Mulai sejak kejadian dimana Jericho tidak sengaja bertemu Julian, pria itu semakin overprotektive pada istrinya. Bahkan untuk keluar rumah saja Eva tidak boleh kalau tidak bersama dengan Jericho. Pria itu memerintahkan Eva agar terus di rumah dan jangan keluar kalau tidak ada yang menjaga.
Penjagaan di sekitar rumah semakin diperketat bahkan hampir di setiap sudut ruangan. Pintu rumahnya sudah di pasang alat pendeteksi wajah, jadi hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk. Bukan tidak mungkin Julian tidak bisa menerobos masuk ke dalamnya. Oleh karena itu juga Jericho tidak pernah keluar rumah sama sekali, hanya diam di rumah menjaga Eva.
"Sayang... kamu mau kemana?" Jericho panik melihat Eva yang hendak keluar kamar.
Sedangkan Eva sendiri memutar bola matanya jengah pada suaminya yang begitu berlebihan padanya. Padahal niat Eva hanya ingin keluar sebentar mencari angin segar sekaligus ingin berjalan-jalan sekitar rumah mengingat itu adalah hal baik dilakukan menjelang kelahiran anaknya.
"Aku cuma mau jalan-jalan doang, By." Sahut Eva.
Berdecak, Jericho menghampiri Eva dengan langkah terburu-buru setelah sebelumnya menyimpan laptop kerjanya serta berkas-berkas yang dikirimkan Daniel yang memang sengaja dikerjakannya dalam kamar sekaligus tidak ingin meninggalkan Eva karena ingin menjaganya dari bahaya yang bisa saja terjadi.
"Nggak!" Tegas Jericho. "Kamu mending duduk manis aja sambil nonton TV!" Bujuknya.
"Bosen, By..." Rajuk Eva.
"Kan ada aku,"
Berdecih, Eva menatap Jericho kesal. "Ada sih, ada! Tapi kayak gak ada. Kamu sibuk mulu sama kerjaan kamu itu!" Ketusnya. Meski Eva tahu bagaimana tanggung jawab suaminya yang memang bukan hal mudah dilakukan sebagai pemimpin perusahaan, akan tetapi jika terus diacuhkan karena pekerjaan itu juga sangat tidak mengenakkan bagi Eva.
Sebenarnya asumsi Eva itu salah meski ia tahu betul Jericho sama sekali tidak pernah menduakannya dengan pekerjaan. Kalau memang Jericho seperti itu, tidak mungkin ia pusing- pusing mengerjakan berkas-berkas kantor dirumah, bukankah karena semuanya akan mudah terselesaikan kalau di kantor?
Namun ya... begitulah. Terkadang ibu hamil selalu merajuk akan hal-hal sepele dan selalu ingin terus menerus diperhatikan. Eva sendiri juga sebenarnya menyadari sikapnya yang berlebihan belakangan ini. Padahal sebelum-sebelumnya ia sama sekali tidak pernah mempermasalahkan hal itu hanya karena pekerjaan sang suami.
"Maaf kalo aku gak terlalu merhatiin kamu, Sayang! Aku bukan maksud mementingkan pekerjaan. Tapi kamu tahu kan apa tugasku di perusahaan? Dan aku sangat overprotektif sama kamu karena aku gak mau kamu diapa-apain lagi sama Julian. Maaf kalau sikapku terlalu berlebihan sama kamu," Jericho memeluk Eva dari belakang mengecup pipi putih mulus itu dengan sangat lembut.
Kali ini Eva yang merasa bersalah pada Jericho karena tidak mengerti ketakutan apa yang dirasakan pria itu. Ia membalikkan badannya lalu berbalik memeluk Jericho erat menghirup aroma parfum wangi yang menguar dari tubuh prianya itu.
"Maaf, By. Aku bukannya gak ngertiin kamu, aku cuma pengennya di perhatiin aja. Aku juga gak ngerti sejak tiga hari belakangan ini aku pengennya dekat sama kamu terus, padahal sebelumnya aku gak pernah kayak gitu. Aku selalu terima gimana kamu," adu Eva.
Seulas senyum terbit di bibir Jericho. Tangannya merambat mengusap perut buncit istrinya. "Sepertinya anak Papa tidak ingin jauh dari Papa, ya?"
Eva terkekeh, ia ikut memegang tangan suaminya. "Mungkin--- Aaa..."
Tiba-tiba saja Eva mengerang kesakitan memegangi perutnya. Wajahnya tiba-tiba pucat dipenuhi keringat dingin dengan bibir terus meringis mengutamakan apa yang ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Love [Completed]
ActionSakit hati adalah konsekuensi yang harus diterima saat jatuh cinta. Seorang gadis bernama Evana Adelia itu menjadi salah satu korbannya. Kekasih yang teramat dicintainya itu mengkhianatinya membuat Eva memutuskan kembali ke negara asalnya dan mencob...