38. Kabar mengejutkan

642 21 1
                                    

"Apa istri saya tidak bisa saya bawa pergi ke Singapura?" Tanya Jericho pada seorang wanita paruh baya berjas putih di hadapannya.

Jericho sedang mengkonsultasikan keadaan Eva. Ia berencana akan membawa Eva ke luar negeri karena pengobatan di sana lebih baik dibandingkan di sini. Jericho ingin Eva-nya cepat pulih dan sadar.

"Mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa memberikan izin untuk itu, meski ya... Memang, pengobatan di sana lebih baik dibandingkan di sini, tetapi keadaan pasien sangat lemah. Jika anda memaksa, maka nyawa istri anda taruhannya." Jelas Dokter itu.

Deg!

Sembilu yang tajam rasanya menancap tepat di jantungnya, dadanya sesak mendengar penjelasan dokter. Sungguh, Jericho tak mau kehilangan Eva. Jangankan iya, membayangkannya saja ia tak sanggup. Akan jadi apa hidupnya tanpa istrinya?

"Lantas apa yang harus saya lakukan?" Desah Jericho frustasi seraya mengacak-acak rambutnya. Ia tak peduli meski harga dirinya hancur di depan dokter itu gegara ia yang menunjukkan keputus asaannya. Yang ia pedulikan hanya keadaan istrinya. Bahkan tampilan pria itu begitu sangat berantakan meski sebelumnya sempat kembali ke rumah membersihkan diri.

Dokter yang menangani keadaan Eva turut prihatin melihat pria didepannya itu. Ia sedikit tak percaya bahwa orang yang biasanya dingin dan cool bisa sefrustasi ini menghadapi keadaan istri yang ia cintai sedang koma.

"Anda hanya harus menunggu, Pak."

"Sampai kapan?"

"Saya tidak bisa memprediksikan kapan istri anda bangun, Pak. Jarak paling sebentar bisa satu atau dua minggu. Sedangkan untuk jarak lama sampai berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun."

Fakta yang Jericho dengar dari sang dokter semakin menambah ketakutannya. Jericho tak mau kehilangan Eva, sungguh ia tak mau. Andai saja saat itu Jericho ada di sana, tak mungkin ia akan membiarkan istrinya celaka yang bahkan berakibat calon anak mereka yang tidak bisa diselamatkan.

Tak lama kemudian Jericho segera keluar usai berbincang-bincang dengan dokter itu, masih dengan wajah yang datar, namun sorot matanya memancarkan keputus asaan serta rasa bersalah yang begitu merasuki jiwanya.

Jericho masuk ke dalam ruang rawat istrinya. Tak ada yang beda, wajah cantik itu masih sama, meski masih tampak sedikit memar di wajah pucatnya, itu tak mengurangi kadar kecantikan alami yang ia miliki.

Tangan besar Jericho mengelus puncak kepala istrinya lembut, dengan mata merah yang berkaca-kaca dan menahan sesak di dadanya. Ingin sekali Jericho berharap bahwa ini semua mimpi, ini semua hanya ilusi, Eva-nya baik-baik saja. Namun kenyataan di depannya menjelaskan bahwa ini nyata.

Ingin rasanya memaksa Eva bangun, agar Jericho dapat kembali mendengar suara indahnya. Merasakan perlakuan manisnya yang selalu dimanjakan olehnya. Melihat netra cokelat milik istrinyanya yang selalu berbinar menatapnya. Namun Jericho tak ingin memaksa, kala istrinya sendiri masih menginginkan untuk terbaring dalam tidur panjangnya yang lelap.

"Have a beautiful dream, Sweetheart!"

***

"N-nikah?" Beo Ayana.

Sebuah fakta yang diucapkan Dean begitu sangat mengejutkan semua orang.

"Ya, kami sudah menikah." Tegas Dean. Di belakangnya ada seorang gadis muda yang sedang meremas lengan Dean gugup. Dia yang biasanya selalu rusuh bikin onar dan meramaikan suasana kini tampak malu-malu dan gugup jingga meremas lengan jas Dean.

Semuanya berjalan tanpa diduga. Sophia yang selalu mengejar cinta Dean pada akhirnya menyerah, karena pria itu ternyata begitu sangat sulit ditaklukkan. Hal itu membuatnya nekad dan menerima tawaran ayahnya yang akan menjodohkannya dengan pria pilihannya.

Di saat yang sama, Dean menyadari perasaannya pada gadis yang usianya lebih muda tiga belas tahun darinya. Ia menyadari saat gadis yang selalu mengganggunya itu pergi darinya. Dean jatuh cinta pada Sophia.

Dan kala ingin balik mengejar, ternyata Sophia sudah menerima perjodohannya. Dean tak peduli, ia terus mencoba mengambil hati gadis sudah ia kecewakan. Namun semuanya sudah terlambat. Sophia akan menikah dengan pria lain.

Dean tak menyerah kenal, ia memikirkan bagaimana caranya menggagalkan pernikahan itu. Dean tahu, Sophia tidak akan pernah merasa bahagia menikah dengan pria pilihan ayahnya, karena yang Sophia cinta hanya dirinya. Hal itu jugalah yang membuat fokusnya terpecah, antara kantor, menjaga keluarga atasannya, dan cintanya.

Dan di saat yang bersamaan, Jericho memerintahkan ia mengurus perusahaan pusat di Belanda karena kelalaiannya menjaga istri atasannya itu. Tentu saja itu membuat ia bimbang, padahal hari itu adalah hari yang menentukan masa depannya karena Sophia akan menikah dengan pria lain hari itu.

Dean berbuat hal nekad, ia datang tepat sebelum pernikahan itu dimulai dan mengatakan pada ayahnya Sophia, bahwa ia sangat mencintai Sophia. Ayahnya tak percaya, dan meragukan Dean. Namun, ia segera membongkar ibu tirinya Sophia yang memperlakukan Sophia sangat kejam dan selalu menghasut ayahnya Sophia. Tentu saja ayahnya Sophia marah pada istrinya dan merasa bersalah pada anak kandungnya.

Pada akhirnya, Dean dibiarkan menikahi Sophia saat itu dan menggeser pria yang akan menikah dengan gadis itu. Akhirnya, pernikahan yang tidak terduga pun terjadi.

Semua orang hanya bisa terbengong-bengong mendengar cerita panjang lebar yang Dean ceritakan dari A-Z. Sungguh, nikah dadakan yang sangat tidak terduga.

"Dasar bodoh. Kenapa tidak membicarakan hal ini dulu bersama kita, hah?!" Runtuk Thomas. Walau bagaimanapun ia sudah menganggap Dean sebagai putranya sendiri.

"Gak bisa berkata-kata gue." Sahut Ayana masih terkejut. "Lo udah jadi manten aje." Lanjutnya seraya menertawakan sahabatnya.

"Diem lo." Cetus Sophi.

"Kenapa harus anak yang modelannya kayak Ayana, sih, Yan?" Celetuk Amara yang dibalas tawa. Pernikahan dadakan Dean dan Sophia membuat suasana yang sebelumnya sedih karena Eva kini sedikit senang mendengar itu.

"Apa?" Tanya Amara santai saat tatapan menuntut Ayana dan Sophi berikan padanya membuat kedua orang anak muda minim akhlak itu mendengus kesal.

"Mendengar ceritamu, mungkin aku akan mempertimbangkan keputusanku yang mengirimmu ke Bel--"

"Tak usah." Sargah Dean cepat. "Aku akan tetap ke Belanda, biar Daniel saja yang di sini." Lugasnya.

Jericho mengernyit. "Kenapa?"

"Sekalian bulan madu, kak!" Kali ini Sophia yang menjawab pertanyaan Jericho diiringi cengiran khasnya.

Sontak saja Ayana dan Elsa bersorak ria pada Sophia yang kini kembali menunjukkan sikap aslinya setelah sebelumnya malu-malu kucing.

"Ape, sih."
_________________________________________

To be continued.

Dean sama Sophi nikah kok, kagak undang-undang, sih. Ngeselinnn😤😤🤣

Masih ada satu konflik sebelum ending, gaesss....

Siap siap....

Next...

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang