58. Ayara

613 26 1
                                    

Huek!

Seorang pria berwajah tampan menyodorkan sebotol minuman pada atasannya yang begitu terlihat mengenaskan dengan wajah pucat dan tampang lelah dan lemasnya. Sangat tidak berdayanya.

Sudah beberapa hari belakangan ini Jericho sudah seperti itu tanpa alasan yang jelas. Seperti barusan, ia lagi-lagi muntah saat turun dari mobilnya usai melihat perkembangan pembuatan hotel. Entahlah, hampir setiap mencium bau asap aroma kendaraan Jericho langsung mual dan muntah saat itu juga.

Kalau dikatakan mabuk perjalanan, itu tidak mungkin. Jericho sudah biasa bepergian kemana pun menggunakan kendaraan apa pun. Namun kenapa kali ini Jericho begitu tidak kuat? Tubuhnya benar-benar lemas. Ia hanya bisa membayangkan waktu cepat berlalu agar bisa cepat menemui istrinya.

Berkali-kali Daniel menawarkan agar sebaiknya ke rumah sakit saja, namun Jericho tetap menolak dan mengatakan hanya masuk angin biasa. Sungguh aneh, memangnya bisa seorang pria mantan mafia masuk angin? Mungkin bisa, karena Jericho contohnya seperti yang ia bilang.

"Tuan sebaiknya kita ke rumah--"

"Sudah kubilang tidak, ya tidak!" Sentak Jericho jengah. Kalau Jericho menuruti pendapat Daniel, maka hancur sudah citranya sebagai seorang mantan mafia. Masa' iya, hanya karena masuk angin harus dilarikan ke rumah salit. Kan konyol.

"Aku hanya perlu beristirahat sejenak." Ucap Jericho singkat. Setelah itu Jericho melangkahkan kakinya masuk ke dalam hotel ingin mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu lelah dan meninggalkan Daniel yang masih menggerutu karenanya.

Jericho masuk ke dalam hotel dan membuka jas serta sepatunya. Kancing kemeja lengan dan bagian kerahnya sengaja ia buka karena terasa sangat gerah. Lalu tangannya kembali mengambil jas yang tergeletak mengambil ponselnya.

Tangannya mengotak atik ponsel ingin menelpon seseorang yang sangat ia rindukan selama di Prancis. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang, namun masih ada pekerjaan yang belum di selesaikan dengan Roberto. Akhirnya Jericho dengan sangat terpaksa masih tetap di sini.

"Kamu kenapa, By? Wajahnya kayak pucat banget gitu?"

Suara lembut nan indah menerpa gendang telinga Jericho saat sambungan telepon genggamnya terhubung dengan telepon istrinya. Lelahnya sedikit berkurang, namun sialnya rasa rindunya yang semakin bertambah berontak ingin bertemu.

"Sayang... Pusing banget tau!" Adunya.

Eva terkekeh. "Masa?" Wanita itu justru malah tersenyum menggoda.

"Kamu gak percaya?" Jericho sedikit kesal karena istrinya itu. Tidak tahukah Eva yang dialami Jericho saat ini?

"Maaf, maaf. Udah ke dokter belum?"

"Kamu 'kan dokter, kenapa bukan kamu aja yang periksa?" Sahut Jericho malas.

Eva memutar bola mata jengah. "Kamu kan di Prancis, aku di Indonesia. Ya kali aku kesana. Entar anak kita gak kuat lagi dijalannya."

Sontak saja Jericho menatap Eva penuh tuntutan mendengar kata 'anak' yang keluar dari mulut wanitanya. "Maksud kamu 'anak'?"

"B-bukan. Maksudnya aku mana kuat kesana, apalagi lagi di rumah gak ada siapa-siapa."

Jericho mengangguk mengerti tanpa mau berpikir panjang tentang ucapan Eva. Saat ini kepalanya begitu pusing untuk memikirkan sesuatu hal apapun.

"Sekarang kamu istirahat aja, By!"

"Tapi yang?" Jericho protes. Saat ini ia sungguh ingin masih mendengar suara istrinya.

"Udah, nurut aja!"

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang