Petak 36

774 146 9
                                    

Happy reading!!
.

.

.

Fajri jongkok lemas dirangkulan Rama di depan pusara Ike. Suara tangisnya mungkin tidak lagi terdengar, hanya aliran air matanya yang masih menetes.

Iya, Rama telah sampai di pemakaman sekitar 5 menit yang lalu. Ia datang langsung memeluk Fajri seketika itu juga. Fajri juga membalas pelukan Rama dengan sangat erat.

"Mami Pi!" isak tangis Fajri di pelukan Rama.

Rama mengelus pelan surai dan punggung Fajri, "Tenang ya Ji, Ikhlasin mami!"

Pas ustad masih memimpin doa diikuti dengan peziarah yang ikut dalam pemakaman pagi ini. Setelah selesai, satu persatu pergi meninggalkan pemakaman.

Farhan dan Gilang pamit untuk pulang, Alana juga mengajak Fenly untuk ke rumahnya karena keluarga Fenly masih di Jogja. Sementara Celline masih dipemakaman karena menunggu jemputan Vero. Begitupun dengan Rima yang mengajak Fiki dan Qeela untuk pulang ke rumah membiarkan Rama dan Ricky yang menemani Fajri.

Selang beberapa saat, Celline mendapat telpon dari Vero. Itu artinya Vero sudah sampai di depan TPU untuk menjemputnya.

"Kak Aji, Celli pulang dulu ya! Kak Aji yang sabar, nanti malam Celli datang lagi," pamit Celline, sebelum pulang ia menyempatkan untuk memeluk Fajri sebentar hanya sekedar memberikan ketenangan.

Vero ternyata melihat pelukan mereka berdua dari kejauhan, sedikit panas matanya melihat hal itu.

"Pulang sama siapa?" tanya Fajri sesegukan. Masih sempat-sempatnya memikirkan orang disaat dirinya lemah.

"Dijemput kak,"

Saat pulang Celline juga menyempatkan pamit kepada Rama dan Ricky. Sampai di depan TPU Celline mendapati Vero dengan raut muka tertekuk malas.

"Maaf, lama ya," titah Celline meminta maaf. Ia sedikit tidak enak pada Vero karena menunggunya terlalu lama.

Padahal bukan itu yang membuat Vero kesal, melainkan karena melihatnya berpelukan.

"Nggak papa! Buru naik," ketus Vero.

***
“Ajak Fenly makan dulu Al,” perintah mamah Alana yang sedang menyiapkan makan malam di meja makan.

“Baik mah,” Alana berjalan keluar ke teras untuk menemui Fenly.

“Kak, makan dulu yuk! Sudah ditunggu mamah,” Fenly hanya terdiam menggelengkan kepala.

“Duluan aja Al,” titah Fenly.

Alana mengambil posisi duduk di kursi sebelah Fenly, berusaha membujuk entah bagaimana caranya agar Fenly mau makan, “Ka Fen dari pagi belom makan, nanti sakit.”

“Ke rumah Aji sekarang yuk!” ajak Fenly.

“Makan dulu, nanti ke rumah kak Aji setelah makan”

“Kaka nggak kasian sama kak Aji? Kak Aji sekarang lagi butuh penyemangat, kalau kaka sakit siapa yang nyemangatin kak Aji? Kaka juga tau kan kalau kak Aji paling nggak bisa liat orang yang terdekatnya sakit?” terang Alana yang masih berusaha membujuk Fenly untuk makan. Raut wajah Fenly sudah terlihat pucat dan lemas.

Gawai Fenly tiba-tiba bergetar, ada panggilan video call dari Zweitson.

“Hai Fen,”

“Apa kabar son? Kapan pulang?”

“Nanti malam, soalnya gak dapat penerbangan pagi,”

“Ohh ya, gimana kabar Aji?” Fenly hanya tersenyum paksa.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang