Hari berganti hari. Keadaan Eva kini sudah membaik dan tak perlu bergantung lagi pada sebotol infus yang menggantung. Eva dan Jericho dalam perjalanan menuju rumah mereka. Awalnya Amara, Vania dan Sarah meminta Eva untuk tinggal di rumah salah satu mereka dulu, agar kalau ada sesuatu mereka ikut menjaganya. Tentu saja Jericho tidak mengizinkan usulan itu. Lagi pula mereka sudah punya rumah, untuk apa tinggal lagi di rumah orang tua.
Kali ini Jericho akan menjaga Eva lebih ketat, bahkan Jericho juga sudah kembali memasangkan pelacak di tubuh istrinya tanpa ia sadari, takut-takut Eva pergi tanpa sepengetahuan Jericho. Penjagaan di sekitar rumah juga diperketat takut kalau Julian dan orang-orang jahat sebagainya mengganggu istrinya.
Tak ada yang lebih membahagiakan dari ini. Jericho rasanya sangat bahagia, Eva-nya kini telah kembali padanya, meski tidak sepenuhnya karena Eva hilang ingatan. Namun itu bukanlah masalah besar baginya.
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di pekarangan rumah besar milik mereka. Jericho memperhatikan Eva, tatapan mata istrinya memancarkan binar takjub, persis seperti dulu sebelum Eva hilang ingatan Jericho membawanya ke rumah ini.
"Ayo sayang!" Jericho mengulurkan tangannya.
"Ah, i-iya." Eva masih gugup dengan Jericho yang memanggilnya 'sayang', terkadang Eva juga merasa malu. Eva menerima uluran tangan suaminya dan berjalan bersama memasuki rumah besar itu.
Sorot mata kagum tidak berhenti Eva pancarkan dari netra coklat indah miliknya. Eva merasa de javu dengan rumah ini, terasa tak asing dan pernah melihat. Tentu saja, karena dulu kan ia tinggal di sini bersama suaminya.
"Ini rumah kita?" Tanya Eva.
"Iya. Ini rumah kita,"
Eva mengangguk mengerti. "Dulu kita juga tinggal di sini, dong?"
"Tentu saja, sayang."
Ani dan Laras, dua pembantu rumah itu segera menyambut majikan mereka dengan buru-buru menundukkan kepalanya seraya mengucapkan selamat.
"Selamat datang kembali Nona, Tuan!"
Jericho mengangguk sekilas. Sedangkan Eva, ia tersenyum tipis merasa tidak kenal. Padahal, dulu Eva dan pembantunya itu sangat akrab, bahkan menganggap mereka kerabat sendiri. Huft, tentu saja Eva tak ingat, dia kan hilang ingatan.
"Nama kalian siapa?"
Laras dan Ani sudah mengetahui keadaan Eva yang amnesia. Hal itu membuat mereka sedih. Eva adalah orang yang begitu baik, bahkan menganggap mereka saudara. Tak pernah semena-mena apalagi sombong.
"Saya Ani, Non. Sedangkan ini Laras." Sahut Ani.
"Oh..." Eva mengangguk mengerti. "Bi Ani sama Bi Laras. Maaf ya, Eva lupain kalian." Ujar Eva merasa sedih.
"Tidak apa Nona. Kami mengerti." Sahut Laras.
Setelah itu, Jericho membawa Eva ke kamar mereka yang ada di lantai dua. Dengan tangan yang sejak tadi bergandengan tanpa ada niatan terlepas, begitu sangat romantis.
Eva masuk ke dalam kamar. Dia melihat, fotonya dan sang suami saat menikah yang disimpan di atas nakas samping tidur. Bahkan juga beberapa fotonya di atas dinding yang diperbesar. Jujur Eva senang dengan semua itu, meski tak ingat, namun hatinya dapat merasakan kehangatannya.
Tangan kecilnya meraba foto pernikahannya. "Ini kita?"
Tersenyum. Tangan Jericho ia lingkarkan di pundak istrinya. "Iya, ini kita,"
"Maaf, aku gak bisa ingat hari bahagia itu." Eva kembali bersedih. Jericho menghela nafas. Sungguh, ia sama sekali tidak apa-apa.
"Gak usah dipikirin sayang! Mending kita tidur," Jericho kini merebahkan tubuhnya dia atas kasur king size itu dan menepuk kasur sebelahnya meminta Eva juga merebahkan tubuhnya di samping Jericho.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Love [Completed]
ActionSakit hati adalah konsekuensi yang harus diterima saat jatuh cinta. Seorang gadis bernama Evana Adelia itu menjadi salah satu korbannya. Kekasih yang teramat dicintainya itu mengkhianatinya membuat Eva memutuskan kembali ke negara asalnya dan mencob...