Keesokan harinya, Jericho dan Eva pulang ke kediaman Alderick. Mereka pulang satu mobil yang sudah disiapkan oleh keluarga mereka. Tak ada yang bicara, hanya hening melingkupi mereka.
Jari tangan milik Eva saling bertaut gugup. Bukan karena takut bertemu keluarga sang suami, justru ia takut melihat suaminya itu yang sejak semalam mendiaminya. Sepertinya pria itu masih kesal karena kejadian semalam.
Wajahnya bahkan sangat datar, ralat, lebih tepatnya kesal. Ya, gurat kesal masih terlihat begitu kentara di wajahnya. Eva salah tingkah, entah apa yang harus ia lakukan kalau Jericho sudah seperti ini. Rasanya canggung sekali.
Lagi pula semalam bukan maunya datang bulan, kan? Ya, meski sedikit berharap kalau malam itu gagal. Tapi, Eva sama sekali tak ada niatan menolak suaminya untuk mengajaknya bersenggama. Sama sekali tidak.
"Jer!" Panggil Eva hati-hati.
"Hm." Jericho berdehem singkat tanpa menoleh sedikitpun, apalagi melirik.
Rasa gugup kian semakin dirasakan oleh Eva. "Kamu marah?" Menggigit bibir bawahnya.
"Nggak."
"Terus kenapa dari semalem diemin aku?" Tanya Eva pelan.
"Aku gak diemin kamu." Kali ini Jericho menoleh sedikit.
"Bohong." Sargah Eva. "Kamu marah sama aku, gegara kejadian semalam, kan?" Kata Eva lirih dengan mata mulai berkaca-kaca. Katakanlah ia cengeng, karena memang pada dasarnya wanita itu hatinya lemah meski dengan hal-hal kecil. Memangnya siapa yang enak di diamkan oleh orang yang biasanya hangat? Nggak, kan?!
Kali ini gantian, Jericho mengutuki sikapnya yang keterlaluan. Tak seharusnya ia mendiamkan Eva, ini sama sekali bukan salahnya. Jericho menghentikan mobilnya di tepi jalan. Lalu menatap Eva yang menunduk.
"Nggak, sayang. Aku gak marah." Ujarnya yang kini melembutkan suaranya seraya menarik Eva ke dalam pelukannya.
"Tapi kamu diemin aku." Lirih Eva.
"Maaf, aku gak maksud diemin kamu. Aku gak marah. Sungguh!" Mengecup singkat puncak kepala Eva.
Jericho sungguh menyesal. Ia memang tak ada niatan untuk mendiamkan Eva apalagi membuat Eva sedih. Namun entah mengapa sikap itu tiba-tiba merasukinya hingga secara tak langsung menyakiti Eva. Ia hanya masih kesal karena kejadian semalam yang membuatnya mandi dua kali di malam hari.
"Beneran gak marah kan?"
"Nggak. Aku cuma... Ya, memang agak kesel sama semalam." Ucapnya pelan.
"Maaf. Lagi pula itu bukan maunya aku." Ucap Eva sedih.
"Iya aku tahu. Gak usah sedih lagi. Kita bisa lakuin itu nanti." Godanya mencairkan suasana. Dan itu sukses membuat Eva bersemu malu dan memukul dada sang suami pelan.
"Kita jalan sekarang, ya?" Ajak Jericho yang langsung diangguki.
***
Di kediaman Alderick, tampak dua orang gadis yang tak berhenti berceloteh ria. Yang satu mendesak ingin diberi tahu, yang satunya lagi kikir memberi tahu.
"Elah, kak! Bantuin gue soal matematika yang ini, dong. Susah tahu, Lo kan pinter." Desak Elsa pada sang kakak yang tengah menonton Film Action Amerika berjudulkan Infernal Affairs.
"Ape sih, Lo. Ganggu banget." Runtuk Ayana kesal dengan mata tak teralihkan dari laptop miliknya.
"Ish. Kasih tahu dulu, soal yang ini buruan." Elsa menggoyang-goyangkan lengan sang kakak.
"Ck, punya otak tuh, harusnya dipake buat mikir. Bukan buat mikirin si Jongkok mulu, Lo." Seloroh Ayana.
"Namanya Jungkook. Bukan Jongkok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Love [Completed]
ActionSakit hati adalah konsekuensi yang harus diterima saat jatuh cinta. Seorang gadis bernama Evana Adelia itu menjadi salah satu korbannya. Kekasih yang teramat dicintainya itu mengkhianatinya membuat Eva memutuskan kembali ke negara asalnya dan mencob...