Maaf ya, sebenarnya bab ini udah aku publish, cuma sempet ada revisi dikit.
Ok, say!!
Selamat membaca. Meskipun yang baca baru dikit. But, it's ok👌
Semoga terhibur...
Love you all💚
--------------------------------------------
Dua tahun kemudian.
Seorang gadis berjas putih dengan nametag 'Dr. Evana Adelia.' menuruni tangga rumahnya dengan cepat saat mendapat kabar kalau pasien yang ditanganinya kambuh akan penyakitnya.
"Ja, anterin kakak ke rumah sakit cepetan! Eca kambuh." pinta Eva pada Ezra, adiknya.
"Aduh kak, gue ada urusan." Ezra mencoba menolak halus pinta Eva.
"Urusan apa, hah? Nyawa orang lebih penting dibandingkan urusan kamu itu." sarkas Eva.
"Ya, udah ayo." putus Ezra.
Akhirnya Ezra mengantarkan Eva ke rumah sakit dengan menggunakan mobil sport hitamnya. Ezra menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, maklum saja, ia memang suka begitu dan karena itu jugalah Eva meminta Ezra yang mengantarkannya karena adiknya itu paling bisa diandalkan ketika sedang dalam keadaan darurat.
Dua puluh menit berlalu, akhirnya mereka sampai ke rumah sakit.
Eva segera masuk ke dalam rumah sakit menghiraukan Ezra yang mencak-mencak karenanya. "Ck, makasih-makasih, kek!" sungut Ezra kesal.
Eva menuju lift naik ke lantai tiga tempat dimana Elsa dirawat.
"Tante Amara gimana keadaan Eca?" tanya Eva pada Amara, ibu Elsa.
Elsa adalah salah satu pasien penderita kanker darah yang ditangani Eva. Ia sudah berhubungan baik dengan keluarga itu sejak dulu, bahkan sejak Elsa belum divonis kanker. Oleh karena itu, Eva sudah tidak lagi sungkan bahkan menganggap Amara ibunya juga.
"Sekarang dia sudah lebih baik, Va. Maaf ya tadi tante hubungin kamu tiba-tiba. Karena tante takut banget terjadi apa-apa sama Eca waktu dia bilang pusing banget. Eh, ternyata efek obat. Terus sekarang dia lagi tidur." kata Amara melirik sendu gadis kurus yang terbaring lemah di atas ranjang putih rumah sakit yang menderita penyakit leukimia sejak satu tahun lalu.
"Gak papa tante, syukur deh, kalau Eca gak papa."
Hening beberapa saat,
"Ayana kemana, Tan?" tanya Eva saat menyadari tidak ada Ayana. Ayana adalah sahabat Ezra yang sudah Eva anggap adik sendiri, bahkan Eva sudah tak lagi sungkan padanya.
"Entahlah, mungkin balapan." Amara menghela nafas berat mengingat anaknya yang satu itu gemar sekali balapan liar, meskipun uang dari hasil balapannya itu ia bayar untuk membantu biaya pengobatan Elsa di rumah sakit.
"Ah, entah sampai kapan anak itu berhenti balapan. Meskipun tante tahu, kalau dia melakukan itu untuk bayar biaya pengobatan Elsa. Tapi, kan hati ibu mana yang gak khawatir sama anaknya yang suka balapan, Va?" keluh Amara seraya menggelengkan kepalanya.
Eva memegang pundak Amara, "Tante yang sabar, ya. Eva yakin, meskipun Ayana suka balapan, dia bisa jaga diri." Eva mencoba menguatkan Amara.
Amara mengangguk.
"Makasih ya, Va." ujar Amara tiba-tiba.
"Makasih untuk apa, Tan?"
"Makasih karena kamu juga sering bantuin Tante sama Ayana buat ringanin biaya rumah sakit." ucap Amara tulus. Eva memang selalu membantu Ayana dan Amara dalam meringankan biaya rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Love [Completed]
AcciónSakit hati adalah konsekuensi yang harus diterima saat jatuh cinta. Seorang gadis bernama Evana Adelia itu menjadi salah satu korbannya. Kekasih yang teramat dicintainya itu mengkhianatinya membuat Eva memutuskan kembali ke negara asalnya dan mencob...