Petak 26

767 137 6
                                    

Happy reading!!!
.

.

.

Fajri terkejut ketika membuka helm ternyata disampingnya ada Fiki yang sedari tadi mengikutinya.

"Lo ngikutin gue?" Fiki mengangguk.

"Ngapain?" ketus Fajri.

"Mastiin Lo sampai dengan selamat dan sehat!"

"Lebay," datar Fajri turun dari motor hendak masuk ke dalam cave.

Fiki yang masih duduk di atas motor langsung menarik tangan Fajri, "Lo marah kan sama gue dan keluarga gue?"

Fajri hanya menggelengkan kepalanya, ia malas harus membahas masalah ini.

"Terus?"

"Gue mau kerja Fik, udahlah lupain gausah dibahas!" tajam Fajri sedikit frustasi.

"Gue minta maaf Ji, gara-gara masalah ini udah buat hidup Lo semakin rumit!"

"Cukup, gue udah lupain semuanya. Gue mau kerja!"

'Gak semudah itu Ji ngelupain masalah seperti ini, Lo hanya berusaha menutupi dan bersikap profesional dalam kerja kan?' batin Fiki berbicara.

Fajri yang hendak pergi ke dalam cave ditahan lagi oleh Fiki.

"Lo gak usah pendam semua di depan gue Ji, percuma! Kalau Lo mau marah, marah sama gue biar lega!" titah Fiki.

Fiki tahu sebenarnya sedari tadi dirumah papinya, Fajri ingin marah namun justru ditahan. Salah satu alasan yang Fiki tahu, Fajri tipe orang yang sangat menjaga seorang wanita, oleh sebab itu mungkin Fajri tidak marah-marah.

Itu juga yang menyebabkan Fajri tak mampu melampiaskan kekesalannya terhadap Rima, ia tak sanggup bila harus membuat wanita menangis.

Dan pada akhirnya ia menang melawan setan amarah dalam tubuhnya yang ingin memberontak, hingga tinggalah air mata yang menetes.

"Bukan saatnya marah-marah lagi Fik, toh juga kalau gue marah gabisa balikin semuanya, yang ada bikin situasi tambah rumit!" jelas Fajri membuat Fiki sedikit tersinggung.

Obrolan mereka berdua di tempat parkir depan cafe menjadi pusat perhatian orang yang keluar masuk cafe. Hanya saja mereka berdua tidak terlalu memperdulikan hal itu.

"Jadi Lo mau papi Lo balik?" tekan Fiki.

Fajri merasa salah dalam berbicara, ini yang ia khawatirkan kalau ngobrol dalam keadaan belum tenang.

"Siapa sih yang nggak mau orang tuanya balik, siapa yang nggak mau ngumpul bareng keluarga sama-sama?" Fiki mengernyitkan dahinya tak percaya Fajri menjawab seperti itu.

"Tapi itu gak berlaku buat keluarga gue!" Fajri menggelengkan kepalanya.

Fiki semakin mengerutkan dahinya, sekarang ia bingung maksud dari Fajri.

"Takdir menjawab doa-doa Lo Fik, doa Qeela dan bang Shan!" Fajri menepuk pelan pundak Fiki, Fiki juga melihatnya.

"Dari masalah ini kita banyak belajar Fik, gak semuanya dilihat dari satu sisi buruknya, banyak sisi positif yang harus kita liat," nada bicara Fajri mulai pelan.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang