Petak 55

614 136 18
                                    

Happy reading!!!

.

.

.

Hari demi hari berganti, Fajri mulai berangsur membaik kondisinya akhir-akhir ini. Walaupun terkadang masih sering melamun dan kurang fokus. Setidaknya itu sedikit membuat orang-orang disekelilingnya sedikit lega.

Sementara Shandy masih tetap menjadi Shandy yang bekerja sangat keras untuk menyelesaikan masalah keuangan yang belum usai juga. Bahkan Shandy banyak mengorbankan semua impiannya demi keluarganya.

Mulai dari menjual mobil satu-satunya yang dulu dibeli dengan uang keringatnya, mengambil tabungan, itu dilakukan untuk membantu membayar semua kekuarangan gaji pesangon karyawan Rama.

Padahal perusahaan tersebut baru dirintis oleh Rama beberapa tahun yang lalu jadi masih terbilang baru dan kinerjanya juga sudah cukup baik walaupun masih lingkup perusahaan kecil.

Kini perusahaan sudah sangat rugi besar akibat dari insiden kebakaran kala itu, semua berkas-berkas penting ikut terbakar ludes. Oleh karena itu, Shandy memutuskan untuk memberhentikan operasional daripada harus tetap melanjutkan.

Ditengah malam yang seharusnya waktu untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran setelah lelah seharian, Shandy masih duduk terpaku di meja belajarnya. Ia menatap dua kotak yang tersisa diatas meja belajarnya.

Jika sebelumnya ia sudah mengambil kotak 'Tabungan Kuliah' untuk disimpan karena keperluan untuk kuliahnya sudah usai. Shandy juga mengambil satu kotak lagi yaitu yang bertuliskan 'Lain-lain' untuk keperluan membayar pesangon karyawan. Apakah kini ia harus merampas satu kotak lagi untuk dikorbankan.

Shandy mengambil salah satu dari ketiga kotak tersebut, yaitu kotak yang bertuliskan '💍'. Didalamnya terdapat banyak sekali kertas, bukan uang melaikan kertas yang bertuliskan impiannya mengenai hubungannya dengan Rania kelak.

Satu persatu kertas dibacanya dengan pelan, ada senyum tipis dibibir shandy. Namun, kali ini bukan senyum gembira seperti saat ia menuliskan kala itu, melainkan senyum getir penuh kekhawatiran tidak bisa mewujudkannya lagi.

Shandy mengambil dompet yang ada di tas kecilnya yang diletakkan di atas meja, ia mengeluarkan sebuah kartu dari sekian banyaknya kartu yang ada di dalam dompet. Itu adalah kartu ATM khusus yang dibuatnya untuk keperluan pribadinya.

Shandy menarik napas panjang kemudian diikuti senyum yang sangat berat. Shandy berdiri dari duduknya dengan membawa kotak yang diambilnya tadi, ia berjalan mendekat ke arah lemari. Shandy meletakkan kotak tersebut ke dalam lemari bersama kotak-kotak yang sudah lebih dulu disimpannya disana juga.

"Sabar, semoga nanti kotaknya dapat keluar lagi," lirihnya pelan mengusap kotak tersebut sebelum memasukkannya ke dalam lemari.

Saat ini ia mau fokus dengan keperluan keluarganya dan semua adik-adiknya, setelah itu baru ia akan kembali fokus dengan urusan pribadinya.

Shandy turun ke bawah berniat untuk mengambil minum. Namun, langkahnya teralihkan saat melihat mamanya duduk di meja makan sendirian.

"Mama jam segini kok belum tidur?" ujar Shandy sembari mengambil minum di kulkas.

"Mama lagi ngapain?" ujar Shandy dengan membawa segelas air yang akan diminumnya dan duduk di kursi samping Rima.

"Eh abang, mama lagi ngecek bahan untuk pesanan catering besok yang kurang apa aja," jawab Rima yang masih terfokus pada buku catatannya.

"Mama pasti cape," Shandy berjalan ke belakang Rima.

"Shan pijitin ya," lirih Shandy sembari memijit bahu rima.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang