Petak 6

745 134 1
                                    

Happy reading!!
.

.

.

Dua Minggu menjelang turnamen basket, tim Fajri mulai perpadat latihan. Bahkan terkadang pulang hingga larut malam, belum lagi Fajri harus fokus juga dengan olimpiade yang akan digelar seminggu setelah turnamen basket.

Apalagi sekarang kondisi maminya yang tidak stabil, tapi Fajri sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan kondisi maminya menjadi lemah tidak seperti sebelumnya yang suka teriak-teriak.

"Bye gais," pamit Fajri dengan ketiga sahabatnya, tak lupa juga dengan TOS kebanggan mereka berempat. Pukul 7 malam mereka pulang dari sekolah setelah latihan.

***
Terlihat mobil sedan putih terparkir di halaman rumah, Fajri nampak terkejut sekali namun senang akhirnya papinya pulang. Ia sangat antusias ingin mengundang papinya nonton turnamennya 2 Minggu lagi.

Sebelumnya memang Fajri sudah berusaha menelpon papinya untuk memberi tahu, namun zonk tidak bisa dihubungi. Ia berfikir mungkin papinya sangat sibuk sekali.

Oleh karena itu ia sangat antusias malam ini untuk segera ngobrol, bahkan ia juga rindu ngobrol banyak hal dengan papinya. Entah kapan terakhir ia menghabiskan waktu bersama papi dan maminya.

Baru saja mau membuka pintu, tiba-tiba saja pintu terbuka dari dalam. Ternyata papinya yang membuka pintu, tapi kenapa bawa koper lagi?

Mau pergi lagi? Sesibuk itu kah kerja sampai tak ada waktu sedikitpun dirumah. Baru juga pulang langsung pergi lagi.

"Eh papi udah pulang!" sapanya di depan pintu.

Namun, papinya terlihat sangat buru-buru sekali untuk segera meninggalkan rumah megah itu.

"Udah pulang Ji," ujar papi seraya memasukkan koper-kopernya ke dalam bagasi mobil.

"Papi mau pergi lagi?" tanya Fajri polos yang memang tak tau dengan apa yang sedang terjadi.

"Iya nak, kamu baik-baik ya di rumah," saut papinya pelan.

"Pi jangan lama-lama ya! Fajri pingin ngobrol banyak hal dengan papi!" Fajri menghampiri papinya ke mobil.

"Papi pergi dulu ya nak!" pamit papi seraya mengusap surai milik Fajri dan tak lupa juga mengecup kening Fajri. Lalu masuk ke dalam mobil

"Kapan pulang pi?" teriak Fajri namun tak ada balasan dari sang papi.

"Dih pergi-pergi mulu kek gak punya rumah!" celetuknya sembari berjalan ke dalam rumah.

Betapa terkejutnya dia melihat sang mami sedang duduk di sofa depan tv, bukan karena takut diomelin atau dimarahin. Tidak!

Maminya menangis tersedu-sedu, disampingnya ditemani bibi yang berusaha menenangkan, itulah yang membuatnya semakin bingung dengan orang-orang di rumah ini, semakin hari semakin aneh.

Tanpa berpikir panjang Fajri langsung menghampiri maminya dan bersimpuh jongkok di hadapan maminya.

"Mi kenapa mi?" tanyanya panik.

Tak ada jawaban dari sang mami, maminya masih menangis terisak-isak.

"Ada apa ini bi?" tanyanya lagi, kali ini kepada bibi yang bekerja di rumahnya.

Lagi-lagi tidak ada jawaban yang ia peroleh.

Ketika Fajri hendak berdiri tak sengaja menyenggol meja hingga menyebabkan sebuah amplop jatuh.
Karena penasaran Fajri langsung mengambilnya dan membuka amplop itu tanpa ijin.

Jika ijinpun tidak akan ada yang meresponnya.

Baris demi baris mulai dibaca pelan dalam hati Fajri. Raut wajahnya menunjukan sebuah kekecewaan yang sangat besar, bahkan wajahnya mulai memerah ingin marah.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang