Petak 54

570 129 6
                                    

Happy reading!!!

.

.

.

Shandy yang mendengar suara tersebut langsung pergi menuju ke sumber suara berasal. Suaranya terdengar sangat dekat sekali dari keberadaan Shandy saat ini. Kamar Fajri? Ya, tujuan yang terbesit di dalam pikiran Shandy.

Shandy membuka pintu kamar Fajri begitu saja, disana sudah ada Fajri yang tengah jongkok membersihkan pecahan beling yang berserakan dengan salah satu jari terluka.

"Lo ngapain?" ujar Shandy menyingkirkan tangan Fajri.

"Mau ke kamar mandi, nggak sengaja nyenggol gelas," jelas Fajri.

"Pusing," lanjut Fajri dengan pelan.

"Yaudah diobatin dulu jarinya," titah Shandy.

"Biar gue aja yang beresin," sambung Shandy membersihkan pecahan beling.

Fajri berjalan keluar dari kamarnya, dan sempat sempoyongan karena kepalanya masih terasa sedikit pusing. Bagaimana tidak, perutnya sejak kemarin kosong tidak diisi.

"Bisa nggak?" Fajri mengangguk dan mengacungkan ibu jari yang tandanya ia bisa sendiri.

Keluar dari kamar mandi Fajri terdiam di depan pintu, ia berulang kali mengedipkan matanya yang masih mengantuk. Air matanya kembali runtuh saat melihat sebuah bingkai foto besar yang terpajang di dinding ruang tengah.

"Aji sedang mimpi kan Pi?" batinnya.

Fajri berusaha meyakinkan pikirnya dengan berulang kali menampar pipinya keras-keras. Mungkin efek dari bangun tidur membuatnya  belum terfokus pada kejadian yang menimpanya.

Shandy yang berjalan dari dapur setelah membuang pecahan beling bergegas menghampiri Fajri.

"Hey gaboleh!" pekik Shandy memegang erat tangan Fajri agar berhenti menyakiti dirinya.

"Bang bilang ke gue kalau gue lagi mimpi buruk!" jerit Fajri.

Shandy menggeleng, "Bang lo bohong kan? Gue tadi kan baru bangun tidur,"

Fajri berjalan menuju kamar Rima ingin membuktikan kalau dia benar sedang mimpi sembari berteriak memanggil papinya, "Pi... Pi!"

Shandy berusaha menghentikan langkah Fajri yang begitu cepat. Hanya saja tidak bisa, ia sudah sampai ke dalam kamar Rima. Suara teriakannya yang begitu keras membuat seisi rumah yang sedang tidur di lantai bawah terbangun.

Begitupun dengan Rima dan Qeela yang tersentak bangun dan terkejut karena tiba-tiba ada Fajri datang ke kamar.

"Papi mana ma?" ujar Fajri begitu saja.

"Udah jam segini masih lembur? Suruh pulang ma!" lanjut Fajri. Rima hanya duduk terdiam di ranjang tidak membalas apapun.

"Fajri sini nak," Rima melambaikan tangan dan menepuk ranjang tempat tidur.

"Aji sekarang sama mama, bang Shan, Fiki, dan Qeela ya. Papi Aji udah istirahat," peluk Rima.

"Mama kok ikutan bang Shan, ga boleh bohong ma!" elak Fajri tidak terima.

"Aji dengerin mama, Aji anak yang kuat. Papi Aji gasuka lihat anaknya sedih terus, ikhlasin papi ya,"

"Mama bohong, Aji gasuka. Aji mau nyamperin papi ke kantor suruh pulang!" kekeh Fajri yang masih belum sadar kalau yang dialami memanglah kenyataan adanya.

"Lepasin Aji"

Aji terus memberontak di dalam pelukan Rima. Namun, Rima terus menahannya dan masih berusaha untuk menenangkannya. Qeela hanya terdiam menangis melihat mamanya dan Fajri. Karena badannya yang kurang fit akhirnya Fajri tumbang seketika itu juga.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang