63. Fakta

660 23 0
                                    

Zevanya semakin dirundung rasa bersalah saat Daniel menceritakan semuanya dan juga secara spesifik kejadian enam tahu lalu yang membuat mereka mempunyai anak secara ketidak sengajaan.

Daniel juga mengungkapkan betapa kecewanya dirinya pada Zevanya karena sudah membuang anak hasil hubungan mereka meski pada saat itu tidak saling mengenal satu sama lain. Rasa malu jangan dijadikan alasan untuk membuang atau tidak mengakui bukan?

Wanita itu merasa bersalah, malu, dan takut karena pria yang ternyata Zevanya ajak berhubungan adalah Daniel. Pria yang mencintainya saat ini dan orang yang selalu mendukungnya. Orang yang selalu ada saat ia butuhkan meski kemarin-kemarin sempat menghilang.

"Maafkan aku, Dan. Dulu aku memaksamu untuk melakukan hal itu karena aku tidak bisa menahan--"

"Sudahlah Zee! Semua itu sudah berlalu. Kita hanya perlu memperbaiki diri dan berusaha memberikan yang terbaik untuk Cella. Anak kita," sahut Daniel.

Zevanya terdiam. Ia meragu akan membahagian anak yang saat ini tertidur di sampingnya dengan damai sembari memeluknya erat seolah tidak mau melepaskan. Gadis itu seakan sangat tidak mengizinkan dirinya pergi. Hati Zevanya terenyuh melihatnya.

"Untung saja dulu saat kita berhubungan aku belum terinfeksi virus ini, Dan. Jika tidak, mungkin sekarang juga kau akan sepertiku, juga Cella. Kau pasti tahu kan apa yang terjadi padaku sekarang" Lirih Zevanya.

"Aku tahu ini balasan Tuhan untukku. Aku terlalu banyak melakukan dosa--"

"Zevanya stop it!" Sentak Daniel membuat Zevanya bungkam namun dengan air yang berderai. "Seharusnya kau berjuang! Jangan gampang menyerah hanya karena hal ini. Ingatlah di sini ada Cella! Dia sangat membutuhkan dirimu!" Daniel memeluk Zevanya. "Juga aku," Bisiknya lembut.

Zevanya semakin menangis terisak tanpa suara dibuatnya. Ia terenyuh dengan pria yang begitu mencintainya namun sialnya Zevanya buat terluka karena penyakitnya ini. Padahal baru Zevanya ingin mengatakan bahwa ia siap melangkah ke jenjang lebih serius dengan Daniel meski tidak ada cinta di hatinya untuk Daniel. Tetapi melihat keadaan dirinya yang sekarang? Entahlah.

Sepintas Zevanya merasa ini adalah kode Tuhan untuknya bahwa sebenarnya Zevanya sama sekali tidak layak untuk Daniel. Ya, tentu saja. Daniel pria terhormat dan tidak pernah bermain-main dengan perasaannya. Sedangkan Zevanya? Dirinya hanya bisa melukai hati Daniel tanpa perasaan.

Mungkin dengan ini Tuhan ingin membuat Zevanya sadar akan kejahatan dirinya yang sampai saat ini masih mencintai Jericho padahal sudah ada pria lain yang lebih mencintai dirinya dengan tulus tanpa pamrih. Tetapi semuanya sudah terlambat.

Tidak ada lagi jalan untuk Zevanya.

"Maafkan aku--"

Cup!

Daniel mencium bibir pucat itu menghentikan ucapan Zevanya. Wanita itu terkesiap dibuatnya, ia ingin melepaskan pagutannya karena takut Daniel tertular penyakit yang ia derita. Tetapi justru pria itu malah menahan kepalanya dan memperdalam ciumannya.

Terlena dengan kenikmatan. Mereka saling mengecap satu sama lain menyalurkan semua rasa sakit itu. Tidak lama setelahnya pagutan itu terlepas saat dirasa salah satunya sudah kehabisan nafas. Zevanya memalingkan wajah.

"Apa yang kau lakukan, Dan?!" Sentak Zevanya pelan dengan air mata yang mulai mengalir. "Kau bisa saja tertular penyakit sialan ini. Aku tidak mau kau kenapa-napa suatu saat nanti. Cella masih membutuhkan peran ayahnya!" Geram Zevanya pelan.

Terkekeh. Daniel sama sekali tidak menampakkan raut wajah takut atau tegang sama sekali. Justru sebaliknya, ia tampak santai. "Hanya pertukaran air liur tidak akan menularkan virus HIV," sahutnya santai.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang