Happy Reading!
..
.
Fajri tampak bermain basket sendirian di lapangan sekolah, sepertinya anggota tim belum pada kumpul untuk latihan.
Fiki dan Zweitson yang baru keluar dari kelas langsung menghampiri setelah tahu sahabatnya sudah berada di lapangan, sendirian pula. Ya, mereka beda kelas bahkan beda jurusan, jika Fenly dan Fajri jurusan IPA sedangkan Fiki dan Zweitson jurusan IPS.
"Heyyo, sendirian aja Lo! Dimana si Fenly?" tanya Zweitson atau yang lebih akrab disapa Soni seraya clingak-clinguk untuk mencari tahu dimana keberadaan saudaranya itu.
"Mana gue tau, kan lu yang adeknya," acuh Fajri sambil melempar bola basket masuk ke ring.
"Yaudah gue mau ganti baju dulu!" Fiki pergi meninggalkan mereka berdua yang tengah asik berdebat.
"Gue ikut!" susul Zweitson berlari mengejar Fiki.
Setelah beberapa saat, semua anggota tim berkumpul, latihan pun dimulai.
***
Kini Fajri, Fiki, dan Zweitson sudah berada di parkiran motor untuk pulang. Namun, ketika melewati halte depan sekolah mereka melihat seorang perempuan tengah duduk sendirian, sepertinya sedang menunggu bus untuk lewat.Fiki dan Zweitson yang melihat Fajri berhenti di halte pun kebingungan.
"Kenapa temen lu?" tanya Zweitson.
"Mana gue tau, ikutin aja lah," pasrah Fiki.
Entah apa motif Fajri yang tiba-tiba memboncengkan gadis itu, apa dia akan mengantarkan pulang ?
Fiki dan Zweitson sepanjang jalan hanya membuntuti Fajri dan sesekali membicarakannya, karena Zweitson membonceng Fiki membuat mereka berdua bisa leluasa mengobrol dan bersendau gurau.
Tak lama kemudian mereka berhenti di sebuah rumah yang tidak lumayan besar.
"Terimakasih ya kak! Aku masuk dulu," ucap gadis itu lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
"Cantik ya Ji?" ledek Fiki.
Padahal mereka berdua tahu kalau hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan Fajri jika bertemu perempuan membutuhkan bantuan, pasti akan ia tolong walaupun tidak saling kenal.
"Apa sih!" acuh Fajri langsung melajukan motor meninggalkan Fiki dan Zweitson.
"Dasar temen gak ada akhlak, udah ditemenin gak tau terimakasih!" kesal Fiki.
"Emang dia nyuruh kita, kan lu aja yang ingin ngikutin!" saut Zweitson dengan polosnya.
"Lu sebenernya berpihak pada siapa sih?"
"Yang bener lah, ngapain berpihak pada orang yang salah,"
"Serah lu Son, kalau ngomong sama Lo bisa sampe subuh di sini," pasrah Fiki langsung tancap gas motornya.
***
Seperti biasa, suasana rumah mewah tapi horor. Bagaimana tidak, rumah semegah ini selalu saja sepi dan sunyi, papi Fajri yang sibuk bekerja sedangkan maminya selalu menemani ketika keluar kota dan sekarang hanya tinggal dia bersama bibi yang bekerja dirumahnya.Lagi-lagi ia menghabiskan malamnya di balkon sembari menatap langit malam, terpasang pula headset di telinganya, mulut komat-kamit mengikuti alunan lagu.
Matanya terpejam menikmati suasana malam yang benar-benar sunyi, hanya angin malam yang dapat dirasakan tubuhnya. Untung ada teh panas yang menemani dan siap menghangatkan tubuhnya.
Kenapa tidak kopi? Bukan karena keinginannya, hanya saja maminya melarang untuk minum kopi di malam hari, takut anaknya begadang dan bisa mengganggu sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maze End [SELESAI]
Fanfiction|| UN1TY || || Maaf kalo boring ceritanya || Hidup itu bagaikan berjalan di dalam labirin Rumit! Namun, cepat atau lambat akan sampai di ujung *** Aku hanyalah seorang aktor amatir yang berusaha profesional dalam menjalankan skenario takdir Tuhan -F...