Petak 30

740 124 1
                                    

Happy reading!!!
.

.

.

Sabtu malam, pukul 11.00 PM

Cafe tutup lebih lambat setiap hari Sabtu, hal ini karena pelanggan yang datang juga lebih ramai bila dibandingkan hari-hari biasanya.

"Udah gak ada yang ketinggalan?" tanya Fajri saat menunggu Celline di depan cafe.

"Udah nggak ada!" jawab Celline singkat.

Jika Celline berada di cafe, dialah yang mengunci cafe. Namun, jika tidak, pegawai papahnya lah yang menutupnya dan mengantarkan kuncinya ke rumah Celline. Hal itu karena papah Celline adalah orang yang sibuk dan tidak setiap saat bisa berada di cafe terus.

Papah Celline mempercayakan cafe tersebut kepada kedua anaknya dan masih tetap dalam pantauannya. Celline yang selama ini menjaga cafe, Delon? Tidak, dia hanya sekolah, sibuk main dan nongkrong dengan geng brandalannya.

Meskipun hari sudah larut, Fajri sengaja mengendarai motor pelan. Ini moment yang ia rindukan selama ini karena sudah jarang jalan berdua dengan Celline.

"Emmm papah lo di rumah?" tanya Fajri sedikit gerogi

"Nggak, kalau papah di rumah pasti yang di cafe papah bukan Celline,"

'Bagus, jadi gak terlalu masalah kalau pulang sedikit terlambat' batin Fajri, bibirnya sedikit tersenyum tipis.

"Mau ice cream nggak? Udah lama gak makan ice cream!" alibi Fajri.

Ya benar, Fajri rindu dengan segala moment yang pernah dilakukannya dengan Celline dulu. Sekedar pulang bareng dan menghabiskan malam Minggu bersama setelah Fajri pulang kerja. Karena dulu Fajri di hari Sabtu sering mendapatkan sift satu sehingga malamnya bisa santai main.

Namun, pada nyatanya untuk bilang rindu saja Fajri tak berani. Ia terlalu pengecut untuk mengungkapkannya, terlalu lancang menurutnya mengatakan rindu untuk hubungan yang hanya sebatas sahabat. Demi mengobati rindu, Fajri menggunakan segala cara untuk membayar rindunya tetapi masih aman tidak membuat Celline merasa risih.

"Mas ice cream coklat caramel spesial satu dan coklat satu!" pesan Fajri kepada penjual ice cream.

Celline melirik ke arah Fajri, ia senang Fajri ternyata hapal apa ice cream kesukaannya. Bagaimana Fajri tidak hapal, setiap beli ice cream, Celline selalu membeli coklat caramel.

Duduk di taman kota menikmati suasana malam minggu yang ramai seperti halnya para kaula muda lainnya.

***
Baru saja sampai di halaman rumah sudah ada sambutan lirikan sinis nan tajam dari pada lelaki yang tengah asik nongkrong di depan rumah.

"Makasih kak!" ucap Celline melepaskan helm yang dikenakannya.

"Bagus, sekalian aja gak usah pulang!" teriak Delon dari tempat nongkrongnya bersama teman gengnya.

"Udah abaikan, masuk aja!" perintah Fajri dengan paksa.

"Inget, gak usah diladenin!" lanjutnya tegas.

Akhirnya Celline masuk rumah begitu saja tanpa memperhatikan Delon dan gengnya waktu melewatinya, ia menganggap seolah-olah tidak ada orang di teras rumahnya.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang