Happy reading!!!
..
.
Supir mobil pick up yang panik langsung menancap gas pergi begitu saja tanpa ada tanggung jawab. Begitu pula dengan tiga orang laki-laki jahat yang mengejar Fajri dan Celline tadi juga langsung meninggalkan tempat kejadian itu karena takut. Semua orang yang ada disana berusaha menolong dengan menelpon ambulan terdekat.
Delon dan Vero yang tak sengaja lewat, melihat ada keramaian tersebut langsung berhenti, niatnya ingin bertanya kepada orang-orang yang ada di sana apakah mengetahui atau pernah melihat Celline. Tapi terhenti ketika ia melihat Celline dengan posisi tidur setengah duduk lemas disandaran orang.
"Celli," sentak Delon meninggalkan motornya begitu saja di tepi jalan dan pergi menghampiri Celline
"Ha?" respon Vero kebingungan, namun ikut saja kemana Delon pergi.
Delon mendekap erat Celline yang sedang menangis dalam pelukannya, walaupun sebenarnya hatinya sedang memberontak. Lagi-lagi rasa benci itu muncul, Delon berusaha mengontrolnya.
"Abang," rengek Celline dipelukan Delon.
Pelukan hangat yang tak pernah ia dapatkan, pelukan hangat yang ia inginkan sejak lama, sosok abang yang ia rindukan selama ini.
Delon tak menjawab, ia masih bergulat dengan rasa bencinya dan berusaha untuk melawan.
'Delon lo bisa,' batinnya yang berusaha menguatkan.
"Abang meluk Celli?" ucap Celline masih tak percaya kalau ini adalah Delon, abangnya.
Sementara Delon masih terdiam, memori luka masa lalu berputar kembali diotaknya. Rasa sakit mulai menghampirinya. Pada akhirnya ia menyerah juga tak mampu melawan masa lalunya.
"Abang kenapa?" tanya Celline terkejut saat Delon tiba-tiba meleaskan pelukannya.
Kini ambulan datang, Fajri lah yang ditolong terlebih dahulu mengingat keadaannya yang lebih parah. Sedangkan Celline dibopong Vero masuk kedalam ambulan yang sama dengan Fajri.
Saat Celline memegang erat tangan Delon seolah tidak mau ditinggalkan, justru Delon melepaskannya dan memilih mengikuti ambulan menggunakan motor daripada menemani adiknya itu. Sebelum pergi, Delon menghubungi gengnya untuk mengambil motor Vero dan membawanya ke rumah Delon.
Celline duduk dengan kaki yang diluruskan, sementara Fajri masih terbaring lemah tak sadarkan diri di tempat tidur ambulan tepat didepan Celline.
Mereka berdua juga telah mendapatkan pertolongan pertama sebelum sampai di rumah sakit.
Vero masih berusaha menenangkan Celline yang terlihat syok dengan kejadian hari ini, ia tak berani bertanya banyak-banyak kepada pacarnya itu.
Sementara Celline masih lemas bersandar di bahu Vero, matanya kosong menatap Fajri. Ada rasa khawatir yang sangat dalam dipikiran cewek remaja itu.
"Kak Aji," lirihnya.
Vero membuang napas pelan, lagi-lagi ia mendengar kata itu dari Celline. Tapi, kali ini ia menyingkirkan egonya, karena sebenci-bencinya dia dengan Fajri, saat inj Fajri yang telah mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Celline.
'Pantas saja kamu sayang banget sama ni orang,' batin Vero menatap Fajri.
***
Fiki sudah berkeliling ke semua tempat yang mungkin dikunjungi Fajri, hanya saja nihil. Ia tak menemukan keberadaan Fajri. Bahkan Fiki juga sudah pergi ke tempat dimana Fajri mengeluarkan keluh kesahnya, tempat yang ia datangi ketika dunia menjauh yaitu makam adiknya, apalagi sekarang maminya juga ada di situ. Namun, Fiki tak menemukan Fajri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maze End [SELESAI]
Fanfiction|| UN1TY || || Maaf kalo boring ceritanya || Hidup itu bagaikan berjalan di dalam labirin Rumit! Namun, cepat atau lambat akan sampai di ujung *** Aku hanyalah seorang aktor amatir yang berusaha profesional dalam menjalankan skenario takdir Tuhan -F...