Petak 13

617 125 5
                                    

Happy reading!!
.

.

.

Rima terus menggenggam tangan anak sulungnya, "Shan..."

Shandy juga membalas genggaman tangan mamahnya untuk memberikan ketenangan, mungkin hanya dia yang paham betapa kalutnya pikiran mamahnya saat ini, "Bismillah mah, ini yang terbaik!"

Sementara Fiki sedang ada di kamar Qeela, matanya terus memandangi adik bungsunya itu.  Terpesona melihat kecantikannya hari ini, setiap hari juga cantik, Fiki saja yang tidak sadar akan hal itu.

Qeela berdandan sambil tersenyum serseri-seri, itu semua nampak dari kaca tempat ia dandan. Ini momen yang dinantikannya, ia akan mendapatkan figur seorang papah kembali setelah hampir dua belas tahun ditinggalkan oleh almarhum papahnya.

"Cantik sekali adik ku ini!" goda Fiki mendekat ke belakang Qeela. Kedua tangannya memegang bahu Qeela dan melihat ke arah kaca.

"Dari dulu udah cantik kali!" ujar Qeela tak terima dengan ejekan kakanya.

Kali ini gantian Qeela yang menemani mamahnya dikamar, sementara Shandy dan Fiki turun ke bawah untuk acara ijab kabul yang akan segera di mulai, dengan menggunakan jas putih rapi keduanya terlihat gagah menuruni tangga. Seluruh pasang mata tertuju pada laki-laki tampan itu termasuk teman-teman Fiki dan Shandy

"Gila cakep juga ternyata Fiki!" kagum Fenly

"Shandy udah pas juga kalau nikah!" celetuk Farhan

"Emang si Shandy punya pacar?" saut Gilang.

"Itu yang sekota sama Lo," jawab Farhan penuh tanda tanya karena belum tahu Shandy masih berhubungan dengan cewek tersebut atau tidak.

"Ghibah Mulu bang!" ujar Zweitson yang mendengar obrolan Farhan dan Gilang.

Farhan kini mulai menyadari kurangnya sesuatu hal, ia mulai berfikir apa yang mengganjal.

"Ricky!" ucap Farhan spontan

Gilang, Fenly, dan Zweitson pun tersentak kaget setelah mendengar Farhan yang tiba-tiba menyebut nama Ricky

"Kenapa dengan Ricky?" seru Gilang

"Iya kenapa bang Rick?" sosor Fenly

"Ricky gak datang ya?" tanya Farhan

"Gue granat Lo bang, ngagetin kirain ada apa," geram Fenly yang terlanjur panik

"Ohh iya ya, Fajri juga kagak ada nongol!" gumam Zweitson teringat sosok Fajri yang tak tak terlihat oleh matanya.

"Positif thinking aja, telat mungkin!" Gilang meredakan suasana kepanikan mereka.

***
Fajri berlari sangat kencang di koridor rumah sakit, pikirannya sudah kacau.

"Mi...,"lirih Fajri ke jendela kamar ICU

Ia terus memandangi maminya dari jendela, tangisnya pecah tak kala melihat dokter sedang bekerja untuk maminya. Ricky terus menenangkan Fajri dari belakangnya, menepuk pelan dan sesekali mengelus bahu Fajri.

Fajri menatap Ricky dalam, "Bang gua takut..."

Ricky langsung memotong ucapan Fajri, iya tahu akan ke arah mana pikiran bocah remaja itu. "Berdoa Ji!"

Fajri kembali menatap ke jendela kamar maminya di rawat. Air mata yang berusaha ditahan agar tidak tumpah ternyata terus mengalir membasahi pipinya.

Dokter keluar dari ruangan, Fajri langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang