Petak 40

647 119 1
                                    

Happy reading!!!
.

.

.

Ricky langsung menghampiri Fajri yang tengah berada di kamar mandi dengan kondisi tangan berdarah dan kaca yang sudah retak, "Bisa nggak kalau lo ada masalah gak usah begini!" gertak Ricky saat itu juga.

"Ini muka lo kenapa?" syok Ricky. Ia memegang muka Fajri dan mengamati dengan seksama bagian yang lebam. Disitu Fajri hanya terdiam menahan sakit.

"Kek bocah tau nggak!" lanjut Ricky marah.

Ricky langsung menarik paksa baju fajri dan membawanya keluar dari kamar mandi dan mendudukannya paksa di kursi tempat belajarnya.

"Baru juga sembuh, suka banget nyakitin diri sendiri!" dumel Ricky berusaha mencari kotak P3K namun tak menemukannya di kamar Fajri.

Akhirnya ia keluar dari kamar dan mencari di tempat lain, "Gausah kemana-mana lo!"

Fajri sedikit tercengang, baru kali ini ia melihat Ricky semarah itu.  Padahal biasanya Ricky orang yang paling sabar ngadepin sikap Fajri tanpa amarah.

Tak lama dari itu Ricky kembali ke kamar dengan membawa kotak P3K dan baskom yang berisi air dingin, ia kemudian meletakkannya di atas nakas.

Dengan ringan sekali tanpa beban Ricky menyeret kursi yang diduduki Fajri ke dekat ranjang tempat tidurnya. Ricky duduk di ranjang tepat di depan Fajri yang tengah duduk terdiam di kursi sedari tadi.

Fajri benar-benar takut dengan Ricky saat ini, hanya sekedar menatap Ricky pun Fajri tidak berani. Ia tahu, Ricky seperti ini karena benar-benar sedang kecewa dan marah. Padahal Ricky juga belum tahu kejadian yang sebenarnya.

"Nih!" ketus Ricky menyodorkan handuk kecil yang telah di basahi dengan air es. Fajri langsung mengambilnya dan mengompres pelan di bagian mukanya yang lebam.

Sementara Ricky mengobati tangan kanan Fajri yang berdarah, "Sini tangan lo!" Ricky menarik paksa tangan kanan Fajri.

"Gimana gue bisa tenang ngelepas lo ke Singapura kalau kelakuan lo kek gini?" dumel Ricky sembari membalut tangan Fajri dengan perban.

"Kenapa? lo ga suka? Sama!" balas fajri dengan nada meninggi. Rasa takutnya seketika menghilang saat menyinggung masalah yang sangat menyebalkan itu.

"Gara-gara olimpiade itu mami pergi dan yang paling gue benci gue gak ada disamping mami disaat terakhirnya!" jelas Fajri sembari mengompres pipi lebamnya membuat Ricky terdiam.

***
Setelah selesai diobati dan sholat isya', Fajri memilih untuk belajar diteras rumah, ia ingin menikmati suasana malam yang sendu dan sunyi. Walaupun sebenarnya Ricky sudah menyuruhnya untuk tidur. Tahu sendiri Fajri kalau keras kepalanya kumat tidak ada yang bisa menandingi.

Ricky yang merasa Fajri belum masuk kedalam padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam langsung bergegas menghampiri ke teras, mengingat keadaan Fajri yang baru sembuh dari sakit.

Sampai diteras ia mendapati Fajri tengah duduk bersadar di kursi dengan mata terpejam. Buku masih berserakan di atas meja.

"Ji," panggil Ricky dengan pelan.

"Ji masuk yuk udah malam," nihil, tidak ada jawaban dari Fajri.

Sepertinya Fajri sudah terlelap dalam tidur, apalagi ditambah earphone yang masih menempel ditelinganya. Kebiasaan seorang Fajri yang senang mendengarkan lagu saat lagi sendiri. Mungkin itu yang dapat menambah keramaian agar tidak sunyi.

Karena penasaran lagu apasih yang menenangkan Fajri hingga terlelap tidur, dengan pelan Ricky mengambil earphone dari telinga Fajri dan dipasangkan ke telinganya.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang