Happy reading!!!
.
.
.
Jenazah akan segera diberangkatkan menuju ke pemakaman yang sama seperti Ike, Fajri yang meminta papinya dimakamkan disana bersama mami dan adiknya.
Diantara kerumunan orang diluar, hanya ada satu sosok yang tidak terlihat batang hidungnya sama sekali, Gilang yang mengetahu akan hal tersebut lalu masuk ke dalam rumah untuk mencarinya.
"Shan!" sapa Gilang masuk ke kamar Shandy begitu saja.
Shandy yang tengah terduduk dilantai menyandarkan tubuhnya didinding dengan mata tertutup pun tersentak kaget, "Eh kenapa Lang?"
"Sebentar lagi bokap lo akan dimakamkan, lo mau ikut apa istirahat dirumah? Muka lo pucet banget kayaknya," titah Gilang.
"Gue ikut, ada mama dan adek-adek yang butuh gue sekarang," tolak Shandy. Seketika itu ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.
Gilang berjalan dibekang Shandy guna berjaga, muka sahabatnya itu sangat pucat sekali dan jalannya pun terlihat sangat lemas.
***
Di pemakaman Shandy, Fajri, dan Fiki yang turun ke liang lahat mengistirahatkan Rama untuk yang terakhir kalinya. Walaupun bukan ayah kandung, Shandy dan Fiki sayang banget dengan Rama seperti ayah kandungnya sendiri. Karena, Rama pernah hadir melengkapi kebahagiaan mereka walaupun cuma sebentar.Dengan badan yang sudah gemetar hebat dan lemas tak berdaya, Fajri yang tengah dipegangi oleh Shandy mengumandangkan adzan terakhir untuk papinya sebelum akhirnya liang lahat tertutupi oleh tanah dan yang terlihat hanyalah sebuah gundukan tanah serta batu nisan.
Sesak bukan melihat tiga gundukan tanah sekaligus di satu tempat? Sendirian, satu kata yang mungkin menggambarkan suasana hati seorang Fajri saat ini.
Satu persatu pelayat sudah meninggalkan lokasi pemakaman hanya menyisakan keluarga dan teman-teman terdekat. Fajri masih terjongkok memegangi batu nisan yang ada dihadapannya dengan sisa-sisa air mata dipipinya. Begitu juga dengan Rima dan ketiga anaknya, betapa sayangnya mereka dengan Rama.
"Tuhan kenapa kau ambil dia disaat semuanya berangsur membaik?" batin Shandy menatap kosong nisan yang bertuliskan Pramana.
"Ky, abang dan keluarga yang dari Bandung pulang duluan ya!" pamit Febrian yang diangguki oleh Ricky.
Bukan pulang ke Bandung, melainkan pulang ke rumah Rama untuk istirahat. Karena kondisi papa Ricky juga yang terlihat sangat lemah dan lemas terpukul atas kepergian adik bungsunya itu.
"Son, gue anterin Alana pulang dulu ya! Nanti gue langsung ke rumah Fajri, lo temenin Fiki!" lirih Fenly yang diangguki oleh Zweitson.
***
Sore-sore Rania berangkat langsung dari Yogyakarta karena mendapat kabar dari Gilang. Turun dari taxi Rania berjalan tergesa-gesa menuju rumah Shandy, dimana sudah ada Gilang dan Farhan di teras rumah Shandy. Suasana rumahnya terlihat sangat sepi, mungkin para kerabat sudah pada pulang karena hari juga sudah malam."Di dalam, di kamar mamanya," ujar Farhan saat mengetahui Rania yang baru datang.
Walaupun Rania belum bicara apapun, Farhan tahu kedatangan Rania sedang mencari siapa.
Tok tok tok
Rania mengetuk pelan pintu kamar Rima. "Masuk!" ujar laki-laki yang ada di dalam kamar.
Dengan pelan Rania membuka knop pintu hingga membuat Shandy yang duduk pinggir tempat tidur mamanya terkejut dengan kehadirannya.
"Kok kamu bisa sampai disini?" bisik Shandy. Ia tidak berani berbicara terlalu keras karena mama dan adik perempuannya baru saja tertidur di sampingnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maze End [SELESAI]
Fanfiction|| UN1TY || || Maaf kalo boring ceritanya || Hidup itu bagaikan berjalan di dalam labirin Rumit! Namun, cepat atau lambat akan sampai di ujung *** Aku hanyalah seorang aktor amatir yang berusaha profesional dalam menjalankan skenario takdir Tuhan -F...