37. Maaf

634 19 11
                                    

Kupikir sebelumnya aku yang akan terbaring lemah seperti itu, namun nyatanya tidak. Kenapa malah kau yang harus seperti itu?


~Jericho.
_________________________________________

Langkah yang begitu terburu-buru di koridor rumah sakit begitu menggema, raut wajah khawatir bercampur takut begitu terlihat kala mengingat istrinya yang sedang berjuang melawan kematian membuat ia ingin cepat-cepat melihat bagaimana keadaannya.

Hari itu juga, usai membereskan masalah Julian, Jericho segera berangkat ke Indonesia dan tak memperdulikan keadaannya yang masih lemah. Sungguh Jericho takut terjadi sesuatu pada orang yang sangat ia cintai itu.

Rasa sakit di seluruh tubuhnya tidak ia pedulikan, bahkan sepanjang jalan luka di tangan dan kakinya terus mengalir darah yang menembus perban yang membungkus lukanya. Semua itu tak ia pedulikan hanya istrinya saat ini membuatnya merasa memiliki kekuatan menopang tubuhnya yang lemah.

Di belakangnya ada Daniel yang sengaja ia ajak pindah ke Indonesia agar ikut membantunya mengurus urusan yang ada di sini. Tentu saja Daniel dengan senang hati terima itu, karena jujur saja, dari pada di beri tugas mengurus pusat perusahaan di Belanda, lebih baik ia ikut Tuannya ke Indonesia.

Kedatangan Jericho dan Daniel tentu saja mengalihkan atensi keluarga yang sedang menjaga Eva di depan ruangannya. Mata mereka membulat sempurna melihat keadaannya yang begitu kacau.

"Jer! Akhirnya kamu pu-- kamu kenapa?!" Pekik Amara menyadari wajah putranya yang sangat terlihat tidak baik-baik saja.

"Gimana keadaan Eva?" Tanya Jericho balik tak menghiraukan pertanyaan ibunya.

"Eva kecelakaan, Jer!" Ucap Thomas pelan.

"Tak ada yang serius bukan?" Tanya Jericho dingin. Meski bisa saja ia melihat ke dalam langsung, namun Jericho ingin mengetahui secara detail keadaan Eva.

"Bayi kalian tidak bisa di selamatkan, dan Eva... Dia koma."

Deg!

Dunia Jericho terasa runtuh saat itu juga, diganti oleh rasa sakit yang teramat sangat menghujam jantung. Benarkah calon anaknya kini sudah tiada? Padahal ia sama sekali belum melihat wujudnya, namun mengapa anaknya begitu cepat pergi mendahuluinya.

Eva-nya? Koma? Sungguh fakta itu semakin menusuk relung hati Jericho. Ia merasa bersalah, merasa gagal menjadi seorang suami. Bahkan disaat kecelakaan itu terjadi ia tak bisa menyelamatkan istrinya. Suami macam apa dia?

"Apa yang kalian lakukan sampai bisa lengah seperti ini?" Sorot mata kecewa tak bisa dihindarkan dari tatapan mata Jericho.

"Maafkan Daddy, Jer. Saat kejadian itu Daddy sama sekali tidak tahu kalau Eva keluar rumah."

"Bukankah penjagaan dirumahku sudah diperketat. Bahkan Daddy juga ikut tinggal di sana bukan?" Untuk tahu Eva tinggal dirumah ibunya atau rumahnya bukanlah hal sulit untuk Jericho. Oleh karena itu, sebelum pergi Jericho juga memperketat penjagaan di rumahnya. Karena Jericho tahu Eva bisa saja pulang ke rumah meski ia sudah menitipkannya di rumah orang tuanya.

"Dan kau juga ikut andil dalam hal itu, kan, Dean? Lantas mengapa kau bisa lengah?" Sorot mata kemarahan kini Jericho layangkan untuk Dean. Jika kepada ayahnya mungkin Jericho bisa toleransi. Namun jika untuk Dean? Entahlah.

Dean menelan ludah kasar mendapat tatapan api kemarahan Jericho yang ia layangkan untuknya. Jika sudah seperti ini, maka Dean yakin, pasti Jericho tidak akan melepaskan dirinya dengan mudah sebelum dibuat babak belur, bahkan mungkin lebih parah patah tulang dan sampai koma.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang