Petak 56

607 138 27
                                    

Happy reading!!!
.

.

.

Brakkkk

Tabrakan tak dapat terhindarkan saat itu juga, mobil dengan kecepatan tinggi berhasil menghantam lelaki yang tiba-tiba menyebrang dan terpental hingga terguling beberapa meter dari tempat kejadian.

Darah segar mengalir sangat deras dari bagian belakang kepala.

Fajri yang terdorong hingga terjatuh di pinggir jalan seketika tersadar dari ketidakfokusannya akibat rasa sakit, "Awhhh,"

Karena penasaran, Fajri langsung berusaha berjalan dengan kaki yang terasa nyeri untuk menghampiri ke tempat yang sudah dikerumuni banyak orang.

Saat ia berusaha menyela agar bisa melihat korban, jantung Fajri tersentak. Rasanya ingin copot begitu saja saat melihat korban yang sudah berlumuran darah.

"Abang!" teriaknya begitu saja.

Ia langsung mengangkat kepala Shandy dan mendudukkannya di pangkuannya, "Darahhh," histeris Fajri melihat darah yang terus mengalir deras.

"Siapapun tolong bawa Abang saya ke rumah sakit!" isak tangis Fajri saat itu juga.

"Abang bertahan ya," lirihnya lagi terus memegangi kepala Shandy.

Disisi lain banyak juga yang berusaha membantu Fajri untuk menghentikan mobil, bahkan ada yang menelpon ambulan juga.

Tiba-tiba mata Shandy terbuka pelan, tangannya yang terkapar di jalan berusaha menjangkau tangan Fajri yang memegang pipinya.

"A-ji," lirih Shandy di sisa-sisa tenaga yang dimilikinya.

Napasnya sudah sangat sesak sekali, tubuhnya terasa sulit bergerak dan sangat sakit. Pandangannya kabur dan sedikit buram.

Mendengar suara itu, Fajri menatap dalam Shandy yang ada dipangkuannya, "Iya, Aji disini."

"A-ji se-nyum, ga bo-leh na-ngis,"

"Aji ga nangis, Aji tersenyum nih! Abang bertahan ya untuk Aji, Fiki, mama, dan Qeela," ujar Fajri disertai senyum paksa dan sangat pahit.

"A-bang," lirih Fajri dengan suara yang bergetar hebat setelah melihat mata Shandy tertutup kembali.

Shandy tersenyum tipis. Fajri yang melihat itu sedikit lega karena Shandy masih meresponnya. Padahal nyatanya Shandy tersenyum bukan karena itu, melainkan ia lega karena sudah menyelesaikan tanggung jawabnya terhadap urusan kantor Rama.

Akan tetapi tak lama dari senyum itu, tangan Shandy yang memegang tangan Fajri terjatuh begitu saja dijalan, seluruh badannya melemas.

Itu membuat Fajri kembali panik dan sangat histeris, "Bang, sabar Abang akan segera dapet pertolongan!"

***
Suster dengan cepat membawa Shandy yang sudah terbaring lemah di atas brankar, begitupun dengan Fajri yang setia di samping Shandy dengan air mata yang terus menetes deras.

"Bang! Abang kuat ya!"

Pada saat sampai di ruang UGD, Fajri ditahan oleh suster untuk tetap berada diluar dan tidak diperbolehkan masuk.

"Suster ijinkan saya masuk!" histeris Fajri masih berusaha untuk masuk ke dalam. Namun, dihalangi oleh suster

"Maaf, tidak biasa. Mohon tunggu di luar,"

"Abang saya penakut dok, dia takut jarum suntik. Saya mau peluk dia," rengek Fajri berulang kali. Tetap saja suster tidak memperbolehkannya untuk masuk. Hingga pada akhirnya suster masuk kedalam meninggalkan Fajri dan pintu kini tertutup rapat.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang