merasa diperhatikan, apalagi oleh orang yang kita cintai. Eva mungkin memiliki ayah dan ibu tiri. Namun mereka sama sekali tidak pernah membedakan mana anak kandung dan mana anak tiri. Seperti Alex dan Sarah. Bagi Eva mereka sama.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang