Petak 28

666 124 10
                                    

Happy Reading!!
.

.

.

"Ngapain sih lu bang datang-datang ngerecokin orang!" kesal Fiki.

Kini Qeela dan Fiki sudah dibawa oleh Ricky menjauh dari kamar Rama dan Rima.

"Kalian berdua begitu lagi, gue laporin ke Shandy!" gertak Ricky.

"Ihh kok ngadu!" tajam Qeela.

"Bodoamat, salah tetap salah," cuek Ricky.

Kedatangan Ricky ke rumah mereka untuk mengambil berkasnya yang dititipkan ke Shandy kemarin. Bukan karena tidak sopan langsung masuk ke dalam rumah, hanya saja ketika Ricky mengetuk pintu tidak ada yang menemuinya.

Akhirnya ia masuk dan justru mendapati dua bocah sedang menguping didepan pintu kamar ortu mereka.

"Ngapain ke sini? Bang Shan udah berangkat kerja!" ketus Fiki.

"Udah tau, gue kesini mau ngambil berkas buat presentasi kuliah. Buru ambilin!" perintah Ricky, ia mengambil posisi duduk di sofa depan tv walaupun tak ada yang menyuruhnya duduk.

"Udah tukang ngaduan, main perintah-perintah!" ujar Fiki dengan nada kesal menye-menye.

"Bisa-bisanya orang pada baik ke Aji, giliran ke gua pada ngeselin!" gerutu Fiki sepanjang jalan menuju kamar Shandy.

***
"Sekarang masih marah denganku setelah mendengar semua penjelasan Aji?"

"Tetap saja, rasa bersalah akan terus menghantui pikiranku Mas!" ucap Rima yang tengah duduk di ranjang disamping Rama.

"Cobalah kita berdamai dengan keadaan, jika Aji bisa kenapa kita tidak?"

"Anak mas hanya terpaksa," Rima mulai teringat-ingat kembali obrolan mereka berdua bersama Fajri di cave siang tadi.

-Flashback on-

"Aji gapapa Tan, sekarang papi milik Tante. Jadi, Aji mohon jagain papi!" seru Fajri memaksa untuk tersenyum.

"Kalau Aji ingin papi Aji kembali, Tante akan berikan untuk Aji," ucap Rima memegang tangan Fajri erat-erat.

Aji tersenyum manis walaupun terasa getir, "Papi Aji akan tetap jadi papi Aji, nggak ada yang berubah. Hanya saja sekarang tanggung jawab papi bukan untuk mami tapi untuk tante. Kalau Aji liat papi bahagia dengan Tante, Aji juga bahagia,"

Rima langsung memeluk erat Fajri, tak sadar air matanya terjatuh begitu saja dipundak bocah remaja itu.

"Maafin Tante ya Aji, gara-gara Tante semuanya seperti ini!"

"Nggak, semua ini terjadi karena takdir bukan karena kesalahan. Aji seneng bisa bahagiain mami, Aji juga seneng liat papi bahagia dengan wanita pilihannya. Aji senang kalau liat orang-orang disekitar Aji bahagia," isak Fajri, air matanya menetes begitu saja.

Memeluk wanita yang menghancurkan keluarganya, tetap tersenyum dan baik dengan wanita yang telah membuat maminya tersakiti bukanlah hal yang mudah. Fajri tau semua itu terjadi tidak disengaja tapi tetap saja menyakitkan.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang