35. What's wrong with Jericho?

592 18 3
                                    

"Maafkan saya, saya tidak bisa menyelamatkan janin yang ada dalam kandungan pasien."

Deg!

Bagai sambaran petir, fakta yang dilontarkan sang dokter membuat dunia mereka seolah runtuh. Terutama bagi para calon kakek dan nenek. Mereka sangat kehilangan calon cucu yang bahkan belum mereka lihat secara nyata.

Thomas semakin merasa bersalah telah gagal menjaga menantunya. Entah bagaimana reaksi putranya saat mengetahui ini nanti atau mungkin ia tak akan pernah tahu. Karena keadaan Jericho sekarang saja tak ada yang tahu, entah hidup atau mati. Yang jelas ia berharap putranya selamat.

"T-tapi keadaan menantu saya baik-baik saja, kan, dok?" Tanya Amara dengan bibir bergetar takut. Walau bagaimanapun nyawa Eva lebih penting.

"Gak ada hal buruk kan?" Timpal Vania mencoba berdiri, namun lagi-lagi ia terjatuh lemas membuat sang suami membantunya berdiri.

"Pasien mengalami luka dalam di beberapa bagian tubuhnya, kedua pergelangan kakinya patah dan lengan kirinya retak. Serta akibat benturan keras di bagian kepalanya membuatnya dinyatakan koma." Jelas Dokter.

Deg!

Lagi-lagi fakta itu menghujam jantung mereka mendengar penjelasan sang dokter. Vania langsung pingsan saat itu juga membuat sang suami menggendong tubuhnya dan membawanya masuk ke dalam salah satu ruangan kosong. Sedangkan Sarah sudah sejak tadi ia pingsan saat mendengar Eva keguguran.

"Berapa lama, dok?" Tanya Adit pelan.

"Entahlah Tuan, saya tidak bisa memprediksikan kapan pasien akan sadar, yang jelas setiap orang koma ada yang jarak waktu sebentar, seperti satu minggu ia akan sadar. Dan ada juga yang dalam jangka waktu lama, bahkan sampai bertahun-tahun."

Diam. Tak ada yang bersuara, entah apa yang harus diucapkan. Tenggorokan Adit tercekat seakan ada yang mengganjal, bahkan saat sang Dokter berlalu pun ia tak berucap.

"Sebenarnya bagaimana hal ini bisa terjadi?" Tanya Adit setelah berhasil menetralisir keadaannya yang sempat seakan menjadi batu.

"Maafkan aku, aku pun tidak tahu. Yang jelas tadi aku berniat membeli makanan sekaligus mencari Eva, namun tiba-tiba ada... Hiks, ada mobil hitam yang melaju kencang ke arahnya dan... Hiks," Amara tak melanjutkan ucapannya berganti dengan menangis.

Kedua tangan Thomas dan Adit terkepal dengan leher yang sama-sama memperlihatkan urat-uratnya menahan gejolak amarah yang benar-benar terasa panas ingin segera disalurkan.

"Apa maksud Mama?!" Pekik Ayana.

"Maksud Tante Eva ada yang mau nyelakain, gitu?" Tanya Zevanya dengan bibir bergetar.

"Siapa, Tan?" Geram Ezra. Kalau saja orang itu di sini sekarang, maka sudah bisa dipastikan dia juga akan dibuat koma.

"Gak tahu. Kaca mobilnya hitam semua." Jawab Amara lemah.

"Kamu liat nomor platnya, Ra?" Tanya Adit.

Amara menggeleng lemah.

"Ay, Eja, Sa, Zee! Lebih baik kalian pulang." Titah Adit karena ingin menindak lanjuti tindakan ini bersama besannya dan tak mau anak-anak mereka terlibat.

"Tapi-"

"Menurutlah!" Sentak Thomas dengan netra tajam membuat mereka berempat menelan ludah takut. Dengan segera akhirnya mereka menurut, dan pergi.

"Tuan Thomas! Menurut anda siapa yang melakukan ini?" Tanya Adit setelah anak-anak mereka pergi.

Thomas melirik Adit, tak menjawab pertanyaannya, lalu matanya memberi isyarat Dean. Karena ia yakin pria yang menjadi asisten putranya itu sudah curiga bahkan tahu mengenai hal ini dan sudah menyelidiki semuanya. Namun, respon Dean begitu sangat membuat Thomas emosi.

"Saya tidak bisa melacaknya tuan." Cicit Dean sambil menunduk menyesal sekaligus takut.

"Apa maksudmu tidak bisa melacaknya Dean, bukankah Eva memakai gelang pendeteksi yang diberikan Jericho?!" Geram Thomas, meski tetap menjaga suaranya agar sang istri yang sedang tidur dalam pelukannya tidak bangun dan mendengar semuanya.

"Itulah yang saya herankan, Tuan. Alat pendeteksi itu sudah terkena virus jaringan yang membuat alatnya rusak." Jawab Dean menjelaskan.

"Apa?! Bagaimana bisa?" Thomas shock mendengar penuturan Dean.

"Hanya satu yang bisa jadi tersangka..." Dean menjeda. "Julian."

"Apa? Siapa Julian? Perasaan aku tidak pernah mendengar nama itu dan berurusan dengannya." Adit yang sejak tadi mendengarkan ikut angkat suara menanyakan keheranannya.

Sedangkan Thomas memejamkan matanya erat menahan emosi. Kini Julian sudah merambat pada orang terdekatnya. Thomas tidak bisa diam saja, terlebih Jericho lost contact sejak kemarin malam. Hal itu membuat asumsi Thomas semakin yakin akan dugaannya.

"Julian musuhku." Jawab Thomas pelan.

"Apa maksudmu?"

"Ya, sudah pasti ini ulah Julian. Dan sebenarnya Jericho ke Belanda adalah untuk menyelesaikan masalahnya Julian, bukan mengurus perusahaan." Lugas Thomas.

"Apa?! Jadi Jericho ke Belanda... Tunggu dulu, sungguh aku tidak mengerti dengan penjelasanmu."

Thomas menarik nafas. "Seperti yang kau tahu, bagaimana masa laluku dulunya. Meskipun aku adalah mantan mafia, dan tidak lagi bergelut dalam dunia hitam, bukan tidak mungkin kalau musuhku juga musnah. Dan Jericho ke Belanda adalah untuk menyelesaikan masalah yang dibuat Julian. Tetapi aku tidak menyangka kalau pria itu juga merambat ke istrinya." Lirih Thomas di akhir kalimat.

Diam. Tak ada respon dari Adit, wajahnya datar dan dingin. Kedua tangannya mengepal erat menahan emosi mendengar penjelasan Thomas. Ada rasa penyesalan karena merestui hubungan putrinya dengan seorang pria mantan mafia. Namun Adit tetap berpikir bijak, ini bukan salah Jericho.

Menghela nafas, "Lantas bagaimana Jericho sekarang?"

Tercekat. Tenggorokan Thomas rasanya ada yang mengumpal membuat ia tak bisa berkata-kata mendengar pertanyaan Adit tentang putranya. Entahlah, yang jelas hatinya gelisah, iapun tak tahu bagaimana Jericho sekarang. Menarik nafas panjang mencoba menghilangkan rasa sesak yang tiba-tiba hinggap di dadanya.

"Hanya ada dua kemungkinan. Jericho disandera, atau--"

"Atau apa?"

Thomas mencoba kuat mengucapkan kalimat yang akan ia katakan.

"Gugur."

***

Di tempat lain...

Seorang pria tampak diikat di kedua tangannya. Tubuhnya begitu lemah, darah demi darah terus mengucur hampir di seluruh tubuhnya. Siksaan yang keji ia dapatkan tanpa mampu melawan. Kalau orang biasa mungkin sudah mati saat itu juga, namun tidak dengannya. Ia bertahan hidup demi istrinya.

"Aku merindukanmu, sayang."
_________________________________________

To be continued.

Si Julian ancaman banget!!!🤦🏻‍♀️

Tapi, eh... bang Jer kenapa, huaaa😭😭😭

Next...

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang