Petak 39

731 140 47
                                    

Happy reading!!!
.

.

.

Di hari selanjutnya, kurang lebih pukul 15.30 Celline pulang dari toko buku menggunakan taxi karena Vero ada latihan futsal.

Celline turun dari taxi dan berjalan menuju ke cafe, kebetulan taxi yang ditumpanginya tidak mengantarkan Celline langsung ke depan cave melainkan di sebrang jalan.

Kini dari arah belakang Fajri mengendarai motor menuju ke cafe. Fajri yang mengetahui ada Celline langsung berhenti karena ia masih terngiang-ngiang dengan ucapan Vero kemarin dan ia juga berniat untuk mulai menjauh menghilangkan rasa dari Celline. Akan tetapi tiba-tiba Fajri merasa curiga dengan mobil yang ada di belakang Celline.

Sempat bingung antara menghampiri atau diam ditempat, setelah bergulat dengan pikirannya dan semakin melihat ada ketidakberesan di mobil tersebut, Fajri dengan cepat turun dari motor bergegas mengehampiri Celline.

Sial, ada dua orang laki-laki turun dari mobil dan berhasil menyergap Celline hingga tak berdaya. Fajri menambah kecepatan lari dengan mengerahkan semua tenaga yang dimilikinya, hanya saja Celline berhasil dimasukkan ke dalam mobil. Fajri terus berusaha lari untuk mengejar, kecepatannya tetaplah kalah dengan mobil. Bodohnya, kenapa Fajri turun bukannya menggunakan motornya.

Fajri terduduk lemas di trotoar pinggir jalan dengan napas terengah-engah. Panik memikirkan siapa yang membawa Celline, sempat juga terbesit kalau yang membawa Celline adalah suruhan Delon. Ia tahu betapa bencinya Delon terhadap Celline.

Plakkk

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Fajri.

"Lo apain cewek gue! Balikin gak atau lo akan babak belur ditangan gue," kecam Vero penuh amarah. Tangannya terus mencengkeram erat jaket Fajri dan menarik paksa Fajri untuk berdiri.

Fajri menahan pipinya yang kesakitan. Lumayan juga tonjokan Vero. Apalagi napas Fajri juga masih belum stabil setelah berusaha berlari untuk menyelamatkan Celline.

"Balikin cewek gue!" tajam Vero semakin mencengkeram jaket Fajri.

"Bukan gue!" balas Fajri penuh penekanan.

"Gue tau lo gabakal ngaku kalau sama gue, tapi gue yakin lo bakal ngaku kalau ada dia," ketus Vero sembari senyum smirk.

Vero mendorong Fajri hingga terjatuh duduk di trotoar, sementara ia menelpon seseorang yang ia yakin bakal membuat Fajri mengaku.

Vero masih berdiri di depan Fajri yang tengah duduk memegangi pipinya, tak sedikitpun Vero membiarkan Fajri untuk beranjak dari tempat tersebut.

"Gue selalu biarin cewek gue dekat dengan lo bahkan perhatian sama lo, kenapa?" Vero memegang dan sedikit mendorong ke belakang bahu Fajri.

"Karena apa yang bikin dia bahagia gue relain," tajam Vero melepaskan tangannya dari bahu Fajri.

"Kemarin gue cuman suruh lo untuk sekedar menjauh karena menurut gue apa yang lo lakuin sama dia kelewat dari batas,"

"Berlindung di kalimat, sebatas adik kaka! Hahaha" ketus Vero disertai senyum smirk.

Vero jongkok dan menunjuk dada fajri, "Dari sini gue tau, lo pembohong besar!"

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang