27. Rumah baru

925 25 2
                                    

Tak terasa, sebulan sudah mereka menjalani honeymoon mereka di Giethoorn. Kini mereka sudah kembali ke Indonesia. Tak ada yang berbuah. Masih sama, seperti sebulan lalu.

Jericho menyetir mobil dengan Eva di sampingnya. Tangannya tak berhenti menggenggam sambil mengelus tangan kecil nan lembut, dengan sesekali mengecupnya penuh cinta.

Hati Eva rasanya ingin terbang dengan perlakuan yang begitu manis dari suaminya. Ia sungguh bahagia, apalagi kala mengingat percintaan panas yang tak pernah mereka lewati hampir setiap malam. Terkadang Eva heran, kenapa suaminya begitu ganas saat diranjang? Hanya lembut di awal-awal saja.

Shit! Ada apa dengan Eva? Mengapa ia mengingat itu semua? Ah sial, bahkan wajahnya kini terasa panas. Eva memalingkan wajahnya menatap jalanan. Jangan sampai suami jahilnya itu melihat rona pipinya. Atau kalau tidak sudah pasti ia akan menjadi bahan godaannya.

Saat menyadari bukan jalan menuju rumah mertuanya, Eva menatap Jericho heran. "Ini bukan jalan ke rumah Mama."

Jericho menoleh dan melampirkan senyum tipisnya. "Memang bukan." Ucapnya santai.

"Lah, terus?"

"Liat aja nanti." Jericho tersenyum misterius. "Mending kau tutup matamu sama ini." Jericho menyodorkan dasi miliknya pada Eva.

"Untuk apa?" Protes Eva tak mau.

"Ayolah sayang. Tutup saja! Aku mau buat kejutan untukmu." Bujuk Jericho.

"Kejutan apa?"

"Kalau di kasih tahu sekarang bukan kejutan namanya." Sahut Jericho santai.

"Ish," bibir Eva mencebik kesal, namun ia juga menuruti perintah suaminya.

Tak lama setelahnya mobil pun berhenti. Jericho membukakan pintu untuk Eva lalu memapah Eva hati-hati takut terjatuh karena matanya yang ditutup.

"Sekarang buka!" Titah Jericho seraya memeluk Eva dari belakang menumpukan dagunya di pundak sang istri.

Betapa terkejutnya Eva saat membuka dasi yang menutupi matanya, ternyata yang ia lihat adalah sebuah rumah yang cukup besar bertingkat dua dengan halaman luas di depannya dan juga sebuah kolam renang di bagian belakang rumah itu yang tampak karena kaca transparan.

Jujur, Eva terkesima menatap rumah indah ini. "Ini rumah siapa?" Dengan tampang polosnya ia bertanya.

"Ini rumah kita."

"H-hah?" Sungguh Eva gagal mencerna ucapan suaminya. "M-maksudnya?"

Jericho mendengus dengan istrinya ini yang gagal paham. "Ini rumah kita sayang. Rumah baru kita. Rumah keluarga kecil kita." Cup! Jericho mengecup singkat pipi Eva dari belakang.

"Maksudnya, kita akan tinggal di sini? Tidak bersama Mama?" Tanya Eva memastikan.

Tersenyum mengangguk. Jericho semakin mempererat pelukannya. "Iya. Aku mau kita juga punya rumah sendiri." Menjeda. "Biar bebas buat anak." Bisiknya.

Blush!

Semburat merah kembali terlihat di pipi mulus Eva. Ia menyikut pelan perut sang suami yang memeluknya erat. Kenapa suaminya ini begitu gemar menggodanya?

Jericho tertawa melihat tingkah istrinya yang malu-malu. "Udah ayo masuk." Ajaknya setelah sebelumnya mengecup kembali pipi yang bersemu itu.

Berjalan beriringan masuk ke dalam rumah baru mereka. Eva tak henti- hentinya berdecak kagum melihat dekorasi rumah yang akan mereka tempati ini.

Rumah ini sangat nyaman. Dekorasi yang dibuat sedemikian rupa juga ada tumbuh-tumbuhan di sekitar kolam renang dan juga batu-batu kecil membuatnya terlihat indah. Serta di pinggir kolam yang terdapat gazebo yang terbuat dari kayu bambu yang dianyam semakin menambah kecantikannya.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang