"What?! Seriusan kakak hamil?!" Pekik Ayana dan Elsa bersamaan.
"Gak nyangka gue, si kakak tokcer juga ternyata." Celetuk Ayana membuat Eva menatapnya tajam. Bisa-bisanya Ayana berkata demikian.
"Bentar lagi Eca jadi Onty, dong?! Senangnya!" Sorak Elsa merasa bahagia.
"Semoga jadi anak pinter, cantik atau ganteng karena Onty gak tahu kamu cewek apa cowok, Hahah. Semoga jadi anak yang berbakti sama orang tua, jadi anak Soleh, jadi anak yang membanggakan keluarga, pokoknya jadi yang baik Onty doain." Elsa mendoakan.
"Cih, panjang bener kek pidato." Cibir Ayana.
"Diem aje lo."
Tak kalah heboh, Amara segera memeluk Eva lalu memerintahkan para pelayan memasak yang banyak sebagai bentuk kebahagiaannya. Ia sungguh antusias mengetahui ia akan memiliki seorang cucu.
"Gak sia-sia Mama. Izinin kamu pindah rumah, Jer. Ternyata hasilnya cepet banget." Sahut Amara.
Eva mengernyit. "Jangan bilang dulu waktu kita pindah rumah, Mama kamu sogok biar cepet punya cucu. Gitu?" Tebak Eva bisik pada suaminya dengan tatapan tajam.
"Hehe.." ia cengengesan. "Gak ada cara lain sayang. Peace!" Jericho mengacungkan jari tengah dan telunjuknya saat melihat tatapan tajam istrinya yang seakan ingin menelannya hidup-hidup.
Mendengus kasar. Eva sungguh kesal pada suaminya ini. Pantas saja pria di sampingnya ini selalu on fire dalam hal begituan siang dan malam.
"Kamu tinggal di sini aja, ya, Va? Biar Mama juga bisa jagain kamu." Sahut Amara dengan tatapan memohon.
Sedikit tak enak rasanya ingin menolak permintaan mertuanya. Eva tak tega, namun juga masa' iya, rumah yang baru ia dan suaminya tinggalin kini sudah kembali kosong? Kalau ada yang menghuni bagaimana? Hantu misalnya. Ah, sial! Hantu meresahkan ternyata.
Sedikit melirik suaminya meminta bantuan, Eva tak tahu harus menjawab apa dan meminta Jericho saja yang menjawab pertanyaan ibunya, melalui tatapan matanya itu Eva ucapkan. Dan Jericho pun menyadari arti tatapan Eva, dengan segera ia menjawab pertanyaan ibunya.
"Gak bisa, Ma. Rumah yang baru kita tempatin kan juga baru--"
"Mama gak ngomong sama kamu. Mama ngomong sama Eva." Cetus Amara menyela kalimat putranya. "Gimana Eva sayang, mau gak?" Tanya Amara lagi pada Eva.
"Maaf, Ma. Tapi kata Jericho bener, rumah kita kan baru ditempatin, masa iya udah ditinggal-tinggal aja." Jawab Eva sedikit tak enak membuat mertuanya itu kecewa. Namun juga tak mungkin ia mengabaikan rumah baru yang ia dan suaminya tempati.
Amara menghela nafas. " Ya udah deh, tapi jangan kerja dulu, ya. Semuanya dilakuin sama pembantu aja, dulu." Titah Amara.
Eva tersenyum. "Iya, Ma. Di sana juga ada bi Ani sama bi Laras yang ngurus rumah. Eva cuma masak aja."
"Syukur deh, kalo gitu."
"Jer!"
Jericho menoleh saat ibunya memanggilnya. "Hm?"
"Kenapa kamu diam aja, sih? Ngomong napa. Kayak patung pojok ruangan aja." Runtuk Amara.
Jericho mendengus kesal. Setiap ingin ngomong ibunya itu selalu saja menginterupsinya. Sekarang giliran diam malah bertanya kenapa. Ibunya itu maunya apa, sih? Sungguh ia benar-benar bingung dengan sifat ibunya itu.
"Gak papa, Ma."
"Nyonya! Makanannya sudah siap."
"Ya udah kalo gitu, ayo-ayo cepetan makan." Seru Amara semangat sambil menggandeng tangan Eva mengajaknya ke meja makan. Ayana dan Elsa juga menyusul ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Love [Completed]
ActionSakit hati adalah konsekuensi yang harus diterima saat jatuh cinta. Seorang gadis bernama Evana Adelia itu menjadi salah satu korbannya. Kekasih yang teramat dicintainya itu mengkhianatinya membuat Eva memutuskan kembali ke negara asalnya dan mencob...