Tap! Tap!
Derap langkah tegap berwibawa seorang pria tampan dengan wajah datar membuat semua orang-orang yang sebelumnya bersantai kembali berkerja dengan wajah menunduk ketakutan saat netra atasannya itu menatap tajam satu persatu ke arah mereka.
Jericho menggertakan giginya melihat kelakuan para karyawannya yang sangat lalai dalam bekerja dan malah bersikap seenaknya seolah kantor ini milik mereka. Ia memang paling tidak suka orang yang tidak profesional dalam bekerja. Jika ada, maka lebih baik keluar dari kantornya.
Jarang sekali sebenarnya Jericho memeriksa bagaimana kinerja para karyawannya ini. Namun saat tadi melihat laporan perusahaan yang terasa janggal membuat ia turun ke bawah di ingin memastikan yang sebenarnya. Dan ternyata yang ia lihat sesuai dengan dugaannya. Selama ini Jericho pikir para karyawannya itu sangat bisa diandalkan, namun ternyata tidak.
"Kemari kalian!"
Dengan langkah ragu dan wajah menunduk mereka maju kesana. Wajah ketakutan begitu terlihat di wajah mereka. Mereka tahu, saat ini atasan mereka sedang marah. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka juga akan kehilangan pekerjaan karena kelalaian bertugas.
"Apa aku mempekerjakan kalian di sini untuk bersantai?" Tanya Jericho dingin dengan netra tajam yang tidak pernah lepas.
Mereka semua menelan ludah kasar. "M-maafkan kami, T-tuan." Ucapa salah satu orang mewakili jawaban rekan- rekannya yang hanya diam layaknya patung pojokan rumah.
"Cuih, maaf-maaf. Tidak ada kata maaf untuk kalian!" Sarkas Jericho.
"Maaf Tuan. Maafkan k-kami. Kami berjanji tidak a-akan mengulanginya lagi," pinta salah satu karyawan wanita dengan air mata yang kini berderai takut kehilangan pekerjaan.
Terkekeh sinis. Jericho sama sekali tidak terpengaruh oleh air mata buaya itu dan wajah seolah tersakiti itu, mereka hanya penjilat yang menginginkan empati atasan mereka dan semua itu mereka lakukan hanyalah mencari muka.
Ayolah! Jericho tidak bodoh untuk mengetahui orang-orang munafik dan penjilat seperti mereka bukan satu atau dua kali ia temui. Sering, bahkan sangat sering ia temui saat di perusahaan yang ada di Belanda maupun Korea. Itu bukanlah hal lumrah untuknya.
"Enyah kalian dari sini!"
Mimik wajah tegang itu mendongak menatap memohon di kasihani oleh atasannya. "Tuan kami mohon--"
"Pergi sebelum aku sendiri yang menyeret kalian!" Tandasnya kejam menatap nyalang pada karyawannya.
Glek!
Merek a semua menelan ludah kasar mendengar nada bersungguh-sungguh tanpa ada keraguan atasannya. Tanpa menunggu lagi mereka semua segera pergi dari kantor itu dengan sedikit terburu-buru karena takut. Tidak peduli dengan barang yang masih tertinggal.
Jericho menatap mereka tanpa ada rasa kasihan. Mereka dipecat karena salahnya sendiri maka jangan salahkan Jericho jika membuat mereka hilang pekerjaan. Lalu netranya teralihkan kembali pada sisa karyawannya yang tidak berkedip melihat apa yang terjadi di hadapan mereka.
"Kalau kalian tidak ingin bernasib sama seperti mereka, maka bekerjalah dengan profesional!"
Tanpa berucap lagi Jericho masuk ke dalam lift menuju ruangannya kembali. Tangannya tidak berhenti menelpon asistennya yang entah kemana sudah siang seperti ini masih belum ke kantor. Jericho mengumpati Daniel yang bisa- bisanya tidak disiplin. Kalau tidak ingat jasanya, mungkin ia sudah memecat juga asistennya itu.
"Kemana kau belum ke kantor jam seperti ini, hah?!" Kelakar Jericho saat panggilan terhubung.
"Tuan saya--"
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Love [Completed]
AçãoSakit hati adalah konsekuensi yang harus diterima saat jatuh cinta. Seorang gadis bernama Evana Adelia itu menjadi salah satu korbannya. Kekasih yang teramat dicintainya itu mengkhianatinya membuat Eva memutuskan kembali ke negara asalnya dan mencob...