Petak 18

600 117 0
                                    

Happy Reading!!
.

.

.

"Tiga hari lagi proses eliminasi menuju final, lu siap kan?"

"Siap lah, ngapain gue belajar mulu kalau bukan buat olim!" semangat Fajri.

Pada awalnya Fajri ikut olimpiade ini karena ambisi maminya. Namun, kali ini atas kemauan dirinya sendiri.

Ia merasa sedikit beruntung dan bersyukur kemarin-kemarin belajar untuk olimpiade karena ambisi maminya, sehingga sekarang ia sudah sedikit terbiasa untuk belajar. Bukan lagi mengejar ambisi maminya, tapi mengejar beasiswa untuk dirinya.

Jikalau kemarin dia tidak ambisius dalam belajar dan pastinya tidak lolos untuk olimpiade mewakili SMA Pelita di tingkat nasional. Tentunya juga ia tidak bisa mendapatkan beasiswa untuk sekolahnya.

Sudah tahu sendiri sekarang kehidupannya bukan anak sultan seperti dahulu kala. Jadi ia harus pandai-pandai mengambil kesempatan dan memanajemen uang dengan baik.

Dia mulai paham satu persatu atas semua sikap maminya dulu terhadapnya yang selalu dianggap menjengkelkan karena banyak tuntutan dan aturan.

Termasuk dengan maminya yang ambisius untuk menyuruh Fajri belajar. Memang Fajri tak merasakan efeknya waktu dulu, mungkin yang dirasakan hanyalah capek dan bosan. Tapi, sekarang Fajri paham mengapa maminya menyuruhnya untuk rajin belajar, sekarang sudah sedikit terasa hasil dari hal yang dianggapnya menjengkelkan.

"Ohhh jadi ini tujuan mami!" lirihnya tersenyum.

"Kenapa mami Lo?" sentak Fenly setelah mendengar ucapan Fajri.

"Gapapa!" jawab Fajri santai menepuk pundak Fenly dan pergi meninggalkan Fenly di koridor menuju ke kelas.

Fenly mengernyitkan dahinya bingung dengan sikap Fajri yang tiba-tiba tersenyum,"Gila kali ya tu bocah,"

"Wah bahaya mau olim malah ada acara stress!" Fenly menggelengkan kepala pelan dan pergi mengejar Fajri menuju ke kelas.

***
"Ji Lo mau kemana? Sibuk amat sama hp!" seru Zweitson yang menyadari sedari tadi Fajri fokus memainkan hpnya di atas motor.

"Langsung pulang kan Lo?" Fenly mulai curiga dan menatap tajam Fajri.

Fajri memakai helmnya, "Gue cabut dulu, ada urusan!"

Fajri melenggang dengan cepat membuat ketiga sahabatnya bertanya-tanya dan saling menatap kebingungan satu sama lainnya.

"Yasudahlah yok cabut!" ajak Fenly yang sedang memakai helm, lalu mereka bertiga pergi meninggalkan sekolah.

***
Satu persatu Fajri mendatangi cafe dan toko-toko besar yang menurutnya ada kemungkinan lowongan kerja. Namun, apa yang dia dapat? Sudah hampir satu jam ia tak kunjung mendapatkannya. Apakah karena umur atau statusnya yang masih pelajar?

Di depan matanya ia melihat cafe yang digunakan untuk perayaan surprise ultah sweet 17 kemarin dari Fenly, dkk. Harapan terakhirnya ada di sana, semoga ada loker untuknya.

Di cafe, Fajri datang ke meja menu untuk memesan minum. Memang sengaja memesan langsung karena sekalian ingin tanya loker.

"Mbak pesan jus alpukatnya satu ya!" kata Fajri kepada Mbak yang menjaga.

"Okey kak, ada lagi?" tanya mbak penjaga sembari menulis pesanan Fajri

"Tidak ada mbak, nanti antar ke meja nomor 19!" titahnya

Mbak penjaga segera mengantarkan surat pesanan ke bagian dapur. Namun, ditahan oleh Fajri. "Eh mbak!"

Mbak penjaga menoleh dan kembali menghampiri Fajri, "Iya kenapa kak?"

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang