55. Hampir Saja

601 21 0
                                    

Secercah cahaya matahari masuk melalui celah-celah jendela yang ada di kamar seolah memerintahkan untuk bangun kepada dua orang manusia yang masih betah bergelung di bawah selimut putih yang mereka pakai sebagai penutup tubuh polos mereka akibat olahraga malam yang mereka lalui semalam.

Salah satu di antaranya sudah bangun, namun masih belum beranjak dari kasurnya dan malah menatap lembut wajah damai wanita dalam pelukannya yang masih menutup matanya rapat dengan wajah lelah yang begitu jelas terlihat disertai sisa-sisa keringat yang masih terlihat mengkilap di wajahnya.

Senyum penuh kepuasan dan kemenangan tersungging di bibir Jericho mengingat kejadian semalam yang begitu menguras tenaga namun sialnya juga mengenakan. Akhirnya, setelah berbulan-bulan ia dapat kembali menikmati tubuh istrinya yang baginya begitu menggoda dan menggairahkan. Apalagi saat mengingat istrinya yang memimpin permainan mereka, she's so sexy.

Jericho begitu sangat agresif malam itu, bahkan tidak ada kepuasan di benaknya untuk melakukan lagi dan lagi kegiatan panasnya bersama Eva. Entah berapa kali ia melakukannya, yang jelas mereka tidur menjelang pagi. Ia menyudahi permainannya saat melihat wajah Eva yang sudah begitu lelah.

Tangannya terulur jahil menekan pipi istrinya agar bangun dari tidurnya, meski merasa bersalah dan tidak tega, namun jam hampir sudah jam sepuluh. Tidak baik jika masih tidur di jam itu karena bisa terjangkit penyakit. Jericho tidak mau Eva-nya kenapa-kenapa.

Eva masih setia dalam tidurnya, membuat Jericho semakin merasa bersalah karena tampaknya Eva begitu kelelahan karenanya. Lain kali Jericho akan menahan dirinya agar tidak sebrutal semalam yang terus menerus meminta tanpa melihat keadaan Eva. Meski tidak janji.

"Sayang!" Bisiknya menerpa gendang telinga Eva.

Berhasil.

Wanita itu menggeliat lalu perlahan membuka matanya yang sayu akibat kelelahan. Eva menatap Jericho sekilas, namun detik berikutnya ia kembali memejamkan matanya dan berbalik memunggungi suaminya seraya kembali tertidur. "Jangan gangguin aku. Capek, tau! Gara-gara kamu," pinta Eva dengan suara serak khas bangun tidur.

Jericho terkekeh. Ia memeluk Eva dari belakang dan mengecup punggung mulus itu sekilas menciptakan kembali tanda merah itu membuat Eva yang merasakannya menggeram. "Hubby! Diem! Aku mau tidur," Geram Eva.

"Tapi ini udah jam sepuluh, sayang. Gak baik tidur jam segini."

"Kalo tau gak baik ngapain kamu buat aku capek, hm?" Ketus Eva.

"Maaf. Kamu ngertiin aku, lah. Aku 'kan udah berbulan-bulan puasa semenjak aku pergi ke Belanda. Di tambah dengan kamu yang koma. Dan lagi juga ketika kamu udah sadar aku juga harus puasa lagi biar kamu gak terlalu terkejut atau apalah istilahnya," jawab Jericho membela diri.

Eva diam. Ia sadar dan merasa bersalah sekaligus kasihan pada suaminya yang pastinya sangat tersiksa selama itu. Namun, juga itu bukan kehendaknya, bukan? Tetapi ada satu kalimat yang Jericho katakan membuat Eva sedikit ngeuh tentang itu. Tentang alasan Jericho pergi ke Belanda tiga bulan lalu. Eva masih belum tahu mengetahui pasti hal itu.

"Alasan kamu waktu pergi ke Belanda waktu itu apa?"

Glek!

Diam membatu tidak menjawab apa-apa seolah bisu untuk berkata, kenapa tiba-tiba Eva ingat tentang itu?Jericho bingung, haruskah ia mengatakan alasannya? Kalau ia mengatakan semuanya, maka sudah pasti ia juga harus menceritakan tentang sanderaan yang dilakukan Julian.

"By!" Panggil Eva berbalik badan menatap Jericho. Rasa kantuk yang sebelumnya bersemayam kini sirna saat mengingat kejadian tiga bulan lalu sekaligus kejadian dimana dirinya kecelakaan yang mengakibatkan calon anaknya tiada.

The True Love [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang